visitaaponce.com

Pernah Ditegur Kaprodi, Karina Bisa Raih Cita-Cita

Pernah Ditegur Kaprodi, Karina Bisa Raih Cita-Cita
Anggota Komunitas Low Vison New Generation, Karina.(Dok. Instagram@karinaSSG28)

KARINA tidak patah semangat sebagai penyandang disabilitas low vision untuk mengejar cita-cita. Dengan karya dan kreativitasnya kini ia mampu meniti karier di perusahaan media nasional, seperti Metro TV dan MNC News meski memiliki disabilitas pada indra penglihatannya.

Terlahir dengan kondisi prematur, Karina terlahir dengan ketidaksempurnaan pada indra penglihatannya. Namun, dorongan dan motivasi kedua orang tua, khususnya sang ayah merupakan seniman mendorongnya untuk terus berjuang membalikkan persepsi lingkungan terhadap dirinya.

"Ayah saya sejak kecil melatih saya agar terbiasa dengan keterbatasan saya. Ayo Karin, cari bapak. Karin memang agak kesulitan melihat, tetapi pendengaran kamu masih ada, ayo cari bapak. Itu yang sering diucapkan ayah saya," kenang Karin, anggota Komloving.

Karin menyebut kedua orangtuanya menyadari bahwa putrinya berbeda dengan anak seusianya, tetapi memotivasinya bahwa ia dapat menunjukkan kepada orang lain bisa melakukan kegiatan layaknya orang normal.

Kedua orangtuanya pun tidak menyekolahkan Karin di sekolah khusus, tetapi di sekolah umum layaknya siswa lainnya. Sejak TK, SDIT, SMP, hingga SMSR (sekolah menengah seni rupa) Karin mampu menunjukkan kepada orang lain bahwa ia mampu dengan nilai-nilai yang bagus. Namun, ia mengakui saat di SMSR tersebut menjadi periode terberatnya karena pandangan salah satu kaprodi yang membuatnya depresi.

"Saya sempat dipanggil menemui Ketua program studi (kaprodi). Saya ditanya. Kamu dulu yang terima kamu sekolah di sini siapa? Saya katakan kaprodi DKV. Dia kemudian mengatakan kalau dia seharusnya yang melakukan tes saat penerimaan saya dan jika saat itu dia yang menguji saya tidak akan diterima di SMSR. Itu menjadi pengalaman pahit saya, dan menjadi pukulan yang sangat berat hingga saya depresi berat," ungkap Karina.

Namun, dengan dukungan orangtuanya, ia mampu melalui periode itu dan lulus dengan nilai yang baik hingga diterima di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada gelombang pertama. Pengalaman buruknya di SMSR membuat Karina minder, tetapi perlakuan yang sangat berbeda ia dapatkan saat di bangku kuliah di ISI.

Dosennya justru mendukungnya dan meminta agar Karina membungkam pandangan miring akan disabilitasnya dengan karya-karyanya.

"Dosen saya berkata lalu kenapa kalau kamu punya disabilitas? Yang penting di sini ialah hasil karya, tidak peduli bagaimana kondisi kamu. Buktikan ke masyarakat kalau kamu bisa. Karya kamu bagus kok, kalau tidak bagus untuk apa saya terima," kata perempuan hobi melukis sejak kecil.

Setelah menyelesaikan kuliah di ISI dengan nilai yang bagus, Karina mencoba peruntungannya di Pulau Dewata. Namun, ketidakcocokan dengan lingkungan membuatnya merantau ke Ibu Kota dan diterima di Metro TV di bagian grafis selama 6 bulan dalam proyek pemilu dan sempat ditawarkan proyek lainnya meski akhirnya tidak diambilnya.

Dirinya kemudian aktif di Komloving hingga pada 2020 mendapat panggilan kerja di MNC Grup setelah menilai positif berbagai karya dan prortofolionya selama ini. Kini ia masih berkarier di MNC Grup di bagian grafik promo.

Karina mampu membuktikan bahwa meski memiliki keterbatasan. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang untuk meraih cita-cita. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menggapai impiannya meski dalam keterbatasan. (Dero Iqbal M/N-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat