visitaaponce.com

Akhiri Epidemi AIDS, Perempuan dan Anak Harus Jadi Prioritas

Akhiri Epidemi AIDS, Perempuan dan Anak Harus Jadi Prioritas
Pembicara pada diskusi mengenai HIV bertajuk Let’s Equalize, No Woman and Child Left Behind(Dok. Pribadi)

SETIAP tahunnya angka Orang dengan HIV terus meningkat. Dari data epidemiologi UNAIDS, hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa. Situasi epidemi pada kelompok perempuan dan anak menunjukkan angka yang memprihatinkan. 

Di Indonesia terdapat sekitar 543,100 orang yang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021. 40 persen kasus infeksi baru terjadi pada perempuan, sementara lebih dari 51 persennya terjadi pada kelompok remaja (usia 15-24 tahun) dan 12 persen infeksi baru pada anak. 

"Sayangnya, hanya 28% yang menerima pengobatan ARV. Indonesia menduduki posisi 3 terbawah di Asia Pasifik untuk cakupan pengobatan ARV bersama dengan Pakistan dan Afghanistan," Krittayawan Boonto, Country Director UNAIDS Indonesia dalam diskusi virtual bertajuk “Let’s Equalize, No Woman and Child Left Behind”.

Hampir setengah dari kasus infeksi HIV baru pada anak, dipastikan berasal dari Ibu yang tidak menerima terapi ARV. Data juga menunjukkan bahwa ada banyak ibu menghentikan terapi, selama masa hamil dan menyusui. Selain itu adanya hambatan hukum yang mempersulit para ibu melakukan tes HIV dan memulai terapi ARV sebelum hamil menyebabkan semakin meningkatnya kasus penularan.

Padahal perempuan dan anak dengan HIV merupakan populasi kunci yang seharusnya menjadi prioritas untuk mengakhiri epidemi AIDS. Sayangnya, mereka masih menghadapi berbagai tantangan untuk melakukan pengobatan. Pada ibu hamil dan menyusui alasan untuk menghentikan terapi karena adanya keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, biaya, stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar dan efek samping obat.

Baca juga : Suplemen yang Tepat Bantu Penyandang Diabetes Kontrol Gula Darah

Bagi anak dan remaja juga bukan hal yang mudah untuk mengakses layanan kesehatan. Adanya keterbatasan obat khusus anak dan hambatan hukum seperti kebijakan persyaratan usia juga menjadi alasan sulitnya mendapatkan pengobatan. 

Belum lagi pengetahuan mengenai isu HIV serta kesehatan seksual dan reproduksi, stigma masyarakat dan kurangnya dukungan keluarga semakin menyulitkan mereka untuk bisa mengakses antiretroviral therapy.

Untuk merealisasikan akhir epidemi AIDS pada 2030, Semua orang harus meningkatkan upaya pencegahan, semua orang dengan hasil tes positif harus segera menjalani treatment ARV, semua orang yang sedang menjalani pengobatan harus disiplin untuk mencapai viraload tersupresi.

“Penguatan multi-sektoral menjadi penting untuk dilakukan agar mendapatkan dukungan yang cukup untuk program HIV. Negara juga harus prioritaskan pembiayaan program HIV. Dengan begitu, saya yakin bahwa kita semua dapat akhiri AIDS pada 2030," ungkap Krittayawan.

UNAIDS dan mitra Global juga akan membentuk Aliansi Global Baru untuk Akhiri AIDS pada anak serta kegiatan amal yang akan diresmikan pada 1 Desember 2022 Pukul 13.00 di CGV Pacific Place, Jakarta. (RO/OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat