visitaaponce.com

Perlu Restorasi Sistem Pendidikan untuk Atasi Masalah Perundungan di Sekolah

Perlu Restorasi Sistem Pendidikan untuk Atasi Masalah Perundungan di Sekolah
Ilustrasi perundungan(Medcom)

PEMERHATI dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji menilai, perlu adanya restorasi sistem pendidikan di Indonesia untuk menanggulangi masalah kasus perundungan yang banyak terjadi di satuan pendidikan di Indonesia.

“Karena pengelolaan pendidikan di Indonesia sudah salah secara fundamental, biasanya masyarakat bicara tentang pendidikan itu sekolah,” kata Indra saat dihubungi, Sabtu (30/9).

Padahal, menurut dia, pendidikan harus seimbang di tiga sentra, yakni rumah, masyarakat dan sekolah. Namun, saat ini mindset masyarakat masih menganggap bahwa sekolah merupakan tempat utama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan.

Baca juga: Marak Perundungan di Kalangan Pelajar, KPAI: Sinyal Kemunduran Sistem Pendidikan Indonesia

“Kita satu-satunya negara yang punya mata pelajaran sampai 18, lalu pulang sekolah ikut bimbel sampai malam, di rumah pun harus bikin PR, semua bicara tentang persekolahan, tapi di rumah dan masyarakat itu gak dipentingkan,” beber Indra.

Selain itu, banyak orang tua yang memutuskan untuk mengirimkan anaknya ke pesantren. Hal itu membuktikan bahwa ada ketidakadilan dari orang tua dalam mendidik anaknya sendiri.

Baca juga: Siswa Pelaku Bullying Temannya di Cilacap Dijerat Pasal Berlapis

Menurut dia, pemerintah harus membuat program pendidikan parenting untuk orang tua agar dapat menghasilkan pendidikan yang berkeperikemanusiaan. Perundungan yang terjadi di sekolah, dinilai dia sangat bertentangan dengan nilai Pancasila yang dianut Indonesia.

Salah satu negara yang bisa dicontoh ialah Finlandia. Di sana, waktu sekolah hanya tiga sampai empat jam. Sisanya, anak bisa menjalankan berbagai kegiatan yang sesuai dengan minatnya masing-masing, entah itu bermain bola atau bermain musik. Hal itu terbukti berhasil menciptakan sosok anak yang cerdas secara emosional dan pendidikan.

“Kalau tingkat kecerdasan tinggi, anak akan mengutamakan otak daripada otot. Nah, ini kan masih mengutamakan otot daripada otak. Yang muncul insting hewani, bukan perikemanusiaan. Inilah bukti kegagalan sistem pendidikan dan perlu adanya restorasi,” pungkas Indra.

 

Perundungan Berujung Penganiayaan tidak Dapat Ditolerir

Terpisah, Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong pemerintah untuk mencari solusi dari maraknya kasus perundungan atau bullying di Indonesia, terutama perundungan anak. Dalam kasus bullying berujung penganiayaan, menurutnya hal tersebut tidak dapat ditolerir.

“Banyaknya kasus bullying membuat Indonesia saat ini berada dalam situasi darurat perundungan. Negara tidak boleh membiarkan kasus bullying terus mengalir tanpa ada solusi yang komprehensif, khususnya untuk perundungan yang melibatkan anak sebagai korban dan pelaku,” kata Puan.

Politisi dari Fraksi PDI-Perjuangan ini menekankan pentingnya sekolah mengedepankan pendidikan karakter, untuk membangun mental yang positif bagi para siswa. Lebih lanjut Ia mendorong Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk membuat kurikulum untuk membangun karakter siswa yang positif.

“Penting sekali agar pendidikan budi pekerti kembali masuk dalam kurikulum di sekolah, karena menjadi modal penanaman akhlak untuk anak. Pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik, tetapi juga tentang membentuk karakter dan mental yang kuat pada para siswa," jelasnya. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat