visitaaponce.com

Buru 4 Komandan Hamas, Israel Hargai Yahya Sinwar Rp6 Miliar

Buru 4 Komandan Hamas, Israel Hargai Yahya Sinwar Rp6 Miliar 
Kertas sayembara yang disebar Israel, berisi iming-iming hadiah uang untuk informasi keberadaan empat komandan tertinggi Hamas.(Telegram)

SEOLAH putus asa, pasukan penjajah Israel pada Kamis (14/12) mengadakan sayembara untuk menangkap empat komandan tertinggi Hamas, penguasa resmi Jalur Gaza di Palestina. Israel menyebarkan selebaran sayembara tersebut ke sejumlah tempat.

"Pasukan Israel hari ini jatuhkan selebaran harga buronan untuk empat pemimpin Hamas di Gaza," demikian salah satu caption foto seorang pengguna Instagram, yang diperkuat dengan pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

IDF mengumumkan hadiah uang tunai untuk empat pemimpin Hamas, yakni Yahya Sinwar, Muhammad Sinwar, Rafa' Salamah dan Mohammed Deif. IDF meyakini, Sinwar dan Dief bertanggung jawab atas serangan Badai Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.

Baca juga : 2.000 Pasukan Israel Cacat, Kalah Tempur di Gaza

 

Kemunculan Yahya Sinwar pada April 2023 lalu di Kota Gaza, Palestina, saat bulan Ramadan. (AFP/Mohammed Abed)

 

Selebaran tersebut berjanji untuk membayar US$400.000 atau Rp6,1 miliar untuk informasi tentang Yahya Sinwar dan US$300.000 atau Rp4,6 miliar untuk informasi tentang adiknya, Muhammad Sinwar, yang memimpin brigade selatan Hamas.

Selanjutnya, Israel mengimingi uang sebesar US$200,000 atau Rp3 miliar untuk Rafaa Salameh, komandan Batalyon Khan Younis Hamas, dan US$100,000 atau Rp1,5 miliar untuk informasi tentang Mohammed Deif, komandan Sayap Militer Hamas.

Baca juga : Uni Eropa Masukkan Nama 2 Petinggi Militer Hamas ke Daftar Teroris

Selebaran tersebut juga berisi nomor telepon dan rincian kontak untuk aplikasi perpesanan Telegram, yang menjanjikan kerahasiaan.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan mereka akan mencoba membunuh Sinwar untuk mematikan gerak Hamas. 

Beberapa hari lalu, IDF menggerebek kediaman dan kantor Sinwar di Gaza utara dan diduga menemukan beberapa dokumen seperti kartu kredit atas nama Sinwar. Namun, kartu tersebut telah kedaluarsa dan diduga milik orang lain yang memiliki kemiripan nama.

 

Siapakah Yahya Sinwar?

 

Yahya Sinwar saat menghadiri aksi unjuk rasa mendukung Masjid Al-Aqsa Yerusalem di Kota Gaza, pada 1 Oktober 2022. (AFP/Mahmud Hams)

 

Sayembara Israel menegaskan kembali bahwa Yahya Sinwar menjadi pemimpin Hamas yang paling dicari Israel. Siapakah sebenarnya Yahya Sinwar?

Sinwar, 61, yang dikenal dengan sapaan Abu Ibrahim, lahir di kamp pengungsi Khan Younis di ujung selatan Jalur Gaza.

Orang tuanya berasal dari Ashkelon, namun dia menjadi pengungsi pasca-peristiwa “al-Naqba” (bencana), yang merujuk pada tersingkirnya warga Palestina dari tanah leluhur mereka dalam perang usai negara Israel dibentuk pada 1948.

Dia menempuh pendidikan di sekolah menengah untuk laki-laki di Khan Younis, lalu menjadi sarjana bahasa Arab dari Universitas Islam Gaza.

Israel menyebut Yahya Sinwar sebagai orang mati yang berjalan atau dead man walking. Yahya Sinwar menghabiskan waktu di penjara Israel selama 23 tahun lamanya, dan bangkit untuk memimpin perlawanan gerakan Islam di Jalur Gaza.

Ia belajar bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel, dan dikatakan memiliki pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.

Dia menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel ketika dia menjadi orang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.

Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil kepemimpinan keseluruhan gerakan tersebut di Gaza.

 

Yahya Sinwar otak serangan Hamas 7 Oktober

Sinwar dituduh mendalangi serangan kelompok itu pada 7 Oktober, yang terburuk dalam sejarah Israel, yang menurut para pejabat menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 240 orang diseret kembali ke Gaza sebagai sandera.

Rencana operasi bertajuk Badai Al-Aqsa itu diperkirakan memakan waktu satu atau dua tahun, dan hasilnya sangat mengejutkan Israel dan dunia. 

"(Peristiwa itu) mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan," kata Leila Seurat dari Pusat Penelitian dan Studi Politik Arab (CAREP) di Paris, dikutip dari AFP.

Yahya Sinwar yang kini berusia 61 tahun itu tidak terlihat lagi sejak 7 Oktober. Dikenal karena kerahasiaannya, Sinwar adalah operator keamanan yang “par excel”, menurut Abu Abdallah, seorang anggota Hamas yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bersamanya di penjara-penjara Israel.

“Dia mengambil keputusan dengan sangat tenang, namun keras kepala ketika harus membela kepentingan Hamas,” kata Abu Abdallah kepada AFP pada tahun 2017 setelah mantan tahanannya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza. (BBC/AFP/Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat