Ayah, Jangan Lupa Luangkan Waktu untuk Anak
WAKTU luang penting disediakan oleh orangtua terutama ayah di sela-sela waktu bekerja dari rumah (work from home/WFH). Sehingga ada waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan anak.
Psikolog anak dan keluarga dari LPT Universitas Indonesia Mira Damayanti Amir mengatakan hal ini penting untuk menjaga hubungan ayah dan anak, dan memperpendek jarak di antara keduanya.
"Terutama jika terjadi penolakan yang berulang dari sang ayah tentu mengakibatkan kekecewaan bagi anak. Ketika kekecewaan ini sudah muncul maka anak cenderung tidak akan percaya bahkan tidak menghargai sosok ayah," kata Mira, Minggu (11/4).
Di sisi lain, Survei Pelaksanaan Pembelajaran dari Rumah dalam Masa Pencegahan COVID-19 Tahun 2020 oleh Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan sebanyak dua pertiga (sekitar 66,7 persen) pendampingan anak di Indonesia masih dominan dilakukan oleh kaum perempuan.
Selain itu, survei yang digelar sepanjang April hingga Mei 2020 pada orangtua di 34 provinsi tersebut menemukan penyebab utama orangtua (53,8 persen) tidak bisa mendampingi anak mereka belajar di rumah adalah karena tuntutan pekerjaan.
"Bisa dikatakan bahwa WFH tidak menjamin seorang ayah mampu mendampingi anak-anaknya secara maksimal meskipun berada sepanjang hari di rumah. Alasannya, para ayah tetap memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan kantor meski berada di rumah," ungkapnya.
Ia menambahkan, ayah bisa tetap berinteraksi dengan cara berdiskusi dengan anak. Ketika anak meminta waktu untuk bersama, maka seorang ayah sebaiknya berupaya memenuhinya. Jika belum bisa, tentukan kapan ayah siap.
Baca juga: Penting! Tetap Menjaga Kesehatan selama WFH
Contohnya, ketika anak meminta waktu untuk bermain, ayah bisa meminta anak memberikan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Seorang ayah harus mampu berdiskusi dengan anak sehingga anak akan mengerti.
Pentingnya komunikasi dua arah dengan anak tentunya akan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua pihak. Ayah juga perlu melakukan kontak mata ketika berkomunikasi dengan anak, sehingga anak akan memahami apa yang hendak disampaikan dan merasa dihargai.
Hal sederhana namun berdampak cukup besar adalah sentuhan dari orangtua. Misalnya, ketika sudah selesai bekerja namun anak sudah terlelap, ekspresikanlah dengan sekadar memeluknya saat dia tertidur. Usahakan agar kebiasaan ini dilakukan secara konsisten oleh ibu dan ayah sehingga anak tetap merasa diperhatikan.
Terakhir adalah ayah harus mampu beraktivitas motorik dengan anak. Cara ayah dan ibu menghabiskan waktu dengan anak sangatlah berbeda. Jika dengan ibu lebih banyak berinteraksi melalui ucapan atau sapaan dengan anak, maka ayah harus lebih mengajak anak untuk beraktivitas fisik seperti olahraga atau permainan luar ruang.(Ant/OL-5)
Terkini Lainnya
Sertifikasi ISO dan Konsep Kerja Cerdas Jadi Senjata Perkuat Bisnis
Gravel Ungkap 3 Tren Renovasi Rumah Jelang Lebaran
Mulai Besok ASN Jakarta WFH 50 Persen, Saat KTT ASEAN Naik 75 Persen
Tingkatkan Kesejahteraan Karyawan Melalui Lingkungan Kerja secara Hybrid
Antisipasi Arus Balik, Menpan-RB Minta Jadwal Work From Home Diatur
Kalibrr Bagikan Tips Sukses Lamar Lowongan Pekerjaan Khusus WFH
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap