visitaaponce.com

Dorong Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja

Dorong Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja
Para pembicara dalam deminar online bertema 'To Equality & Beyond: Does Gender Really Matter in Leadership?'(Dok.Glints)

KEPEMIMPINAN seringkali diartikan sebagai aktivitas manusia yang tergenderisasi, lantaran adanya perbedaan gaya kepemimpinan laki-laki dengan perempuan. Dimensi kesetaraan gender sangat dibutuhkan guna memberikan pemahaman yang mendalam mengenai interaksi personal, kepemimpinan dan kemanusiaan terutama dalam ruang lingkup pekerjaan.

Guna memahami hal tersebut, Glints, platform pengembangan karier dan rekrutmen menghadirkan kampanye GEC Spirit of Kartini yang diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan positif untuk mewujudkan semangat Kartini dengan memberikan kesempatan belajar kepada siapa saja bersama Glints ExpertClass.

Baca juga: Labor Institute Indonesia Ungkap 4 Persoalan Pekerja Perempuan

Menurut Growth Lead of Glints, Vinsensius Lyman dengan adanya penerapan kesetaraan gender di lingkungan kerja dapat memaksimalkan produktivitas serta inovasi bagi karyawan sehingga mendorong kesuksesan. “Bersama Glints ExpertClass pada kampanye GEC Spirit of Kartini , kami tidak hanya memperingati momentum Hari Kartini, tetapi juga melanjutkan upaya RA Kartini untuk mewujudkan kesempatan yang sama bagi semua orang, karena kami percaya bahwa siapapun berhak mendapatkan akses untuk belajar,” jelas Vinsen.

Rangkaian kegiatan pada kampanye GEC Spirit of Kartini yaitu Special Classes with women leaders, Glints ExpertClass Kartini’s promo 70% untuk seluruh kelas live webinar dan Glints ExpertClass give away social media competition, serta acara puncak yang dihadirkan pada kampanye ini yaitu seminar online bertema 'To Equality & Beyond: Does Gender Really Matter in Leadership?' yang membawa kita pada sebuah diskusi menarik, menggabungkan sudut pandang perempuan dan laki-laki dengan isu gender dalam kepemimpinan bisnis.

Menurut Eksekutif Direktur Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita Indonesia menduduki peringkat keempat yang memiliki pemimpin perempuan terbanyak di dunia dengan persentase sebanyak 37%. Sayangnya hampir 90% laki-laki dan perempuan memiliki semacam bias terhadap perempuan (The Gender Social Norms Index, UNDP, 2020).

“Secara alamiah perempuan memiliki power dengan ciri yang berbeda dengan laki-laki sehingga kontribusinya dapat memberikan nilai tambah bagi tempat mereka bekerja. Konsep empowerment yang dibutuhkan sebenarnya bukanlah untuk diberi kekuatan melainkan untuk diberi kesempatan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika laki-laki berpikir lebih seperti perempuan,” ungkap Maya.

Senada  Chief Risk & Sustainability Officer of Amartha, Aria Widyanto  menjelaskan bahwa peran laki-laki juga diperlukan guna mendukung kontribusi perempuan di lingkungan kerja. ”Berbagai macam definisi dan perdebatan tentang kesetaraan gender. Namun ada satu elemen fundamental dalam menciptakan masyarakat yang adil yaitu melalui peningkatan kemampuan perempuan, dan laki-laki berkontribusi signifikan terhadap pencapaiannya,” jelas Aria.

Sementara, Partnership Lead of Indonesia Women League, Hilda Kosasih menambahkan, terkait bagaimana perempuan dapat meningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja nyatanya memang harus dimulai dari diri sendiri dan akan lebih baik jika para perempuans saling memberikan dukungan.

“Ada banyak perempuan disekitar kita yang mungkin saja ragu dengan potensi diri, padahal mereka memiliki ambisi yang kuat untuk maju. Yang sebenarnya mereka butuhkan adalah support langsung dari kita dengan cara selalu ada, mendengarkan ide, hargai kekuatan mereka, dan perkuat suara mereka. Akan ada dampak luar biasa dari beberapa kata penyemangat bagi orang lain,” jelas Hilda.

Laporan World Economic Forum (WEF) 2020 menunjukkan skor Kesenjangan Gender Global (berdasarkan jumlah penduduk) berada pada posisi 68,6%. Artinya, masih ada 31,4% kesenjangan yang menjadi pekerjaan rumah bersama masyarakat global. Sedangkan di Indonesia, menurut WEF berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap. Sementara menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender dengan alat ukur menempatkan perempuan sebagai tenaga profesional di Indonesia pada  2019 masih berada pada kisaran antara 35%-55%.

Glints ExpertClass adalah program pembelajaran non-formal yang memfasilitasi para profesional muda untuk mengembangkan keahlian mereka untuk memenuhi kebutuhan industri dan mewujudkan potensi mereka.

"Kami menawarkan berbagai kelas interaktif dan dinamis, mulai dari pemasaran, SDM, teknologi, hingga pengembangan pribadi. Peserta akan mempelajari pengetahuan praktis dan studi kasus langsung dari berbagai pakar industri. Melalui berbagai program dari Glints ExpertClass, kami berkomitmen untuk mendukung potensi yang ada pada setiap orang mulai dari tahapan beginner hingga professional sehingga dapat bersaing secara kompetitif di dunia kerja,” kata Vinsen. (RO/A-1)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat