visitaaponce.com

Menyambut Natal dengan Cacing Pasir di Pulau Reni

Menyambut Natal dengan Cacing Pasir di Pulau Reni
(MI/Fathurrozak)

EMPAT mama-mama tengah berjalan menuju pantai. Jumat (7/12) siang itu terasa begitu terik. Mereka baru saja turun dari bodi, sebutan warga lokal untuk perahu. Di tangan mereka, menjuntai sekumpulan binatang panjang berwarna putih.

Rupanya, mereka tengah membawa cacing pasir yang baru saja mereka tangkap. Teksturnya kenyal. Cacing pasir kemudian direndam di dalam air, untuk selanjutnya diasapi di atas bara api.

"Tidak perlu lama-lama rendam di air, cukup sebentar saja, lalu kita sudah bisa ditusuk untuk diasar," terang Mila Sarwa, Jumat (7/12).

Mila, siang itu, tengah mempersiapkan hidangan untuk keluarganya yang menurut penuturannya akan datang dari Sorong.

Cacing pasir, menurut Mila, biasa diolah dengan cara diasar, yaitu tubuh cacing ditusuk dengan satu batang kayu, lalu diasapi di atas bara api. Hanya memerlukan waktu 1,5 jam, cacing pasir sudah siap disantap.

Baca juga: Peneliti Lanjutkan Perjalanan ke Kepulauan Ayau Raja Ampat

Selain Mila, siang itu, warga di Pulau Reni, Distrik Kepulauan Ayau, Kabupaten Raja Ampat, tengah mempersiapkan minyak kelapa.

Kelapa yang telah dikupas dan menyisakan daging di batoknya, kemudian dikukur, yakni teknik mengerok daging kelapa dengan alat tradisional yang terbuat dari kayu, dan di ujungnya memiliki besi bergerigi.

Pengukur harus duduk di atas alat kukur untuk mengerok daging kelapa, kelapa dikerok dimulai dari sisi tengah hingga ke ujung. Kukur kelapa dilakukan sampai daging tidak tersisa di batok.

Ini dilakukan karena sebentar lagi para warga di Pulau Reni akan menyambut Hari Raya Natal, sehingga kelapa yang sudah dikukur akan digunakan untuk membuat minyak kelapa dan digunakan untuk mengolah makanan.

Selain mempersiapkan bahan makanan, tradisi penyambutan Natal juga biasanya dilakukan dengan seni Suling Tambur. Tambur, sejenis alat pukul Tifa, akan dimainkan bersama seruling, untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Tahun ini, perayaaan besar Natal bersama akan dilaksanakan di Pulau Rutum.

Pulau Reni merupakan salah satu gugusan pulau yang masuk ke Distrik Kepulauan Ayau, di Kabupaten Raja Ampat. Di Pulau ini, hampir keseluruhan penduduk berprofesi sebagai nelayan. Kebanyakan warga juga memiliki keramba.

"Di sini, kami mayoritas nelayan. Beberapa ikan hasil tangkapan kami ialah Kerapu. Di sini ada juga budidaya rumput laut. Paling kecil ketika panen keramba dalam sebulan, kami dapat Rp800 ribu," terang Ketua Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) David Faidan.

Bamuskam merupakan badan yang berfungsi sebagai penampung aspirasi masyarakat, yang akan diteruskan ke Ketua Kampung, maupun langsung ke pemerintahan Kabupaten.

Ketika dijumpai Jumat (7/12) sore itu, David bercerita, tenaga medis sangat diperlukan sekali di Pulau Reni. Sebab, kebanyakan tenaga medis yang ditugaskan di sana tidak pernah bertahan lama.

Terakhir, tenaga medis hadir di Pulau Reni ialah dua tahun yang lalu.

Untuk sekolah formal pun, di Pulau Reni hanya terdapat sekolah dasar, sementara mereka yang ingin menempuh sekolah menengah, harus menyeberang ke kampung tetangga, di Rutum.

Untuk jenjang SMA, anak-anak di Pulau Reni harus pergi lebih jauh lagi, mereka harus menetap di Pulau Dorekar, Kepulauan Ayau.

"Mereka yang sekolah SMA, biasanya ya menetap di Dorekar. Orangtua buatkan rumah di sana, baru setelah selesai, rumah dibongkar. Jadi seperti pinjam tanah milik sekolah saja, di sana," ungkap David

Di Pulau Reni, terdapat tiga marga yang berasal dari Suku Biak Wardo.

"Ada tiga marga, Faidibian, Sarwa, dan Dimara," tambah Ketua Kampung Astus Sarwa.

Pulau Reni merupakan tujuan pertama pulau terluar berpenghuni dari rangkaian Ekspedisi Nusa Manggala sesi ketiga yang akan mengkesplorasi Kepulauan Ayau, Kabupaten Raja Ampat.

Para peneliti Oseanografi LIPI telah melalukan pemetaan sumber daya dari beberapa bidang penelitian, seperti koral, lamun, mangrove, dan sosial ekonomi masyarakat di Pulau Reni.

Peneliti Puslit Sumber Daya Regional (P2SDR) LIPI Rudolf Yuniarto, menyebutkan rencananya ia dan timnya akan tinggal di Pulau Reni selama tiga hari, sebelum melanjutkan eksplorasi data ke Rutum dan Dorekar.

"Data yang akan kami eksplorasi terkaait dengan semua aspek terkait sosial, ekonomi, dan politik, dengan teknik wawancara mendalam. Hasilnya akan dipublikasikan menjadi tulisan populer dan jurnal. Di Reni ada 409 penduduk dengan sekitar 90 Kepala Keluarga," tutup Rudolf. (OL-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat