visitaaponce.com

Mengolah Limbah Jagung Bernilai Ekonomi

Mengolah Limbah Jagung Bernilai Ekonomi
Saswati Ningrum,tapi akrab dipanggil Saras, asal desa Sendangmulyo, Kabupaten Rembang Jawa Tengah ,40.(MI/Haryanto)

SASWATI Ningrum, 40, tekun memilih janggel jagung (bonggol jagung) dengan sejumlah karyawannya untuk dijadikan suvenir. Kesibukan sehari-hari Saras sapaan akrab warga Desa Sendangmulyo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, itu membuat kerajinan dari bonggol jagung kemudian dijual.

Dengan menggunakan tongkat penyangga, Saras hilir mudik di ruang produksi mulai mengecek bahan, membuat desain sampai mengemas untuk dijual.

Kepada Media Indonesia, Saras menjelaskan bahwa ia dulu terlahir normal. Namun, saat usia tiga tahun Saras mengalami demam tinggi setelah ia terjatuh.

Orangtuanya membawanya ke bidan desa. Bidan memberikan suntikan, tetapi kondisi Saras semakin parah. Ia tidak bisa bangun dan hanya rebahan di tempat tidur sampai usia lima tahun. Ia kemudian belajar bergerak dan berjalan dengan alat bantu.

Bapak dan ibunya bekerja di hutan milik Perhutani jadi jarang pulang. Mereka harus bekerja keras agar bisa menyekolahkan Saras ke sekilah dasar terdekat.

"Orangtua saya memang kesulitan menyekolahkan saya, terutama untuk biaya pendidikan dan seragam. Namun, orangtua saya tetap bertekad menyekolahkan saya," kata Saras.

Di sekolah ia satu-satunya penyandang disabilitas. Masa-masa sekolah ia sering menerima bully-an dari teman-temannya. "Saya tidak kecewa malah saya selalu berprestasi di sekolahan. Waktu di SD saya suka di-bully karena orang difabel dianggap tidak bisa apa-apa dan akan menjadi benalu bagi orang lain," ungkapnya.

Stigma tersebut tertanam di hati Saras sehingga menumbuhkan rasa penyemangat dan berjanji tidak akan menjadi benalu dan merepotkan orang lain.

Setelah menamatkan SMP, Saras merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan sekaligus ingin membuktikan kepada orang-orang yang selalu menganggap jika orang difabel tidak bisa apa-apa.

"Pertama kali kerja sebagai tenaga pembantu rumah tangga. Selama di Jakarta pada tahun 1997, saya sudah pindah-pindah tempat dari Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan."

Akhirnya Saras bekerja di Pusat Rehabilitasi Yakkum dan bergabung dengan teman disabilitas. Dia mulai bangkit setelah melihat teman-teman sesama disabilitas semangat menjalani hidup dengan segala kekurangan fisik.

Di situlah Saras mulai tergerak hatinya untuk mulai banyak menolong teman-temannya. Ia mulai membantu mencuci pakaian teman-teman yang kondisi kecacatannya lebih parah darinya. Saras juga membantu belanja kebutuhan sehari-hari teman-temannya di Yakkum.

"Nama Saras sebetulnya pemberian dari teman-teman sesama difabel. Waktu saya di Yakkum sedang booming sinetron Saras 008 pahlawan kebijakan. Nama saya Saswati, teman-teman kemudian memanggil saya Saras supaya lebih mudah. Namun, dengan nama itu, saya berhasil move on dari semua kepahitan di masa lalu," ungkapnya.

Di Yakkum inilah Saras belajar keterampilan menjahit. Ia pun akhirnya bisa membeli mesin jahit dan pulang ke Rembang. Di kampung halamannya, Saras membuka jasa menjahit sambil jualan kerupuk pasir yang disetor ke warung-warung.

Ia juga aktif ikut kegiatan karang taruna desa. Pengalamannya selama di Jakarta dari 1997 hingga 2007 memberi manfaat bagi desanya. Karang taruna selalu punya peran di desa sehingga menjadi perhatian kepala desa.

"Setiap ada hajatan kampung, karang taruna selalu dilibatkan. Di situ saya bertekad untuk memajukan kampung halaman saya," tekad Saras.

Jiwa wirausaha Saras tergerak saat melihat bonggol jagung atau janggel melimpah dan mengotori lingkungan desanya setiap panen jagung. Bonggol jagung lebih banyak menjadi sampah daripada dimanfaatkan.

Pada saat itu sedang ada pendampingan program pemberdayaan. Dalam acara tersebut Saras mengajukan ide bagaimana mengoptimalkan janggel jagung tersebut. Usulan itu diterima dan akhirnya janggel jagung digarap oleh Saras menjadi produk kerajinan. Ia kemudian memanfaatkan limbah jagung ini menjadi kerajinan seperti kap lampu, bros hijab, tempat tisu, dan hiasan cermin.

"Daripada janggel cuma dibuang dan mengotori lingkungan, lebih baik saya olah jadi kerajinan dan memiliki nilai ekonomi," ujarnya.

Di tengah pandemi covid-19, banyak tetangga kehilangan pekerjaan. Saras kemudian mendirikan Janggel Jaya Craft dan merekrut perempuan disabilitas serta kaum duafa di sekitarnya.

Mereka dilatih oleh Saras terlibat dalam pembuatan berbagai kerajinan tangan karyanya. Dalam pemasaran Saras memaksimalkan jaringan yang dimilikinya, termasuk membangun komunikasi dengan para pejabat di Kabupaten Rembang. Saras juga memaksimalkan promosi produknya melalui platform media sosial.

Untuk harga kotak tisu dijual Rp200 ribu. Kemudian gantungan kunci Rp10 ribu, lampu antara Rp250 ribu-Rp270 ribu.

 

WEPs Award 2021

Upaya dilakukan oleh Saras ini dilirik oleh Semen Gresik bagian dari PT Semen Indonesia (persero) Tbk. Semen Gresik memberikan dukungan penuh kepada Saras mewakili Kabupaten Rembang untuk bersaing di ajang Asia-Pacific Women Empowerment Principles (WEPs) Awards tahun 2021. Ia juga pionir penyerapan berton-ton limbah janggel (bonggol janggel) yang selama ini mencemari lingkungan.

WEPs Awards 2021 ialah ajang penghargaan prestisius yang diberikan kepada pemimpin usaha dan perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia atas kontribusi dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Dukungan dan pendampingan yang diberikan SG pada kiprah Janggel Jaya Craft (J2C) ialah berkolaborasi dalam memajukan usaha, sekaligus mempromosikan prinsip ramah difabel dan pemberdayaan wanita serta pelestarian lingkungan.

Kepala Unit Komunikasi dan CSR SG Dharma Sunyata menilai J2C layak mendapat apreasiasi dan support karena menerapkan prinsip-prinsip women empowerment (pemberdayaan perempuan), kesetaraan gender terhadap disabilitas, dan pelestarian lingkungan.

"J2C sangat memenuhi prinsip yang digaungkan UN Women sebagai entitas PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Prinsip itu di antaranya perlakuan adil dalam pekerjaan, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha," kata Dharma. (N-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat