visitaaponce.com

Pulau Surga di Ujung Timur Indonesia

Pulau Surga di Ujung Timur Indonesia
Terumbu karang dan ikan di perairan Pulau Liki, Sarmi, Papua, Rabu (21/11). Terumbu karang dan ikan di perairan pulau tersebut menjadi salah satu aspek penelitian pada Ekspedisi Nusa Manggala yang digelar oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dengan melib(MI/SUMARYANTO BRONTO)

PULAU Liki mungkin masih terdengar asing di telinga Anda. Akan tetapi, kemolekannya akan menghipnotis siapapun yang menyentuhnya. Pulau yang terletak di Kabupaten Sarmi, Papua, ini termasuk dalam pusat segitiga karang dunia (coral triangle). Artinya, Pulau Liki adalah salah satu pulau yang memiliki spesies bahari terbanyak di seluruh dunia. 

Tidak sulit menjangkau Pulau Liki, hanya dibutuhkan sekitar 1 jam perjalanan laut dari pusat Kota Sarmi atau kurang dari 8 jam perjalanan darat dari Kota Jayapura. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI berkolaborasi dengan tim peneliti lainnya berupaya untuk menggali potensi bahari di Pulau Liki dalam ekspedisi Nusa Manggala sesi kedua. Hal ini karena data tentang potensi kelautan di pulau-pulau terdepan masih terbatas. Informasi tersebut sebetulnya sangat dibutuhkan untuk menyusun kebijakan pemerintah pusat dan daerah. 

Puluhan lumba-lumba berenang sambil menyapa perahu karet yang membawa peneliti mendarat di Pulau Liki membuat tim ekspedisi berdecak kagum. Bak lukisan, perairan yang jernih diwarnai pasir putih membentang luas di depan Desa Liki. Masyarakat desa yang ramah dan terbuka membuat tim ekspedisi mudah dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Salah seorang warga pun mempersilakan para peneliti untuk menginap di rumahnya. 

Ketua koordinator Ekspedisi Nusa Manggala sesi kedua, I Wayan Eka Dharmawan, menjelaskan bahwa potensi sumber daya perikanan dan ekosistem pesisir di Pulau Liki selama 5 hari ekspedisi berada dalam kondisi yang sangat baik, namun masih penuh misteri. “Tim peneliti akan memetakan sebanyak mungkin potensi sumber daya, termasuk wisata bahari dan konservasi yang masih belum terungkap selama ini sebagai rekomendasi untuk pengelolaan kawasan yang lebih optimal,” imbuhnya saat di wawancarai dalam kapal Baruna Jaya VIII (23/11).

Selama melakukan penyelaman, Muhammad Abrar selaku peneliti ekologi terumbu karang LIPI, menemukan beragam jenis terumbu karang di pesisir Pulau Liki dengan kondisi sehat. Tak jarang, Abrar menjumpai Giant Clam, Nudibranch, teripang, dan bintang laut merah dalam ekosistem terumbu karang. “Beberapa titik penyelaman sangat menarik untuk menjadi lokasi wisata penyelaman, seperti Wreck perang dunia II, Shark Point, dan beberapa titik Manta Ray serta Penyu,” tambahnya.

 

Baca juga: Tembus Samudra Pasifik, Inilah Kisah Tim Ekspedisi Nusa Manggala

 

Keanekaragaman jenis ikan karang juga melimpah ruah. Jenis ikan karang tersebut didominasi oleh ikan bernilai ekonomis tinggi, di antaranya kakap merah, kerapu, dan bubara laut. Petrus Makatipu, peneliti ikan karang LIPI, juga menjumpai ikan Napoleon, Bump Head, Manta Ray, hiu, lumba-lumba, clown fish (ikan badut), serta angel fish yang menjadi daya tarik tersendiri dalam penyelaman. “Ada ribuan ikan dengan keanekaragaman yang cukup tinggi di lokasi atau titik penyelaman kami,” tambah Petrus.

Pulau Liki juga cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan konservasi. Di samping potensi ekosistem terumbu karang, terdapat padang lamun yang membentang di sepanjang pesisir pulau, meski didominasi di bagian barat. Aditya Hikmat Nugraha selaku peneliti lamun dari Universitas Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, dan Ilham Antariksa selaku peneliti lamun dari Universitas 19 November Kolaka menemukan 8 jenis padang lamun di Pulau Liki. “Kondisi ekosistem padang lamun di Pulau Liki tergolong apik sehingga ikan duyung atau dugong sering muncul,” kata Adit.

Di lain sisi, hutan mangrove tumbuh sempurna di sepanjang teluk kecil di belakang Desa Liki. Besarnya ukuran pohon menunjukkan kondisinya masih alami. “Kami menemukan lebih dari 15 jenis mangrove sejati di Pulau Liki,” ujar Doni Nurdiansah, peneliti mangrove dari LIPI Bitung.

Ekspedisi Nusa Manggala dalam kapal riset Baruna Jaya VIII akan meninggalkan Pulau Liki pada tanggal 24 November 2018. Ekspedisi sesi kedua ini akan melanjutkan penemuannya di Pulau Befondi (Kabupaten Supiori) dan Pulau Miossu (Kabupaten Tambraw). Ekspedisi ini diikuti oleh 21 peneliti berbagai disiplin ilmu dari lembaga penelitian dan universitas di seluruh Indonesia, dan akan mengakhiri perjalanannya di Sorong pada 4 Desember 2018.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat