visitaaponce.com

Merayakan 17an dengan 17 Film Pendek Perempuan Sutradara

Merayakan 17an dengan 17 Film Pendek Perempuan Sutradara
Film Risau merupakan salah satu film di program Film Pendek 17 Sutradara Perempuan Bercerita.(Instagram @bioskoponline)

MEDIUM film bisa menjadi cara untuk mengenal keberagaman keIndonesiaan. Lewat cerita dan narasi, film juga bisa memberikan inspirasi dan pemantik diskusi. Dalam perayaan Kemerdekaan RI tahun ini, ada film-film pendek yang bisa kamu tonton karya para perempuan sutradara.

 

Berikut adalah judul 17 film pendek karya perempuan sutradara yang bisa kamu tonton:

 

1. Fasad

Disutradarai Dessy Oktavia, film bergenre drama thriller ini mengisahkan tentang perbedaan antara kehidupan nyata dan dunia media sosial.

 

2. The Netra(l)

The Netra(l) merupakan dokumenter yang disutradarai Ulva Evitasari. Mengikuti kisah Jefry, tunanetra yang mencoba mengatasi kesepiannya dengan bersosialisasi. Jefry hilang penglihatan akibat kecelakaan besar yang dialaminya saat masih SMP. Selama ia menjadi tunanetra, ia banyak belajar dari kenyataan yang harus dihadapi.

 

3. Kama (An Eternity)

Disutradarai Esra Desvita, berkisah tentang Surya dan Indah, pasangan yang sudah bersama sejak 1965 dan tinggal di Jakarta. Pada 1965, rumah mereka pernah disergap sekelompok tentara. Flashbang yang dilempar tentara, meledak di rumah mereka. Hingga 2010, keduanya masih tinggal bersama dengan berbagai dinamika yang dilalui mereka.

 

4. Risau (Do Not Ask)

Disutradarai Vera Isnaini, berkisah tentang Bulik, tukang pijat panggilan yang masih melajang di usianya yang sudah memasuki kepala 4. Di tengah tekanan keluarga, Bulik bertemu dengan pelanggan bernama Tara yang bertanya latar belakang Bulik dan membuatnya emosi, berujung pada terancamnya nyawa Tara.

 

5. Titis Teramba

Dokumenter garapan sutradara Filda Gustia Leri ini mengangkat kisah suku Talang Mamak di Indragiri Hulu, Riau, yang memiliki kaitan erat dengan ayam. Mulai dari tradisi kelahiran hingga kematian. Judul film ini sendiri diambil dari pepatah Jamba Junglai Titis Teramba (manusia mati meninggalkan arah pepatah), semboyan yang dipercayai suku Talang Mamak.

 

 6. Haba Paleh

Disutradarai Sri Tila Wahyuni, berkisah tentang empat teman, Rahmad, Muji, Leman dan Amir yang membahas desas-desus tsunami Aceh 2004. Muji dan Leman meyakini tsunami adalah konspirasi barat terhadap Aceh, padahal Amir adalah korban dari bencana tersebut.

 

7. Ratih

Disutradarai Ayu Pamungkas, berkisah tentang perempuan Jawa bernama Ratih yang merantau di Bali untuk bekerja sebagai terapis spa. Namun, situasi pandemi mengakibatkan pulau tersebut sepi dan berimbas ke pekerjaan Ratih sampai ia harus dirumahkan di tengah dirinya sedang mengandung. Situasi itu juga berimbas pada kehidupan rumah tangganya. Ratih lalu bertahan hidup dengan memproduksi canang (sesajen Bali) setelah diajari oleh tetangganya, Bu Made.

 

8. Brutu

Disutradarai Antika Harianti, berkisah tentang Gita, remaja yang sedang ditinggal ibunya pergi ke luar kota. Ia pun harus tinggal sementara di rumah budenya. Ketika makan malam, Gita mengambil brutu (bagian pantat ayam) tapi dilarang oleh budenya yang masih percaya mitos memakan brutu membuat seseorang mudah lupa.

 

 

9. The World Just Need Sleep

Disutradarai Indira Larin Natasha, berkisah tentang perempuan yang membuat siaran langsung (live) ASMR untuk membuat orang-orang tertidur demi mendapatkan uang.

 

10. Artemist: Encouraging Ethical Fashion

Dokumenter yang disutradarai Penelope Shen ini memperkenalkan konsep slow fashion yang berkebalikan dengan konsep fast fashion atau pakaian dengan model dan kualitas yang tidak tahan lama. Konsep slow fashion dibahas dari sudut pandang Tiara Denya, pemilik toko baju Artemist.

 

11. Dari Hutan Kitong Hidup

Disutradarai Kristina Sili Soge dan Denis Tafor, dokumenter ini mengikuti keluarga Cosmas Boryam, yang menggantungkan hidup dari hutan. Berburu, berkebun, dan budidaya ikan air tawar adalah aktivitas keluarga Cosmas.

 

12. Parsan (The Legend of Rajawali)

Disutradarai Gusnita Linda dan Riri Irma Suryani, dokumenter ini mengangkat sosok Parsan, orang di balik poster lukisan film bioskop Rajawali di Purwokerto, Jawa Tengah. Dokumenter biografi ini mengajak penonton melihat keseharian Parsan dan melihat perfilman Indonesia dari sosoknya.

 

13. Datang Bulan (Come Moon)

Disutradarai Clarissa Ruth Natan, Datang Bulan menggambarkan pengalaman perempuan Indonesia dengan menstruasi yang dianggap tabu di desanya.

 

14. Telur (How to be an Egg)

Disutradarai Vania Qanita Damayanti, tentang gadis kecil yang menceritakan intoleransi yang dialaminya lewat karakter telur.

 

15. Potret Lara (Lara’s Portrait)

Disutradarai Gleinda Stefany, berkisah tentang Lara, penjahit rumahan yang menikah siri pada usia muda. Ia bingung ketika anaknya, Taufik mendapat tugas sekolah untuk membawa foto keluarga inti.

 

16. Dunia dalam Kota (Pasar Terong, World in A City)

Disutradarai Ika Mahardika, dokumenter ini menceritakan tentang kerentanan yang dialami para perempuan pedagang di Pasar Terong, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

 

17. Beda Cara Sama Rasa (Different Technique Same Taste)

Disutradarai Elis Apyaka, dokumenter ini bercerita tentang masyarakat Suku Morop dari Kabupaten Pegunungan Bintang yang tinggal di perantauan, Kota Jayapura yang sudah berpuluhan tahun tetap mewarisi adat dan kebiasaannya. Kebiasaan bakar baru ( barapen) ala Suku Morop menjadi bagian dan tradisi yang mereka hidupi di tanah rantau. Para orangtua selalu menurunkan tradisi ini kepada anak cucunya yang juga hidup di tanah rantau.

 

Ke-17 film pendek ini bisa ditonton dalam program Film Pendek 17 Sutradara Perempuan Bercerita kolaborasi JAFF dan Bioskop Online. Program penayangan ini resmi dimulai pada 17 Agustus 2023 di platform Bioskop Online. (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat