visitaaponce.com

Bahaya Diabetes Kehamilan

Bahaya Diabetes Kehamilan
(thinkstock)

DIABETES gestasional atau diabetes yang terjadi pada masa kehamilan perlu diwaspadai. Itu bisa menimbulkan komplikasi serius pada proses persalinan. "Kehamilan yang disertai dengan diabetes gestasional menyebabkan tekanan darah tinggi dan risiko perdarahan," ujar dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Farid Kurniawan, pada diskusi memperingati Hari Diabetes Sedunia 2017 bertajuk Perempuan dan Diabetes di Kantor Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, Selasa (21/11).

Diabetes gestasional bisa terjadi pada perempuan tanpa riwayat penyakit diabetes sekalipun. Meskipun bersifat sementara, artinya setelah melahirkan kadar gula darah dapat kembali normal, perempuan yang pernah mengalami diabetes gestasional rentan terkena diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. "Lebih dari 50% wanita dengan diabetes gestasional terkena diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. Fase perkembangan diabetes gestasional menuju diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada 5-10 tahun kemudian," terang Farid.
Selain berbahaya bagi ibu hamil, diabetes gestasional dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada bayi yang dilahirkan. "Berisiko bayi lahir dengan berat badan berlebih atau sebaliknya, berat badan rendah. Diabetes gestasional juga dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi (cacat bawaan), pertumbuhan janin terhambat, serta penyakit kuning."

Diabetes gestasional, sambung Farid, sering kali tanpa gejala. Karena itu, ibu hamil sangat dianjurkan untuk memeriksa kadar gula darah pada minggu ke-24 atau ke-28 usia kehamilan. Pemeriksaan gula darah yang disarankan pada ibu hamil yaitu pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTGO diawali dengan pemeriksaan darah dari vena pada pagi hari setelah ibu hamil dianjurkan berpuasa selama 8-12 jam. Kemudian diikuti pemberian glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air dan diminum paling lama 5 menit. Lalu, dilanjutkan pemeriksaan kadar glukosa darah kembali pada 1 atau 2 jam setelahnya.

"Kadar gula darah ibu hamil saat puasa harus 92-125 mg/dL. Setelah diberikan larutan glukosa 75 gram, jika pemeriksaan kadar gula darahnya menunjukkan lebih dari 180 mg/dL, disimpulkan menderita diabetes gestasional," ujarnya.
Berdasarkan data, lanjut Farid, diabetes gestasional terjadi pada 1%-14% dari kehamilan. Sebanyak 10%-25% penderita diabetes gestasional tidak terdiagnosis karena tanpa gejala. Oleh karena itu, menurutnya, penting bagi ibu hamil mengenali faktor risiko diabetes gestasional.

Faktor-faktor risiko itu di antaranya hamil di atas usia 30 tahun, berat badan berlebih, kenaikan berat badan berlebih pada saat hamil, adanya riwayat penyakit diabetes melitus pada keluarga, pernah melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4 kg, pernah mengalami kematian janin dalam kandungan, riwayat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, serta pernah mengidap diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.

Terapi tepat
Terapi untuk diabetes gestasional diawali dengan modifikasi gaya hidup, mencakup pola makan, olahraga, dan istirahat. Akan tetapi, jika target terapi tidak tercapai, langkah medis perlu diterapkan. "Pemberian insulin menjadi terapi medis lini pertama karena aman bagi bayi dan ibunya. Apabila tidak berhasil, diberikan juga obat-obatan seperti metformin dan sulfonylurea. Namun, terapi insulin lebih diprioritaskan," papar dokter yang juga staf pengajar di Divisi Metabolik Endokrin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Dirjen P2P Kemenkes Mohamad Subuh, pada kesempatan sama, menyampaikan untuk mencegah agar perempuan pengidap diabetes gestasional tidak mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari, dilakukan dengan penerapan gaya hidup sehat. Itu, di antaranya, meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan konsumsi sayur dan buah, serta upaya mendeteksi dini diabetes. Secara terpisah, dokter pakar endokrinologi Roy Panusunan Sibarani mengatakan semua perempuan yang menderita diabetes memerlukan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan mendapat pengetahuan mengenai bagaimana cara yang lebih baik untuk mengatasi penyakit diabetes dan meningkatkan kesehatan mereka.

"Perempuan yang sedang hamil harus memiliki akses yang lebih baik dalam melakukan tes kesehatan secara menyeluruh," kata dia. Indonesia menempati peringkat ketujuh dalam daftar negara dengan jumlah penderita diabetes terbayak di dunia, yakni 20 juta orang (ATLAS 2015). (Dhk/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat