visitaaponce.com

Kasus Kaki Gajah Capai 7.955 Kasus di Indonesia

Kasus Kaki Gajah Capai 7.955 Kasus di Indonesia
Olah raga ringan untuk mencegah penyebaran penyakit kulit, diare, dan filariasis atau penyakit kaki gajah(Antara)

KEMENTERIAN Kesehatan menyebut kasus kumulatif kronis filariasis atau kaki gajah hingga saat ini sebanyak 7.955 kasus yang masih tersebar di ratusan kabupaten/kota.

"Berdasarkan jumlah kumulatif kasus kronis filariasis paling banyak kasus ditemukan di provinsi Papua Selatan dengan 1.996 kasus, kemudian ada Nusa Tenggara Timur dengan 1.200 kasus, Papua 1.023, hingga Aceh 481 kasus," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi dalam konferensi pers di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (5/2).

Apabila dilihat dari jumlah kasus positif di kabupaten kota maka yang paling banyak ditemukan di Belitung Timur dengan 73 kasus ambruk 30 kasus dan Bangka Selatan 12 kasus.

Baca juga : Waspadai Sejumlah Penyakit Tropis yang Terabaikan

Terdapat 236 kabupaten/kota endemis filariasis dan 40 kabupaten kota sudah dinyatakan eliminasi filariasis. Selain itu masih ada 19 kabupaten/kota yang melakukan Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dan sebanyak 177 kabupaten/kota yang masuk tahap survey penilaian eliminasi filariasis.

"Ada 2 jenis obat yang diberikan yakni kombinasi dari Dec dan Albendazole (DA) di 11 kabupaten/kota. Ada juga kombinasi Ivermectine, Dec, dan Albendazole (IDA) di 8 kabupaten/kota," ujarnya.

Imran menjelaskan beberapa daerah menggunakan kombinasi IDA karena harus dilakukan berulang karena setelah diberikan obat DA masih ditemukan cacing filaria sehingga dikombinasikan dengan obat ivermectin. Adapun daerah yang menggunakan obat filariasis kombinasi IDA antara lain Aceh Jaya, Melawi, Bangka Selatan, Belitung Timur, Raja Ampat, Kota Jayapura, Asmat, dan Boven digoel.

Baca juga : Menkes Desak Pemda Segera Bayarkan TPP Tenaga Kesehatan RSUD Jayapura

Indonesia memiliki target eliminasi filariasis pada 2030. Sementara dibutuhkan waktu 10 tahun untuk eliminasi filariasis di suatu daerah karena 5 tahun pertama diberikan obat pencegahan setelah itu dilakukan surveilans, baru dilakukan validasi untuk membebaskan daerah tersebut dari filariasis.

Filariasis merupakan penyakit infeksi menahun, disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Semua nyamuk bisa menularkan filariasis, baik itu nyamuk rumah, nyamuk selokan, nyamuk hutan, maupun nyamuk rawa-rawa.

"Indonesia merupakan satu satunya negara di dunia yang memiliki 3 spesies cacing filaria yang menyebabkan filariasis yaitu wuchereria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori. Bentuknya kecil sekali sehingga harus dilihat menggunakan mikroskop," jelasnya.

Semua orang yang tinggal di daerah endemis dapat terkena penyakit tersebut. Cacing hidup dan merusak sistem limfe, apabila tidak dicegah dengan minum obat, dapat menyebabkan cacat menetap berupa pembesaran pada lengan, kaki, kantong buah zakar, hingga payudara. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat