visitaaponce.com

Menkop UKM Minta Kebun Kopi Indonesia Dibenahi untuk Tekan Biaya Produksi

Menkop UKM Minta Kebun Kopi Indonesia Dibenahi untuk Tekan Biaya Produksi
Petani memanen kopi arabika gayo di kebun UD.Tiara Global Coffee, Takengon, Aceh Tengah, Aceh, Kamis (16/9).(Antara)

MENTERI Koperasi dan UKM Teten Masduki menyoroti tingginya biaya produksi yang membuat volume produksi kopi dalam negeri belum meningkat signifikan. Mahalnya biaya produksi itu dipengaruhi akses jalan yang belum memadai. Oleh karena itu, Menkop meminta supaya kebun kopi di Indonesia dibenahi.

Teten menyebut 96% kebun kopi di Indonesia milik masyarakat yang ditanam di atas tanah-tanah marjinal, sementara sisanya milik perkebunan perusahaan swasta, dan pemerintah.

“Jadi ini yang saya kira kita perlu membenahi kebon kopi Indonesia, karena perkebunan baik swasta ataupun pemerintah itu hanya 4%, yang 96% itu ada di lahan-lahan marginal. Karena itu sulit kita meningkatkan produksi karena ongkosnya juga mahal,” ungkapnya dalam acara Gelar Produk UMKM dengan Tema “Festival Kopi dan Tahu Sumedang di Jakarta, Sabtu (11/12).

Saat ini jumlah produksi kopi Indonesia tertinggal dari Vietnam. Padahal awalnya negara tersebut belajar dari Indonesia. Kemampuan suplai kopi Indonesia ke pasar dunia hanya 300 ribu ton per tahun atau sekitar 8% dari 8,2 juta ton konsumsi global. Sedangkan produksi nasional hanya 49%.

“Memang ada naik sedikit, tetapi hanya 1% kalau kita bandingkan dua tahun lalu. Kopi Indonesia itu hanya diuntungkan harganya bagus karena kita merupakan planet kopi. Kita memiliki varietas kopi yang sangat kaya mulai dari Aceh sampai Papua. Itu tidak dimiliki oleh Brasil sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia, termasuk Kolombia, dan Vietnam,” kata Teten.

Dia menambahkan harga kopi di dunia rata-rata US$5,9. Di Indonesia US$9. Untungnya kopi Indonesia itu enak sehingga masih ada yang bersedia membeli. "Nah ini yang harus kita benahi dari mulai pembibitan yang unggul, infrastruktur yang perlu di kebun rakyat supaya ongkos produksinya bisa turun,” sambungnya.

Teten mengatakan pihaknya sedang menyiapkan model bisnis korporatisasi guna mengonsolidasikan para petani. Nantinya petani-petani perorangan skala kecil akan dihimpun dalam sebuah wadah koperasi. Tujuannya agar mudah membangun suplai pangan ke market dalam, maupun luar negeri.

"Kita tidak bisa lagi membiarkan petani-petani itu dalam skala kecil, dalam lahan yang sempit perorangan. Tidak akan pernah kita membangun suplai pangan kita yang lebih stabil dan berkualitas,” ucap Teten.

Pada kesempatan itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menuturkan bahwa kapasitas produksi kopi Sumedang mencapai 900 ton per tahun. Kopi yang diekspor sangat berkualitas sehingga mudah diterima di pasar Eropa.

“Kopi kami terkenal di Eropa dan ini sangat baik. Berbagai event yang kami ikuti, kami juara,” ujar Dony.

Menurut Dony, kopi Sumedang sudah terkenal sejak 1880 saat peresmian menara Eiffel di Paris, Prancis. Saat itu, Kopi Java Preanger turut berpartisipasi dengan menampilkan tarian gamelan. “Kami juga berkolaborasi dengan Kedubes Prancis menggelar acara konser,” pungkasnya. (E-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat