Nilai Kesetaraan dan Pesan Antiperang dalam Film Totto Chan The Little Girl at the Window
![Nilai Kesetaraan dan Pesan Antiperang dalam Film Totto Chan: The Little Girl at the Window](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/04/02eb98454568e4ab23597682ae6fa2aa.jpg)
DISTRIBUTOR film Independen Feat Pictures akan menghadirkan film Totto-Chan: The Little Girl at the Window di bioskop tanah air mulai Rabu (1/5) mendatang. Film yang diangkat dari novel tersebut merupakan kisah nyata sang penulis, Tetsuko Kuroyanagi, yang dipaksa melihat berbagai macam propaganda perang di masa Perang Dunia II, saat dirinya masih berusia belia.
Rangkaian kenangan masa kecil itu menceritakan tentang sekolah ideal di Tokyo, bernama Tomoe Gakuen, selama Perang Dunia II yang memadukan pembelajaran dengan kesenangan, kebebasan, dan cinta.
Sekolah ini tidak seperti sekolah pada umumnya. Tomoe Gakuen memakai gerbong kereta tua sebagai ruang kelas dan menanamkan nilai kesetaraan yang amat mendalam pada murid-muridnya.
Baca juga : Film Temurun Rilis Trailer dan Poster Resmi
Tentu saja ide brilian ini tak lepas dari sang pendiri dan kepala sekolahnya, Sosaku Kobayashi, yang sangat percaya pada kebebasan berekspresi.
Baca juga : Lyodra Isi Soundtrack Film Ipar Adalah Maut
Pun demikian, semua itu habis dilahap panasnya Perang Dunia II. Propaganda dan pemaksaan nilai kepada warga sipil benar-benar merenggut kesenangan murid-murid Tomoe Gakuen. Penonton akan diajak tertawa dan menangis melihat kehidupan Totto-Chan.
Film ini menyajikan animasi Jepang yang sangat halus. Walaupun dibuat di era modern, nuansa animasi lawas Jepang masih dapat dirasakan penonton.
Pun demikian, transisi gaya animasi di beberapa scene tidak bisa dipungkiri kecanggihannya. Secara teknis, Totto-Chan berhasil menghidangkan animasi yang canggih tanpa melunturkan nuansa lawas.
Baca juga : Harta Tahta Raisa Hadirkan Arsip yang Belum Pernah Dibagikan ke Publik
Tidak hanya kuat secara teknis, substansi film ini pun tidak kalah tajam. Totto Chan akan membawa penonton ke dalam kontras yang sangat kental antara kehidupan anak-anak yang cinta damai dan dunia yang sedang panas dalam perang.
Anak-anak sekolah Tomoe hidup dengan menjunjung nilai kesetaraan dan gotong royong, sementara dunia orang dewasa sedang sibuk-sibuknya membenci bangsa lain.
Suatu pelajaran berharga bahwa mungkin orang dewasa pun harus berkaca dari anak-anak yang terkesan lugu dan tak tahu banyak hal.
Film ini juga akan memperlihatkan detail-detail sejarah yang selama ini mungkin luput dari perhatian. Propaganda yang sangat keras dan mengakar kepada masyarakat Jepang saat itu digambarkan dengan sangat seksama dalam beberapa scene.
Pesan antiperang memang tak secara gamblang disampaikan, tetapi penonton akan merasakan tujuan penggambaran mengerikan propaganda perang yang dilakukan selama perang dunia II. Untuk menekankan seberapa kejamnya peperangan merenggut perdamaian warga sipil. (Z-1)
Terkini Lainnya
Pezeshkian dan Babak Baru Politik Iran
Hamzah Haz Politisi Santun yang Teguh Pendirian
Wantimpres jadi DPA: Sesat Pikir Sistem Ketatanegaraan
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap