visitaaponce.com

Kanker Tulang tidak Harus Berujung Amputasi

Kanker Tulang tidak Harus Berujung Amputasi
(THINKSTOCK)

Dua puluh tahun lalu, penderita kanker tulang pada tangan dan kaki umumnya harus menjalani amputasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan di bidang kesehatan telah mengembangkan metode operasi yang dapat mempertahankan seluruh saraf utama dan pembuluh darah pasien tetap utuh sehingga amputasi bisa dihindari. Hal itu dijelaskan COO Mount Elizabeth Hospital Singapura, dokter Noel Yeo, saat hadir di Jakarta, Kamis (25/8), untuk memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru teknologi di bidang kesehatan. Ia mengisahkan pasien bernama Max yang baru-baru ini ditangani di Mount Elizabeth Hospital. Max didiagnosis terkena kanker tulang jenis osteosarcoma di bagian paha kananya. "Ia sangat takut akan kehilangan kakinya. Sebagai kepala keluarga, ia tidak bisa jika harus kehilangan kemampuannya untuk bergerak," ujarnya.

Setelah berkonsultasi dengan dokter Leon Foo, seorang orthopaedic oncologist di Mount Elizabeth Hospital, Max menemukan harapan baru setelah mendapatkan penjelasan bahwa ia tidak harus diamputasi. Max menjalani 12 jam operasi. Dokter Foo mengambil bagian tulang yang terkena kanker. Untuk merekonstruksi tulang dengan tetap mempertahakan struktur neuromuscular (jaringan otot dan saraf) kaki, dokter Foo menggunakan kombinasi dua prosedur, yaitu penggunaan allograft dan prosthesis. Tekhnik itu disebut Allo-prosthetic Composite Reconstruction. "Allograft ialah tulang yang diambil dari donor manusia yang telah meninggal untuk digunakan tujuan medis. Donor tersebut telah diuji secara medis sterilitas dan kesehatannya. Tulang yang diambil untuk dicangkokkan juga telah diuji keamanannya." Adapun prosthesis, lanjut Noel, ialah implan buatan dari bahan titanium alloy yang sejak lama digunakan pada operasi penggantian sendi lutut, pinggul, dan pundak. Prothesis modern bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan pasien untuk tujuan operasi rekonstruksi.

"Teknologi terkini memungkinkan prosthesis menyambung dengan tulang secara cepat dan tepat. Termasuk penggunaan radiofrequency control yang berguna untuk pertumbuhan tulang pada pasien remaja," imbuh Noel. Ia menambahkan, operasi Max berjalan sukses. Tidak ada saraf utama dan pembuluh darah utama yang rusak. Setelah menjalani penanganan lebih lanjut dengan kemoterapi untuk menghilangkan sisa kanker di tubuh, ia terbebas dari kanker tulang tanpa harus kehilangan kakinya. "Max mendapatkan kemampuan geraknya secara utuh setelah masa pemulihan."

Osteosarcoma
Pada kesempatan itu, dokter Noel juga menjelaskan perihal kanker tulang secara umum. Menurutnya, kanker tulang terjadi ketika sel tulang berkembang tak terkendali dalam jumlah besar. "Osteosarcoma merupakan urutan kedua dari jenis kanker tulang yang paling sering terjadi dan berisiko terjadi saat pertumbungan remaja antara 10 dan 20 tahun, dan juga pada dewasa antara 50 dan 60 tahun," jelasnya. Osteosarcoma menyebar dengan cepat dan menjadi fatal jika tidak ditangani segera. Umumnya, osteosarcoma berkembang pada persendian seperti pada tulang paha (femur) dekat lutut, pangkal tulang kering (tibia), atau tulang lengan (humerus) dekat pundak. Gejala umum yang terjadi ialah pembengkakan, memar, nyeri di area tulang saat bergerak, kerusakan tulang, serta kesulitan dalam bergerak. "Dua puluh tahun lalu, prognosis (harapan kesembuhan) pada pasien osteosarcoma sangat buruk, kemungkinan bertahan hanya 10%–30%. Banyak kasus mengharuskan dilakukannya amputasi. Sekarang, kemajuan dibidang kesehatan telah membuat prognosis jauh membaik dan pasien dapat mempertahankan bagian tubuhnya," tutup Noel. (Nik/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat