visitaaponce.com

Tradisi Seba, Saat Masyarakat Baduy Turun Gunung ke Kota

Tradisi Seba, Saat Masyarakat Baduy Turun Gunung ke Kota
Masyarakat adat suku Baduy sedang menjalankan tradisi Seba.(Antara/ Muhammad Bagus Khoirunnas)

SUKU Baduy yang tinggal di Kabupaten Lebak, Banten, merupakan satu dari segelintir suku di Tanah Air yang teguh hidup dengan nilai-nilai adat yang sederhana dan menyatu dengan alam. Salah satu tradisi masyarakat suku Baduy adalah perayaan ritual Seba yang rutin dilakukan setiap tahun.

 

Seba Baduy merupakan tradisi yang biasanya diselenggarakan saat pertengahan tahun setelah warga Baduy selesai menggelar ritual Kawalu atau bulan puasa dalam kalender adat Baduy. Seba Baduy tahun ini telah berlangsung sejak Kamis, 27 April 2023 hingga puncaknya berakhir pada 30 April 2023.

 

Upacara Seba Baduy disinyalir telah berlangsung ratusan tahun lalu, tepatnya sejak masa kejayaan Kesultanan Banten. Kata Seba berasal dari bahasa Baduy atau Sunda yang berarti persembahan. Tradisi ini telah menjadi salah satu acara budaya rutin sebagai wujud syukur atas limpahan hasil pertanian dari yang maha kuasa.

 

Melansir laman resmi kikomunal Indonesia, tradisi Seba biasanya diisi dengan prosesi silaturahmi antara masyarakat suku Baduy dengan pemerintah setempat yang ditandai dengan acara penyerahan hasil bumi kepada wakil pemerintah, dalam hal ini mereka akan berkunjung kepada para pemimpin untuk menyampaikan amanat dan hasil panen satu tahun.

 

Pada pelaksanaan tradisi Seba, warga Baduy akan pergi turun gunung secara berduyun-duyun dengan berjalan kaki dari Desa Kanekes, di Kecamatan Leuwidamar, menuju kota dengan mengunjungi Pendopo Bupati Lebak di Rangkasbitung dan Pendopo Gubernur Serang, Banten.

 

Dalam praktiknya, upacara Seba diikuti oleh ribuan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Kedua kelompok masyarakat Baduy itu akan dibedakan dengan warna pakaian yang dikenakan. Baduy Dalam mengenakan busana dan ikat kepala berwarna putih, sedangkan Baduy Luar mengenakan pakaian berwarna hitam dan ikat kepala berwarna biru.

 

Melansir laman resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id, awal mula sebutan Baduy berasal dari nama yang diberikan peneliti Belanda. Diduga nama Baduy merupakan pelesetan kata Badawi dalam bahasa Arab, yang artinya berpindah-pindah atau nomaden. Ada tiga lapisan di Suku Baduy, yakni Baduy Dangka, Baduy Luar, dan Baduy Dalam.

 

Uniknya, tak semua masyarakat Baduy bisa mengikuti aksi turun gunung ini, sebab sebelum berangkat ke kota, sesepuh adat akan menyeleksi warga Baduy yang akan turut dalam pelaksanaan upacara Seba. Seleksi dilakukan untuk memilih warga yang sehat secara fisik, karena mereka akan berjalan kaki hingga 80 kilometer.

 

Secara umum, Seba memiliki tujuan berupa harapan keselamatan dan ungkapan rasa syukur. Selain itu, upacara Seba secara khusus membawa amanat pu'un atau ketua adat, untuk memberikan laporan, menyampaikan harapan, dan menyerahkan hasil bumi kepada para pemimpin seperti Bupati dan Gubernur (pemimpin gede) pemerintahan.

 

Upacara Seba biasanya diawali dengan pengucapan tatabean oleh salah seorang ketua adat yang ditunjuk. Tatabean adalah ucapan seserahan warga Baduy kepada bupati dan disampaikan dalam bahasa Baduy. Tatabean tersebut berisi tentang laporan kondisi warga Baduy, termasuk kondisi panen, lingkungan, dan kesehatan mereka.

 

Setelah Tatabean, berlangsung sesi dialog dimana pihak pemerintah baik bupati maupun gubernur akan menanggapi laporan Tatabean tersebut. Setelah itu, upacara Seba diakhiri dengan penyerahan hasil panen Baduy kepada Bupati. (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat