Penggunaan Pembangkit Nuklir di Indonesia Mulai 2045
![Penggunaan Pembangkit Nuklir di Indonesia Mulai 2045](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/10/ff82de22d3a3e759656a073ae59a56b2.png)
PENGEMBANGAN energi nuklir tengah dipersiapkan menjadi opsi penyediaan listrik di Indonesia. Upaya mewujudkan sumber listrik pengganti batu bara ialah dengan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN dengan bahan bakar torium (PLTT).
"Opsi penggunaan nuklir direncanakan akan dimulai di 2045 dengan kapasitas hingga mencapai 35 Giga Watt (GW) di 2060," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam webinar, Kamis (21/10).
Baca juga: Kang Emil: April 2022 Mobil Listrik Sudah Diproduksi di Karawang
Dalam rilis Kementerian ESDM disebutkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, pemerintah mendorong langkah penelitian, pengembangan, mendorong penguasaan teknologi, membangun kerjasama, melakukan analisis multi kriteria dan menyusun roadmap nuklir.
Opsi penyediaan listrik untuk masa depan dalam RPJM salah satunya adalah pengembangan PLTN di Kalimantan Barat.
Dalam pemberitaan Media Indonesia sebelumnya dijelaskan, rencana pembangunan PLTT tengah dijajaki oleh salah satu perusahaan, yakni PT Thorcon Power Indonesia. Perusahaan itu berancang-ancang membangun reaktor PLTT dengan molten salt reactor di atas laut dengan investasi yang disiapkan berkisar Rp17 triliun.
Chief Operating Officer (COO) PT Thorcon Power Indonesia Bob S Effendi mengklaim, nuklir memiliki fatalitas kematiannya paling rendah jika dibandingkan dengan semua pembangkit lain di dunia. Meski memiliki sesuatu yang berisiko, tenaga nuklir akan tidak menjadi bahaya bila ada empat hal, menurutnya. Seperti ada regulasi, sanksi, proteksi, dan budaya atau etika keselamatan.
"Empat-empatnya itu jika dilakukan dengan sangat ketat tidak menjadi bahaya. Regulasi ketat sekali dari nasional dan internasional. Yang mengawasi di nasional ada Bapeten, internasional ada International Atomic Energy Agency (IAEA). Proteksi diberikan dan dilakukan berlapis-lapis," sebutnya.
Dari sisi lingkungan, PLTN dianggap Bob tidak menghasilkan C02. Menurutnya, ramah lingkungan itu tidak harus mengganggu ekosistem dan lingkungan. Namun, juga harus menyinggung soal densitas energi atau kerapatan energi. Nuklir dikatakan memiliki kerapatan energi tertinggi, 80 juta kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan batu bara.
"Jadi, footprint-nya akan kecil sekali. Kalau kita mau bangun PLT torium untuk 1000 MW, kita hanya butuh paling 10 hektare. Kalau PLTN umum butuh 50 hektare, batu bara 200-an hektare," katanya. (OL-6)
Terkini Lainnya
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap