visitaaponce.com

Jangan Kuatir, Kondisi Sektor Jasa Keuangan di Awal 2021, Terjaga

Jangan Kuatir, Kondisi Sektor Jasa Keuangan di Awal 2021, Terjaga
Gedung OJK RI(MI/Ramdani)

DARI sisi asesmen perkembangan sektor jasa keuangan, OJK mencermati stabilitas sektor jasa keuangan hingga Januari 2021. OJK mencatat bahwa sektor ini masih dalam kondisi terjaga.

Meskipun beberapa indikator intermediasi sektor jasa keuangan membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali.

Di industri perbankan, pertumbuhan kredit Desember 2020 terkontraksi -2,41% yoy (0,63% mtm). Terkontraksinya pertumbuhan kredit sangat dipengaruhi oleh penurunan baki debet korporasi besar yang disebabkan oleh belum optimalnya kapasitas produksi akibat masih lemahnya demand dan beberapa korporasi memiliki kebijakan mengurangi baki debet pinjaman dalam rangka mengurangi beban bunga.

Berdasarkan kepemilikan, kredit di BUSN dan Bank Asing terus terkontraksi, sementara Bank Persero dan BPD masih tumbuh positif sejalan dengan kebijakan pemerintah mendorong penyaluran kredit melalui penempatan dana di Bank Persero, BPD, dan Bank Syariah.

"Penurunan Kredit pada Bank Asing antara lain diakibatkan oleh pengalihan kredit dari Bangkok kepada Bank Permata sehubungan dengan integrasi kedua bank tersebut," jelas Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam rilis konfrensi pers rapat berkala KSKK yang membahas 'Paket Kebijakan Terpadu Untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi', yang disampaikan Direktur Humas OJK RI Darmansyah, Senin (1/2).

Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit secara yoy seluruhnya masih terkontraksi namun secara mtm seluruh jenis penggunaan telah tampak sinyal perbaikan dan pada zona positif. KMK yang memiliki porsi terbesar terkontraksi paling dalam mengingat banyak korporasi besar masih beroperasi di bawah kapasitas optimalnya.

Sementara itu berdasarkan segmennya, Kredit UMKM yang terkontraksi mulai dari Maret 2020 cukup memengaruhi perlambatan kredit secara keseluruhan sehingga secara yoy masih terkontraksi -1,73%.

"Namun, berbagai kebijakan stimulus yang diberikan OJK dan pemerintah mampu memberikan dampak positif pada segmen UMKM. Selama periode Mei sampai dengan Desember 2020 Kredit UMKM tumbuh sebesar 1,25%," kata Wimboh lebih lanjut dalam rilis.

Untuk kredit segmen korporasi dan segmen Konsumsi secara yoy masih konsisten terkontraksi.

Di segmen korporasi, OJK mencatat terdapat 116 debitur besar dari kelompok 200 debitur besar di bulan Desember mengalami penurunan baki debet total Rp61,94T dengan rata-rata turun sebesar 16,6%. Dengan yang terbesar adalah PLN Rp36 T, Pertamina Rp28,9 T, Bulog Rp9 T, Petrokimia Gresik Rp6 T, dan Astra International Rp5,4 T.

Di segmen konsumsi, sejalan dengan masih lemahnya daya beli masyarakat, untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) terus terkontraksi mencapai -24,66%, terutama pada kepemilikan roda empat.

Secara sektoral, kontraksi kredit didorong oleh sektor perdagangan dan industri pengolahan sejalan dengan penurunan aktivitas sosial ekonomi dan masih lemahnya daya beli masyarakat. Sementara itu sektor pertanian, perikanan dan konstruksi masih tumbuh positif.

Pasar modal
Pasar saham rebound di atas level 6000 di akhir 2020 dan di awal Januari. Sempat menyentuh 6.435 (14-Jan) namun akhir bulan Januari 2021 ditutup melemah di level 5.862,35 atau turun 1,95% ytd akibat rilis data ekonomi global.

Jumlah total investor di pasar modal mencapai 3,88 juta investor (naik 56% yoy) dan terus bertambah menjadi 4 juta investor hingga 15 Januari 2021 dengan frekuensi transaksi yang mengalami tren kenaikan.

Pasar SBN selama 2020 mengalami penguatan dengan yield turun 105 bps. Namun penguatan yield UST di awal 2021 mendorong pelemahan pasar SBN sehingga yield SBN perlahan naik.

"Sentimen positif terkait vaksin di awal 2021 menggiring aliran masuk dana investor non-residen sebesar Rp22,41 triliun di pasar modal (2020: net sell Rp135,76 triliun). Antusiasme korporasi untuk terus menggalang dana melalui penawaran umum masih terjaga di masa pandemi dengan 53 emiten baru di 2020 yang merupakan angka tertinggi di ASEAN," urai Wimboh. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat