visitaaponce.com

Keberlanjutan Energi, Pangan, dan Kesehatan Fundamental Penguatan Ekonomi Indonesia

Keberlanjutan Energi, Pangan, dan Kesehatan Fundamental Penguatan Ekonomi Indonesia
Petugas melakukan perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Muara Nusa Dua di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (11/11)(Antara)

WAKIL Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara mengatakan ada tiga pekerjaan rumah yang masih harus dikerjakan oleh pemerintah untuk keberlanjutan lingkungan, kesehatan, dan ekonomi Indonesia.

Pertama pekerjaan rumah terkait keberlanjutan energi. Saat geopolitik terjadi, sektor energi menjadi rentan. Untuk mencapai keberlangsungan energi, artinya sumber energinya tersedia, bisa terjangkau, dan energinya hijau atau ramah lingkungan.

Kedua, yaitu menjaga keberlanjutan dan ketahanan pangan, yang rambatannya banyak seperti kebutuhan infrastruktur, kebutuhan tanah, kebutuhan petani, pekebun, dan kebutuhan membuat pasar yang baik untuk pangan, untuk mengatasi ketergantungan pada impor. Maka perlu didorong penguatan produk lokal.

Ketiga yaitu keberlanjutan sektor kesehatan. Pembelajaran dari pandemi selama 3 tahun ini yaitu pentingnya menjaga kesehatan untuk selalu memiliki kesempatan untuk beraktivitas.

"Pembelajaran selama hampir 3 tahun terakhir adalah kalau virusnya meningkat faktor penularan yang meningkat. Kita tahu kita bisa turunkan, seperti di situasi pertengahan 2021 Indonesia memberlakukan PPKM 4, semua kegiatan ekonomi dihentikan. Sebaliknya bila penularan sedang rendah, kita tahu itu bukan berarti virusnya hilang," kata Suahasil, dalam PT SMI Indonesia Economic Outlook 2023, Overcoming Challenge Through Sustainability, Selasa (20/12).

Oleh karena itu faktor kesehatan menjadi sangat penting. Sisi suplai dari pemerintah harus tercukupi seperti ketersediaan rumah sakit, sumber daya manusia, jaringan, pelayanan dan lainnya. "Energi, pangan, dan kesehatan, menjadi fundamental untuk kita tangani terus ke depan," kata Suahasil.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT SMI Edwin Syahruzad mengatakan banyak isu yang muncul terkait dengan masalah geopolitik yang belum stabil, serta pandemi yang belum usai.

Sehingga tantangan ekonomi global diprediksikan tetap akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebab geopolitik di Rusia dan Ukraina mengakibatkan disrupsi dari sisi supply yang mendorong kenaikan harga komoditas dan energi global minyak, gas alam, batu bara, CPO, gandum serta jagung.

Dari segi kebijakan moneter bank sentral AS atau The Fed masih akan melakukan pengetatan kebijakan moneter, yaitu secara gradual menaikkan suku bunga untuk menahan laju inflasi di Amerika, meski dalam 3 bulan terakhir telah terjadi penurunan indeks harga konsumen (CPI) yang cukup signifikan.

Disrupsi supply chain dunia juga dialami oleh negara-negara lain di luar dampak dari perang akibat Rusia dan Ukraina. Amerika bukan satu-satunya negara mengalami inflasi tinggi namun juga negara maju seperti Inggris, serta negara Uni Eropa yang inflasinya naik signifikan.

"Hal tersebut juga menjadi basis atas turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia," kata Edwin. (E-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat