visitaaponce.com

Waspadai Diabetes Kehamilan

Waspadai Diabetes Kehamilan
(MI/Seno)
BAYI laki-laki itu baru dilahirkan sepekan lalu. Gabriel nama­nya. Penampilannya mengecoh hampir semua ­orang awam yang melihatnya.

"Ah, masak baru seminggu sudah gede banget, kayak bayi lima bulan," ujar salah satu ibu pengunjung di ruang perawatan intensif bayi baru lahir (NICU) sebuah rumah sakit di Jakarta, tempat Gabriel dirawat.

Sejak lahir, Gabriel memang harus ditempatkan di NICU. Meski ia terlihat montok, bahkan cenderung bongsor, kondisinya tidak stabil. Perawat mengambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium secara berkala. Kondisi jantungnya juga dipantau secara khusus, sebab terdeteksi ada kelainan di organ vital itu.

"Gabriel besar begitu karena pas hamil saya diabetes. Baru ketahuan pas periksa bulan terakhir lalu. Memang salah saya, tidak rutin periksa keha­milan. Karena terlalu besar, terpaksa dia dilahirkan lewat operasi caesar," terang Irianti, sang ibu.

Irianti didiagnosis menderita diabetes gestasional alias diabetes kehamilan. Penyakit itu cukup kerap terjadi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut rata-rata 2%-5% ibu hamil menderita diabetes gestasional.

Penyakit itu dikenal sebagai salah satu penyebab berbagai komplikasi kehamilan pada ibu ataupun janin yang dikandung.

"Diabetes gestasional terjadi akibat naiknya kadar gula dalam darah ketika seorang perempuan sedang hamil," ujar dokter konsultan endokrinologi Em Yunir, di Jakarta, pekan lalu.

Kondisi itu terjadi karena pada tubuh penderita, hormon kehamilan menghambat kerja insulin dalam ­memasukkan zat gula dalam darah ke sel-sel tubuh.

"Insulin merupakan hormon yang dihasilkan kelenjar pankreas. Hormon itu berperan memasukkan gula hasil pencernaan dari darah ke sel-sel tubuh untuk diubah menjadi energi. Ketika insulin dihambat, gula akan menumpuk dalam darah, terjadilah diabetes," papar dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu.

Menurutnya, diabetes gestasional umumnya baru terdeteksi ketika usia kandungan menginjak enam bulan. Pada usia tersebut, mayoritas ibu hamil yang terkena diabetes gestasional baru memeriksakan diri lebih jauh karena mengalami beberapa keluhan, seperti kerap terjadinya infeksi pada luka di kulit dan vagina, mual dan muntah berlebihan, pandangan kabur, serta kelelahan yang dialami setiap waktu.

"Itu beberapa gejala yang bisa muncul, tetapi sebenarnya bisa dibilang tidak ada tanda-tanda spesifik dari penyakit ini. Itulah mengapa banyak kasus terlambat ditangani," jelasnya.

Yunir mengatakan keterlambatan diagnosis dan penanganan diabetes gestasional dapat menimbulkan masalah-masalah serius pada ibu dan bayi. Ibu dengan diabetes gestasional berisiko keguguran, mengalami infeksi saat melahirkan, serta terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Yakni, ibu hamil mengalami tekanan darah sangat tinggi dan ada kebocoran protein yang terdeteksi di urine. Hal tersebut dapat menimbulkan kejang-kejang yang bisa berujung pada kematian ibu dan bayi.

Selain itu, sambung Yunir, bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes gestasional umumnya akan lahir dengan berat badan berlebih sehingga mempersulit kelahiran. Selain itu, bayi yang disebut giant baby itu berpotensi mengalami berbagai penyakit bawaan, di antaranya kelainan jantung, sindrom gangguan pernapasan, dan kelainan saraf pusat.
"Giant baby juga berisiko menderita diabetes tipe 2 ketika dewasa," terang Yunir.

Periksa berkala
Untuk mencegah terjadinya kompli­kasi akibat diabetes gestasional, setiap ibu hamil harus memeriksakan kadar gula darah minimal dua kali selama kehamilan. Waktu yang disarankan ialah ketika kehamilan menginjak usia 24 dan 36 minggu.

"Bila dalam dua pemeriksaan itu aman, amat mungkin kehamilan juga aman. Namun, sebaiknya ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan dari awal sampai menjelang melahirkan," kata Yunir.

Ia menambahkan diabetes gestasional umumnya dipengaruhi faktor keturunan. Penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya ketika ibu hamil telah melahirkan. Namun, seorang perempuan dengan riwayat menderita diabetes gestasional berpotensi tiga kali lebih besar untuk menderita diabetes melitus tipe 2 dalam jangka waktu minimal lima tahun ke depan.

"Dengan demikian, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan berkala gula darah selepas melahirkan." (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat