visitaaponce.com

Dermaga AS untuk Gaza Selesai Dibangun, Masalah Kelaparan Selesai

Dermaga AS untuk Gaza Selesai Dibangun, Masalah Kelaparan Selesai?
Demo pro-Palestina di Universitas Oxford, di Oxford, Inggris timur, pada 7 Mei 2024.(AFP)

AMERIKA Serikat (AS) selesai membangun dermaga terapung di lepas pantai Jalur Gaza. Ini untuk meningkatkan pengiriman bantuan. Pasalnya, Washington menghadapi tantangan yang sama dihadapi PBB dan kelompok bantuan selama berbulan-bulan ketika harus mendistribusikan bantuan ke Gaza.

Hal ini termasuk bekerja di zona perang untuk mencegah kelaparan dan kekurangan bahan bakar untuk truk bantuan. PBB juga belum menyelesaikan keterlibatannya dalam pendistribusian bantuan setelah bantuan tersebut keluar dari dermaga.

"Setelah makanan atau perbekalan masuk ke Jalur Gaza, baik dari dermaga atau titik penyeberangan, tidak ada keamanan dan tidak ada bahan bakar," kata Bob Kitchen, wakil presiden Komite Penyelamatan Internasional untuk keadaan darurat.

Baca juga : Hamas Tegaskan Gencatan Senjata Gaza Kembali ke Titik Awal

Presiden AS Joe Biden mengumumkan dermaga tersebut pada Maret lalu, ketika para pejabat bantuan memohon kepada Israel untuk meningkatkan akses pasokan bantuan ke Gaza melalui jalur darat. Dengan membuka jalur pengiriman bantuan melalui laut, AS berharap dapat memerangi krisis kemanusiaan yang telah menyebabkan ratusan ribu orang berisiko kelaparan.

Proyek ini mahal dan lambat. Cuaca buruk telah menunda dermaga yang diperkirakan menelan biaya US$320 juta dan melibatkan 1.000 tentara AS. PBB bersikukuh bahwa akses maritim bukanlah pengganti daratan yang harus tetap menjadi fokus operasi bantuan di Gaza.

PBB dan kelompok bantuan telah lama mengeluhkan bahaya dan hambatan dalam mendapatkan bantuan dan mendistribusikannya ke seluruh Gaza. PBB sejauh ini telah kehilangan 191 staf, termasuk anggota staf asing pertamanya pada Senin (13/5), selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina Hamas di wilayah pesisir berpenduduk 2,3 juta orang.

Baca juga : Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza

"Dalam beberapa hari pertama operasi seperti ini, akan ada banyak trial and error," kata seorang pejabat PBB yang tidak mau disebutkan namanya. "Dan kami hanya berharap trial and error ini tidak berakhir dengan terbunuhnya seseorang," ujarnya.

Israel membalas Hamas atas serangan 7 Oktober. Menurut Israel, pejuang Palestina itu membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan Israel telah membunuh lebih dari 35.000 orang di Gaza sejak saat itu.

Para pejabat tinggi PBB dan kelompok-kelompok bantuan menuduh Israel menghambat pengiriman bantuan ke dalam dan di dalam Gaza. Namun Israel menyangkal bahwa mereka telah membatasi operasi bantuan dan malah menyalahkan PBB atas masalah yang ada.

Baca juga : PBB Desak Penyelidikan Penembakan Massal oleh Israel di Gaza

Jalan pengiriman bantuan

Pengiriman bantuan melalui koridor maritim sudah berjalan. Pengiriman bantuan dari Inggris yang berjumlah hampir 100 ton meninggalkan Siprus pada Rabu. Kapal berbendera AS meninggalkan Siprus minggu lalu.

Para pejabat AS mengatakan dermaga itu pada awalnya akan menangani 90 truk setiap hari. Namun jumlah tersebut bisa mencapai 150 truk.

PBB mengatakan dibutuhkan 500 truk setiap hari untuk memasuki Gaza. Pada April, dikatakan bahwa volume tertinggi pasokan kemanusiaan dan komersial yang masuk ke Gaza sejak perang dimulai rata-rata 189 truk per hari.

Baca juga : Tolak Biden, PBB Sebut Jumlah Korban Jiwa Gaza Kredibel

Namun akses bantuan telah berkurang sejak Israel memulai operasi militer di wilayah Rafah selatan Gaza.
Kekurangan bahan bakar yang parah di Gaza telah memaksa PBB untuk menjatah solar dan memperingatkan bahwa operasi bantuan dapat dihentikan.

Seorang pejabat AS dan sumber yang mengetahui hal tersebut tanpa menyebut nama mengatakan bahwa tersedia cukup bahan bakar bagi PBB untuk memulai operasi dermaga. Militer Israel, kata sumber itu, setuju menyediakan pasokan yang cukup untuk operasi tersebut secara teratur dan dapat diprediksi.

Setibanya di darat, bantuan yang disalurkan AS akan melalui jalur yang penuh tantangan dan masih belum pasti untuk menjangkau warga sipil Gaza.

Rencana yang diumumkan oleh Biden pada Maret meminta bantuan dikirim dari Siprus, tempat Israel akan memeriksa kargo tersebut terlebih dahulu. Pasukan AS tidak akan turun ke darat.

Sebaliknya, menurut para pejabat AS dan PBB, pihak ketiga akan mengambil bantuan dari dermaga, membawanya dalam jarak dekat, dan kemudian menurunkannya untuk diambil oleh PBB. Pejabat PBB tersebut mengatakan pihak ketiga lain akan memuat bantuan tersebut ke dalam truk dan membawanya ke titik distribusi di seluruh Gaza.

Pejabat PBB mengatakan ada rencana untuk menempatkan staf PBB di dekat dermaga untuk mengawasi dan mengarahkan truk bantuan ke titik distribusi di seluruh Gaza. Namun hal itu belum disetujui oleh Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB.

Tim PBB yang mengunjungi lokasi dermaga akhir bulan lalu harus berlindung di bunker setelah area tersebut diserang. PBB prihatin dalam memastikan netralitas dengan menjaga jarak yang sesuai dari militer Israel, yang akan memberikan dukungan keamanan dan logistik untuk dermaga tersebut.

"Tidak ada gunanya. Akan ada kontak antara militer Israel dan staf PBB," kata pejabat PBB itu.

Ketika ditanya tentang pembicaraan antara AS dan PBB mengenai pengiriman bantuan dari dermaga tersebut, wakil juru bicara PBB Farhan Haz mengatakan diskusi sedang berlangsung. (CNA/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat