Jokowi Ketemu Mega SBY Ketemu Mega
ADA yang tidak pas dengan hubungan elite di negeri ini. Hubungan para presiden ibarat minyak dengan air, sulit menyatu. Para mantan presiden seperti saling mengambil jarak.
Karena itu, gagasan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membentuk presidential club yang beranggotakan para mantan presiden dan presiden yang sedang memerintah patut diapresiasi. Ada banyak faedah bagi kelanjutan pemerintahan mendatang dan kehidupan berbangsa jika gagasan ini dapat diwujudkan.
Publik berharap sebagai orang yang pernah memimpin negeri ini, para mantan presiden bisa memberikan sumbangsih pemikiran mereka melalui ajang itu untuk mengatasi persoalan bangsa.
Namun, pembentukan presidential club bakal membentur tembok tebal nan tinggi.
Tembok itu bernama hubungan Jokowi dengan Presiden Kelima RI Megawati Soekarno Putri, juga hubungan Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono dengan Megawati Soekarnoputri. Hubungan Jokowi dengan Megawati bahkan dinilai kian sulit direkatkan kembali karena banyak yang membingkainya dengan sebutan 'pengkhianatan' politik dari Jokowi sebagai kader partai kepada ketua umum partai yang membesarkan namanya dan keluarganya di kancah politik.
Adapun hubungan SBY dan Megawati belum sepenuhnya pulih meski keretakan sudah dilalui selama dua puluh tahun. Berbagai upaya mendamaikannya berakhir nihil karena ada sikap pribadi yang tidak kunjung bisa dilumerkan.
Karena itu, jika Prabowo hendak merealisasikan gagasan presidential club, ia lebih dulu harus dapat merobohkan tembok tebal nan tinggi tersebut. Prabowo mesti sanggup memulihkan kembali hubungan Megawati Soekarnoputri dan SBY yang membeku dan terputus sejak SBY menggantikan Megawati dari kursi presiden pada 2004.
Tugas berikutnya yang harus dituntaskan Prabowo supaya presidential club dapat terbentuk adalah merekatkan kembali silaturahim Megawati dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sudah menjadi rahasia umum jika hubungan keduanya memanas sejak Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP mendukung pasangan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra dan anaknya Gibran dalam pemilihan presiden lalu.
Renggangnya hubungan keduanya terlihat jelas pada momen Lebaran lalu. Jokowi dan Megawati tidak bersilaturahim hingga saat ini. Jokowi tidak menemui Mega, padahal pada Lebaran di tahun-tahun sebelumnya dia selalu bertemu dengan ketua umum partainya itu.
Sebaliknya, Jokowi menggelar open house di Istana Kepresidenan Jakarta. Ia mengundang semua masyarakat ke istana. Di hari kedua, dia menjamu presiden terpilih Prabowo Subianto di Istana sebelum kemudian terbang ke Medan untuk menemui anak, menantu, dan cucunya.
Di sisi lain, pihak di sekeliling Megawati dianggap menghalang-halangi Jokowi bertemu Megawati dengan alasan mengada-ada menurut pihak Istana. Seperti dikatakan Sekjen PDIP Hasto Kristiarto, Jokowi harus menemui pimpinan ranting PDIP terlebih dahulu sebelum bisa menemui Mega.
Dengan posisinya yang memiliki hubungan baik ke semua mantan presiden, Prabowo diharapkan bisa mencairkan hubungan para mantan presiden tersebut supaya mereka semua bisa hadir di presidential club.
Upaya Presiden Terpilih Prabowo Subianto mencairkan kebekuan para mantan presiden tersebut bisa menjadi ujian pertama baginya untuk merangkul semua elemen bangsa.
Namun, jangan lupakan pula, bahwa ada tugas yang lebih penting yakni menakhodai bangsa ini melewati gelombang berbagai persoalan. Bila memang ide presidential club kian hari kian terjal, publik, juga Prabowo, boleh mengabaikan semua itu. Toh, apa pentingnya meyakinkan semuanya bertepuk dua tangan bila faktanya selalu bertepuk sebelah tangan.
Terkini Lainnya
Pertaruhan Pemberantasan Korupsi
Setop Legislasi Transaksional
Harta, Takhta, Pilkada
Kejaksaan di Puncak Kepercayaan
Habis Tapera Terbitlah Asuransi
Utak-atik Anggaran Makanan Bergizi
Wakil Menteri Muluskan Transisi
Setop Pilih Pemimpin Korup
Indonesia Darurat Rasuah
Rontoknya Antusiasme terhadap KPK
Waspadai Efek Kasus Trump
Simpang Siur Pembatasan BBM Subsidi
Mempertanyakan Urgensi DPA
Buktikan KPU bukan Benalu
Hasil Wajar Audit bukan Prestasi
Lanjutkan Sirekap Buang Ketertutupan
Pezeshkian dan Babak Baru Politik Iran
Hamzah Haz Politisi Santun yang Teguh Pendirian
Wantimpres jadi DPA: Sesat Pikir Sistem Ketatanegaraan
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap