visitaaponce.com

Komitmen Transisi Energi untuk Selamatkan Bumi

Komitmen Transisi Energi untuk Selamatkan Bumi
Tempo Energy Day 2023(MI/HO)

TRANSISI energi menjadi keniscayaan. Pasalnya, kebutuhan energi di Indonesia bakal terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk yang diprediksi mencapai 330 juta pada 2060.

"Namun hingga saat ini, Indonesia masih banyak mengimpor energi fosil untuk memenuhi kebutuhan. "Impor akan meningkat di tahun-tahun berikutnya dan berdampak pada beban keuangan negara," kata staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi Ego Syahrial dalam acara Tempo Energy Day 2023 lewat keetrangan yang diterima, Sabtu (25/11).

Baca juga: Anies Baswedan Susun Peta Jalan Transisi Energi Kolaboratif

Menurutnya, tak hanya kebutuhan yang meningkat, energi di Indonesia turut dipengaruhi dinamika global. Misalnya, situasi geopolitik yang bisa berpengaruh pada harga. Padahal, pada 2022, untuk memenuhi kebutuhan minyak seluruh kilang saja Indonesia mesti mengimpor lebih dari 36 persen terhadap kebutuhan kilang.

"Begitu juga untuk bahan bakar minyak (BBM), terutama gasoline, yang masih impor hampir 37 persn dari total kebutuhan kita," ujarnya.

Baca juga: ESDM Ungkap 2 Proyek yang Segera Dieksekusi dari Pendanaan JETP

Jika jumlah penduduk mencapai 330 juta jiwa pada 2060, Ego melanjutkan  kebutuhan energi pun meningkat signifikan. Sementara produksi dalam negeri tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan. Walhasil, situasi itu bakal berdampak pada ketahanan energi.

"Pada 2060, demand minyak diperkirakan meningkat dan jika renewable energy kita belum berdampak, kebutuhan energi fosil capai 4,3 juta barel oil per day," tandasnya.

Adapun saat ini kebutuhan di Indonesia masih berkisar 1,3 hingga 1,4 juta barel oil per day. Karena itu, Ego menegaskan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan mesti dilaksanakan. Apalagi Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT), seperti solar cell, angin, yang kapasitasnya diperkirakan mencapai 3.600 GW.

Direktur Pembinaan Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Mustafid Gunawan, mengatakan, transisi energi adalah salah satu bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim. Energi dipilih karena sebagian besar yakni hampir 49% dari energi dan transportasi yang ujungnya adalah fosil.

Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo, mengatakan, bumi memanas, dan masa depan bumi harus dijaga. Adapun penyebab bumi memanas karena ada emisi gas rumah kaca. "Kami ingin menyampaikan bahwa kita harus mengurangi emisi gas rumah kaca dan PLN is fully committed exactly to do," ujarnya.

Adapun, Direktur dan CEO PT Medco Power Eka Satria, mengatakan transisi energi dan net zero emission sudah suatu keharusan. "Tidak hanya harus karena memang dunia membutukan juga potensi bisnisnya sangat bagus. Energi transisi katanya memerlukan (investasi) US$ 1 triliun per tahun ultimatenya US$ 110 triliun dan itu potensi sangat besar," tandasnya. (P-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat