Industri Pariwisata Indonesia Menargetkan 1,8 -3,6 Juta Wisman di 2022
Membaiknya kasus Covid-19 dalam negeri membawa kabar baik bagi sejumlah industri, tak terkecuali industri pariwisata. Dibukanya kembali aktivitas pariwisata dalam negeri, diikuti dengan sejumlah kebijakan, turut mendorong laju pemulihan ekonomi dalam negeri, berikut juga pemulihan industri pariwisata.
Kebijakan tersebut meliputi penghapusan kewajiban tes PCR untuk penerbangan apabila sudah vaksin, Visa on Arrival (VoA) atau visa bebas kunjungan yang jangkauannya diperluas menjadi 43 negara, dengan 9 negara diantaranya merupakan negara ASEAN.
"Kebijakan tersebut dinilai dapat menstimulasi minat wisatawan dengan kemudahan yang ditawarkan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (13/4).
Devisa negara juga berpotensi mengalami kenaikan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan 1,8 – 3,6 juta wisatawan mancanegara dengan devisa dari pariwisata di tahun 2022 ini di kisaran Rp6,74 – Rp24,40 triliun.
Di samping itu, ditemukan fakta menarik atas tren kontribusi industri pariwisata terhadap GDP. Pandemi memang cukup memukul industri ini, namun ternyata kontribusi penurunannya tidak begitu signifikan dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemi.
Tercatat tahun 2019 kontribusinya sebesar 4,7%, namun di 2020 hanya turun sebesar -14% menjadi 4,05%, dan 2021 kembali membaik menjadi 4,2%.
Perbaikan tersebut memang didorong oleh wisatawan domestik. Apalagi diberlakukannya aturan bekerja secara remote atau Work From Home (WFH) yang secara tidak langsung memberikan fleksibilitas terkait lokasi kerja.
Tak jarang masyarakat yang memanfaatkan momentum tersebut untuk bekerja dari luar daerah atau di lokasi wisata. Bahkan, pada kuartal I-2021 berjalan program pemerintah "bekerja dari Bali atau Work From Bali” untuk tujuh Kementerian demi menstimulasi pemulihan pariwisata Bali sebagai episentrum pariwisata Indonesia.
Tahun ini, Kemenparekraf menargetkan kontribusi industri pariwisata sebesar 4,3% terhadap GDP. Artinya, kenaikan target 1% dari PDB tahun lalu mencerminkan optimisme pemerintah akan kebijakan VoA.
"Kami menilai Indonesia cukup terbuka dan gesit dalam mendorong pemulihan industrinya dengan sejumlah kebijakan di tengah negara lain yang cenderung menutup diri demi bertahan layaknya lockdown yang terjadi di Shanghai saat ini. Sehingga, kebijakan perluasan jangkauan VoA berpotensi dapat kembali menarik wisatawan mancanegara untuk membantu pemulihan industri pariwisata yang juga dapat berdampak positif terhadap penerimaan negara dan mempercepat laju pemulihan dalam negeri," kata Nico. (OL-12)
Terkini Lainnya
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap