visitaaponce.com

Israel-Hamas Siap Berunding kembali, PBB Ingatkan Kelaparan di Gaza

Israel-Hamas Siap Berunding kembali, PBB Ingatkan Kelaparan di Gaza
Anak-anak Palestina melihat puing-puing bangunan, setelah hancur akibat serangan Israel malam sebelumnya, Rimal, Kota Gaza, Sabtu (16/3).(AFP)

PERSOALAN kurang gizi akut semakin meningkat di wilayah utara Palestina. Sementara Israel bersiap mengirim delegasi ke Qatar untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata baru mengenai kesepakatan penyanderaan dengan Hamas.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan satu dari tiga anak di bawah usia dua tahun di Jalur Gaza utara kini mengalami kekurangan gizi akut. Ini memberikan tekanan lebih besar pada Israel atas bencana kelaparan yang terjadi dalam konflik terbaru Palestina-Israel.

Pada 15 Maret, Israel menyebut akan mengirim delegasi ke Qatar untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan mediator setelah Hamas mengajukan proposal baru untuk gencatan senjata dengan pertukaran sandera dan tahanan. "Delegasi tersebut akan dipimpin oleh kepala badan intelijen Mossad Israel, David Barnea," kata sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.

Baca juga : PBB Ingatkan Ledakan Kematian Anak Gaza karena Bencana Kelaparan

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berusaha mengadakan pertemuan kabinet keamanannya untuk membahas proposal tersebut sebelum pembicaraan dimulai. Kantor Netanyahu mengatakan tawaran terbaru Hamas masih didasarkan pada permintaan yang tidak realistis.

Sekadar informasi, upaya mencapai gencatan senjata sementara sebelum bulan suci Ramadan dimulai seminggu yang lalu telah gagal. Israel mengatakan pada 15 Maret pihaknya merencanakan serangan baru terhadap kubu Hamas di Rafah, kota terakhir yang relatif aman di Gaza setelah lima bulan perang.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menyuarakan kekhawatirannya mengenai serangan terhadap Rafah. Ia mengatakan ada bahaya serangan tersebut akan mengakibatkan banyak korban sipil yang mengerikan.

Baca juga : Israel Hantam Rafah saat Perundingan Gencatan Senjata Berlangsung

Pada 15 Maret, kantor Netanyahu mengatakan dia telah menyetujui rencana serangan terhadap Rafah, tempat lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung, dan penduduk sipil akan dievakuasi. Tidak ada kerangka waktu dan tidak ada tanda-tanda persiapan di lapangan.

Tawaran Hamas memperkirakan puluhan sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel selama gencatan senjata selama berminggu-minggu yang akan memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza. Hamas juga menyerukan perundingan pada tahap selanjutnya untuk mengakhiri perang, tetapi Israel mengatakan pihaknya hanya bersedia merundingkan gencatan senjata sementara.

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa usulan kelompok tersebut sangat realistis sehingga tidak ada yang bisa menolaknya dan mengklaim bahwa para mediator telah bereaksi positif. Dia mengatakan perjanjian ini terdiri dari dua tahap dengan penghentian agresi sepenuhnya di awal tahap kedua tetapi ditolak Israel yang bersumpah melanjutkan tujuannya menghancurkan Hamas setelah gencatan senjata berakhir.

Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah

Keluarga para sandera Israel dan pendukung mereka kembali berkumpul di Tel Aviv mendesak kesepakatan untuk pembebasan mereka. Pada saat yang sama, pengunjuk rasa anti-pemerintah, yang diperkirakan oleh media Israel berjumlah beberapa ribu orang, menyerukan pemilu baru dan memblokir jalan-jalan di Tel Aviv.

Krisis kemanusiaan

Perang dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas mengirim pejuangnya ke Israel, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel. Kampanye darat dan udara Israel telah menewaskan lebih dari 31.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas. Israel mengatakan mereka telah membunuh sedikitnya 13.000 anggota Hamas.

Serangan tersebut telah memaksa banyak penduduk meninggalkan rumah mereka. Ini menyebabkan sebagian besar wilayah menjadi puing-puing dan memicu krisis kelaparan.

Baca juga : Tiongkok Minta Israel Segera Angkat Kaki dari Rafah 

"Malanutrisi anak-anak menyebar dengan cepat dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi di Gaza," kata UNRWA dalam sebuah unggahan di media sosial. Rumah sakit di Gaza melaporkan beberapa anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.

Belakangan, media Palestina mengatakan truk bantuan telah mencapai wilayah utara Gaza di Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya untuk pertama kali dalam empat bulan. Ke-13 truk yang membawa tepung tiba di fasilitas UNWRA, menurut laporan.

Negara-negara Barat telah meminta Israel berbuat lebih banyak untuk mengizinkan masuknya bantuan. PBB mengatakan mereka menghadapi hambatan besar, termasuk penutupan perbatasan, pemeriksaan yang sulit, dan kerusuhan di Gaza.

Baca juga : Saudi Peringatkan Bencana Kemanusiaan jika Israel Deportasi Warga Rafah Palestina

Israel mengatakan pihaknya tidak membatasi bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan menyalahkan lambatnya pengiriman bantuan karena kurangnya kapasitas atau inefisiensi di antara badan-badan PBB. Pengiriman bantuan laut pertama ke Gaza oleh World Central Kitchen, menggunakan rute baru melalui Siprus, tiba pada 15 Maret.

"Kargo bantuan pangan kedua siap diberangkatkan," kata Presiden Siprus Nikos Christodoulides. AS dan Yordania melakukan penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara.

Ratu Rania dari Yordania mengatakan bahwa bantuan dari udara itu sebenarnya hanya setetes air di lautan kebutuhan yang belum terpenuhi dan menuduh Israel memutus segala sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan manusia seperti makanan, bahan bakar, obat-obatan, air. (Straitstimes/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat