visitaaponce.com

Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza

Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza
Para siswa duduk di bawah bendera Palestina dengan spanduk bertuliskan gencatan senjata segera dalam bahasa Prancis.(AFP/Sameer Al-Doumy)

KERAGUAN dan ketidakpastian bertambah mengenai kelanjutan nasib rencana gencatan senjata di Jalur Gaza pada Kamis (2/5). Padahal mediator telah meningkatkan harapan berakhirnya perang selama hampir tujuh bulan antara Israel dan militan Hamas Palestina.

"Israel masih menunggu tanggapan Hamas terhadap usulan terbaru tersebut," kata seorang pejabat Israel yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka. Mediator telah mengusulkan kesepakatan yang akan menghentikan pertempuran selama 40 hari dan menukar sandera Israel dengan ribuan tahanan Palestina, menurut rincian yang dirilis sebelumnya oleh Inggris.

Kesepakatan semacam itu akan menjadi yang pertama sejak gencatan senjata satu minggu pada November yang mengakibatkan 80 sandera Israel ditukar dengan 240 tahanan Palestina. Perang tersebut dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah

Israel memperkirakan 129 tawanan yang ditangkap oleh militan selama serangan mereka masih berada di Gaza, namun militer mengatakan 34 di antaranya tewas. Serangan balasan Israel, yang bersumpah untuk menghancurkan Hamas, telah menewaskan sedikitnya 34.596 orang di Gaza (kebanyakan wanita dan anak-anak) termasuk 28 orang dalam sehari terakhir, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Sebagian besar wilayah Gaza telah berubah menjadi puing-puing abu-abu. Puing-puing tersebut termasuk persenjataan yang tidak meledak dan menyebabkan lebih dari 10 ledakan setiap minggu dengan lebih banyak kematian dan kehilangan anggota tubuh, kata badan Pertahanan Sipil Gaza pada Kamis.

Akhiri perang

Kelompok kemanusiaan sedang berjuang untuk mendapatkan bantuan bagi 2,4 juta penduduk Gaza. Ratusan ribu di antaranya telah melarikan diri ke Rafah, titik paling selatan di wilayah tersebut, kata PBB.

Baca juga : Netanyahu Setuju Perundingan lagi, Lima Warga Gaza Tewas dalam Bantuan Makanan

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada AFP, Rabu (1/5) malam, bahwa posisi gerakan tersebut terhadap proposal gencatan senjata ialah negatif untuk saat ini. Pejabat senior Hamas, Suhail al-Hindi, mengatakan bahwa tujuan kelompok tersebut tetaplah mengakhiri perang bertentangan dengan pendirian Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Terlepas dari gencatan senjata tercapai atau tidak, Netanyahu berjanji akan mengirim pasukan Israel ke Rafah melawan pejuang Hamas di sana. Para pejabat Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali penolakan mereka terhadap operasi semacam itu tanpa rencana melindungi warga sipil.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak gerakan Islam untuk menerima rencana gencatan senjata. "Hamas perlu mengatakan ya dan perlu menyelesaikannya," kata Blinken pada Rabu (1/5) saat berada di Israel dalam misi terbarunya di Timur Tengah.

Baca juga : Israel-Hamas Siap Berunding kembali, PBB Ingatkan Kelaparan di Gaza

Pada awal April juga terdapat optimisme awal mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata. Namun kemudian Israel dan Hamas saling menuduh satu sama lain merusak negosiasi.

Setelah pertemuan dengan Blinken, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menegaskan bahwa Netanyahu tidak punya alasan politik untuk tidak mencapai kesepakatan pembebasan sandera. Netanyahu menghadapi protes rutin di Israel yang meminta dia membuat kesepakatan yang akan memulangkan para tawanan.

Pada Kamis (2/5), para pengunjuk rasa memasang foto-foto sandera wanita berukuran besar di luar kediaman Netanyahu di Jerusalem. Di Tel Aviv mereka kembali memblokade jalan raya.

Baca juga : Yordania dan AS Bahas Percepatan Gencatan Senjata di Gaza

Sedang diadili

Para pengunjuk rasa menuduh perdana menteri yang diadili atas tuduhan korupsi berupaya memperpanjang perang. Dampak dari pertempuran di Gaza telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, termasuk wilayah Laut Merah tempat pelayaran komersial terganggu.

Kapal perang AS dan sekutunya secara teratur menembak jatuh drone dan rudal yang ditembakkan oleh pemberontak Yaman yang didukung Iran sebagai solidaritas terhadap Palestina. 

Kritik terhadap perang semakin meningkat di Amerika Serikat, pemasok militer utama Israel. Demonstrasi telah menyebar ke setidaknya 30 universitas di AS. Para pengunjuk rasa sering mendirikan tenda untuk menentang jumlah korban tewas yang terus meningkat di Gaza.

Pembicaraan mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menghentikan perang paling berdarah di Gaza telah diadakan di Kairo dengan melibatkan mediator AS, Mesir, dan Qatar. Mairav Zonszein, analis senior di lembaga pemikir International Crisis Group, mengatakan dia pesimistis Hamas akan menyetujui kesepakatan yang tidak memasukkan gencatan senjata permanen.

Seorang sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan pada Rabu bahwa mediator Qatar mengharapkan tanggapan dari Hamas dalam satu atau dua hari. Sumber tersebut mengatakan usulan Israel berisi konsesi nyata termasuk periode tenang berkelanjutan setelah jeda awal pertempuran dan pertukaran sandera-tahanan.
Sumber tersebut mengatakan penarikan Israel dari Gaza kemungkinan besar masih menjadi perdebatan.

Air mata seorang ibu

"Mesir terlibat dalam serangkaian pembicaraan telepon dengan semua pihak," kata laporan Al-Qahera News yang terhubung dengan pemerintah, mengutip seorang pejabat tinggi Mesir yang berbicara tentang kemajuan positif.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan perbaikan dalam memberikan lebih banyak bantuan ke Gaza tidak dapat digunakan untuk mempersiapkan atau membenarkan serangan militer besar-besaran terhadap Rafah. Militer AS sejak pekan lalu telah membangun dermaga sementara di lepas pantai Gaza untuk membantu upaya bantuan. "Dermaga tersebut sekarang sudah lebih dari setengahnya selesai dibangun," kata Pentagon pada Rabu.

Di kota Khan Yunis dekat Rafah, bantuan asing dan peralatan pinjaman membantu hampir sepenuhnya memulihkan unit gawat darurat di Kompleks Medis Nasser. 

Pertempuran sengit terjadi pada pertengahan Februari di sekitar rumah sakit yang kemudian dikepung oleh tank dan kendaraan lapis baja Israel. Tentara Israel pada Kamis mengatakan bahwa di antara serangan pada hari sebelumnya, jet tempur menghantam struktur militer di Gaza tengah.

Para saksi mata dan koresponden AFP pada Kamis (2/5) melaporkan serangan udara di Khan Yunis dan pengeboman artileri di daerah Rafah. Militan dan pasukan Israel bertempur di Kota Gaza di utara.

Seorang warga Nadi, yang lengannya dibalut setelah mereka terluka akibat serangan, khawatir listrik di rumah sakit akan padam, sehingga oksigen untuk anaknya terputus dan dia meninggal. "Saya menyerukan kepada dunia untuk memindahkan anak saya untuk berobat ke luar negeri. Kondisinya sangat buruk," katanya sambil menangis. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat