visitaaponce.com

Titik Balik Sebuah Kecelakaan

Titik Balik Sebuah Kecelakaan
(Dok. Ronald Regen)

TERSAMBAR baling-baling kapal hingga kakinya putus membuat perubahan besar terhadap hidup Ronald Regen. Ia tak pernah menyangka hidupnya menjadi terasa berat apalagi harus diambil tindakan amputasi.

Saat itu Ronald Regen masih kelas 2 SMA sudah nyambi bekerja mengangkut penumpang kapal di wilayah Lampung. Dalam perjalanan pulang tanpa ditemani siapa pun di waktu dini hari, kapal yang ditumpanginya itu rusak. Berniat memeriksa mesin kapal, nahas kakinya tergelincir dan mengenai balingbaling kapal yang tak dimatikan.

“Kaki saya terjepit mesin, saya teriak, tapi tak ada yang menolong karena posisi sedang sendirian. Mungkin kalau saat itu ada 2 orang di kapal, saya akan terselamatkan,” kenang Ronald.

Kondisi fisiknya saat itu cukup parah, sekujur tubuhnya luka, kaki kanannya harus diamputasi sampai paha, sedangkan kaki kirinya harus menggunakan pen sebagai penyangga sehingga sempat ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Ia pun perlahan bangkit dan memiliki tekad untuk memperbaiki nasibnya dengan merantau ke Jakarta. Namun, tak berjalan mulus, ia mendapat penolakan untuk bekerja.

“Pertama merantau itu saya jadi tukang parkir, ngamen di Kopaja, sering jatuh. Saya pengen merubah hidup, saya berpikir ya harus punya kaki dulu,” ucapnya.

Beruntung, ia pun mendapatkan bantuan sehingga sempat menggunakan kaki palsu. Namun, Ronald mengaku kaki apalsunya tidak membuatnya nyaman untuk beraktivitas sehingga ia mulai mengulik dan membongkar kaki palsunya ini. Terlebih saat itu rekannya dari Jerman memberikan banyak masukan. Ronald dibekali dengan buku panduan membuat kaki palsu serta 3 kaki palsu impor.

“Dia suruh saya cermati, tiru tapi dibedakan. Dari situ saya bedakan bahannya yang memakai karet sehingga fl eksibel dan buat kaki nyaman,” kata Ronald. Setelah nyaman digunakan sendiri, ia pun mulai merakit untuk mengetes ke beberapa orang disabilitas untuk dimintai pendapatnya. Bahkan ia tak segan-segan memberikannya secara cuma-cuma. Usaha itu pun terus dikembangkannya sampai kini. Bahkan pesanannya pun kian meningkat dari berbagai wilayah di Indonesia.

“Saya mereasa senang, merasa hidup saya bermanfaat. Tadinya saya berpikir hidup saya enggak ada gunanya, jadi beban orang lain bahkan enggak pantas untuk hidup,” ucapnya.

Ronald tak pernah malu memperlihatkan kaki palsunya dengan memakai celana pendek. Menurutnya, hal ini justru akan memantik rasa perhatian masya rakat pada kaum disabilitas. (SuryaniWandari/N-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat