Garuda Mendunia Selamatkan Indonesia dari Sanksi Berat
![Garuda Mendunia Selamatkan Indonesia dari Sanksi Berat](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/ef14dfed9e582c7ce18fb4d6029ed007.jpg)
PENGAMAT sepak bola Rikki A Daulay mengatakan Ketua Umum PSSI Erick membuat cetak biru sepak bola Indonesia yang dinamai "Garuda Mendunia" dan dipaparkan kepada FIFA. Hal itu sebagai proposal diplomasi Erick untuk meminimalisir sanksi FIFA menyusul Indonesia dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Rikki A Daulay mengapresiasi semangat mantan bos Inter Milan itu dalam memperjuangkan nasib sepak bola Indonesia.
Menurutnya, cetak biru Garuda Mendunia merupakan gagasan yang bagus, sehingga ia optimistis FIFA akan menilai ada itikad baik Indonesia serta keseriusan PSSI dalam membangun sepak bola nasional.
Baca juga: Suporter Tuntut Politisi Minta Maaf Atas Batalnya Piala Dunia U-20
“Saya pikir dengan melibatkan FIFA langsung dalam membangun sepak bola nasional, seperti yang tertera dalam salah satu poin proposal Garuda Mendunia, dapat menunjukkan itikad baik dan keseriusan Indonesia untuk pembangunan sepak bola,” kata Rikki kepada wartawan, Kamis (6/4).
Dikatakan Rikki, proposal ‘Peta Biru Garuda Mendunia’ ini diharapkan mampu meyakinkan FIFA, selaku federasi sepak bola dunia, agar mempertimbangkan agar tidak memberi sanksi kepada sepak bola nasional pascagagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 karena ada aksi penolakan terhadap timnas Israel datang bertanding di Indonesia.
“Kita berharap dengan hal ini FIFA dapat mempertimbangkan untuk memberikan sanksi yg tidak menghambat kemajuan sepak bola nasional,” ujarnya.
Baca juga: Suporter Dukung Erick Thohir Temui FIFA Bawa Cetak Biru Garuda Mendunia
Menurut Rikki, ancaman sanksi terhadap sepak bola nasional merupakan ujian tersendiri bagi Indonesia, setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 135 orang.
Meski begitu, dengan pengalaman dan pengetahuan yang baik, Erick Thohir bisa membebaskan Indonesia dari sanksi FIFA.
“Tentu ini adalah ujian yang akan cukup menyita tenaga dan pikiran Erick Thohir. Kita berharap dengan pengalaman, pengetahuan dan relasi serta lobi internasional Erick Thohir dapat menghindarkan sepak bola Indonesia dari sanksi yang berat,” ucapnya.
Dijelaskan Rikki, FIFA adalah salah satu organisasi olahraga yang independen di dunia. Artinya, FIFA tidak bisa diintervensi oleh negara manapun, termasuk Israel, yang menjadi alasan utama dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
“Walaupun kita harus ingat bahwa FIFA adalah salah satu organisasi olahraga di dunia yang mengidentifikasi dirinya independen, artinya FIFA memiliki rule of games yang otonom tidak terpengaruh oleh negara manapun,” jelasnya.
Mantan pemain Persikota Tangerang ini juga menyoroti soal alasan lain yang menjadikan Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 adalah stadion yang belum memenuhi persyaratan FIFA.
Dikatakan Rikki, salah satu faktor penunjang majunya sepak bola satu negara adalah fasilitas lapangan atau stadion yang bagus, karena hal tersebut adalah satu yang harus dipenuhi pemerintah maupun PSSI.
“Menurut saya, memang harus disadari untuk bertransformasi menuju industri sepakbola yang baik, salah satu nya harus memiliki sarana penunjang yang berkualitas, salah satunya adalah stadion. Peningkatan kualitas stadion di Indonesia menurut saya sebuah keniscayaan yang harus segera dilakukan untuk menuju sepakbola nasional yang lebih baik,” ungkapnya.
Untuk itu, Rikki mendukung penuh pemerintah dan PSSI untuk membangun stadion dengan fasilitas berstandar FIFA di setiap Kabupaten/Kota, atau pemerintah dan PSSI memberikan perhatian serius kepada stadion-stadion yang sudah ada di setiap Kabupaten/kota, karena yang terjadi selama ini adalah kurangnya perhatian dari pemerintah ataupun pengurus PSSI sebelumnya.
“Ide ini menarik, cuma harus dipikirkan keberlanjutan pemeliharaannya. Sepengetahuan saya, hampir di setiap daerah itu memiliki stadion sepakbola. Tetapi yang jadi masalah adalah pemeliharaannya,” katanya.
“Jangan sampai kita membangun tapi tidak menyiapkan mekanisme pemeliharaan stadion itu sendiri, sehingga stadion yang bagus karena tidak dipelihara dengan baik, maka akan menjadi rusak dan terkesan jadi bangunan yang mubazir,” tutupnya. (RO/Z-1)
Terkini Lainnya
Tanpa Bertanding, Indonesia Naik ke Peringkat 133 Rangking FIFA
FIFA Selidiki Dugaan Aksi Rasis Pemain Timnas Argentina
Jadi Juara, Spanyol dan Argentina Naik di Peringkat FIFA
Jenis-Jenis Rumput untuk Lapangan Sepak Bola sesuai Standar FIFA
Liga 1 Musim Depan Masih Digelar Tanpa Suporter Tandang
Piala Presiden 2024 Jadi Jembatan Terobosan Liga 1 Musim 2024/2025
Otorita IKN dan DIFC Kolaborasi Pengembangan Nusantara Financial Center
Erick Thohir Keluhkan Pengamanan Sepak Bola Masih Kontraproduktif
Piala Presiden 2024: PSSI dan Polri Bersinergi untuk Jadwal Kompetisi
Erick Thohir: Pengamanan Sepak Bola Indonesia Masih Kontraproduktif
Erick Thohir Temui Kapolri Listyo Sigit Bahas Jadwal Sepak Bola Indonesia
Mendampingi Generasi Stroberi
Berpendidikan secara Utuh
Perlukah Moderasi Beragama Dikembangkan sebagai Budaya Keilmuan?
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap