visitaaponce.com

Israel Hantam Rafah saat Perundingan Gencatan Senjata Berlangsung

Israel Hantam Rafah saat Perundingan Gencatan Senjata Berlangsung
Seekor burung terbang di atas Rafah menyusul pengeboman Israel terhadap Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 21 Februari 2024.(AFP/Mohammed Abed)

ISRAEL melancarkan serangan udara pada Kamis (22/2) di Rafah, Gaza selatan, setelah mengancam akan mengirim pasukan ke kota yang dihuni sekitar 1,4 juta warga Palestina itu. Rakyat Palestina mencari perlindungan dari seluruh wilayah tersebut.

Kekuatan global yang mencoba mencari cara untuk mengakhiri perang Israel-Hamas sejauh ini belum membuahkan hasil. Namun utusan Amerika Serikat (AS) diperkirakan tiba di Israel pada Kamis untuk mencoba mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Kekhawatiran internasional meningkat atas tingginya angka kematian warga sipil dan krisis kemanusiaan yang mengerikan dalam perang yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Pertempuran tanpa henti dan serangan udara selama lebih dari empat bulan telah meratakan sebagian besar wilayah pesisir yang dikuasai Hamas. Ini mendorong populasinya yang berjumlah sekitar 2,4 juta jiwa ke ambang kelaparan, menurut PBB.

Baca juga : Hamas Ingatkan Serbuan Israel di Rafah Berakibat Puluhan Ribu Tewas

Kekhawatiran internasional dalam beberapa pekan terakhir berpusat pada kota paling selatan Gaza, Rafah. Lebih dari 1,4 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di tempat lain di wilayah tersebut dan kini tinggal di tempat penampungan yang padat dan tenda-tenda darurat.

Selain kota terakhir yang tidak tersentuh oleh pasukan darat Israel, Rafah juga berfungsi sebagai pintu masuk utama melalui negara tetangganya, Mesir, untuk pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan. Israel telah memperingatkan akan memperluas operasi daratnya ke Rafah jika Hamas tidak membebaskan sandera yang tersisa di Gaza pada awal bulan suci Ramadan bulan depan.

Perang dimulai ketika Hamas melancarkan serangannya pada 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel. Militan Hamas juga menyandera sekitar 250 orang. Sebanyak 130 di antara mereka masih berada di Gaza, termasuk 30 orang diperkirakan tewas, menurut Israel.

Baca juga : Temui Korban Gaza Palestina, Utusan PBB: Saya Hancur

Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan sedikitnya 29.313 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut penghitungan terbaru kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Anggota kabinet perang Benny Gantz mengatakan operasi Israel di Rafah akan dimulai setelah evakuasi penduduk, meskipun pemerintahnya belum memberikan rincian mengenai tempat warga sipil akan dievakuasi. Pada Kamis dini hari, wartawan AFP mendengar beberapa serangan udara di Rafah, khususnya di lingkungan Al-Shaboura.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan pada Kamis pagi bahwa 99 orang tewas di sekitar Gaza pada malam itu. Kebanyakan dari mereka ialah wanita, anak-anak, dan orang lanjut usia.

Baca juga : PBB Ingatkan Ledakan Kematian Anak Gaza karena Bencana Kelaparan

Abdel Rahman Mohamed Jumaa mengatakan dia kehilangan keluarganya dalam serangan baru-baru ini di Rafah. "Saya menemukan istri saya tergeletak di jalan," katanya kepada AFP. 

"Kemudian saya melihat seorang pria menggendong seorang gadis dan saya berlari ke arahnya serta mengangkatnya lalu menyadari bahwa dia benar-benar putri saya," ujarnya. Dia sedang memegang mayat kecil yang terselubung di pelukannya.

Sementara itu, koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk, diperkirakan tiba di Israel pada Kamis, pemberhentian keduanya di wilayah tersebut setelah Mesir sebagai bagian dari upaya AS untuk memajukan kesepakatan penyanderaan dan menengahi gencatan senjata. Ketua Hamas Ismail Haniyeh juga berada di Kairo untuk melakukan pembicaraan.

Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah

Menteri Kabinet Perang Israel Benjamin Gantz mengatakan ada upaya untuk mempromosikan rencana baru bagi kembalinya para sandera. "Kami melihat tanda-tanda pertama yang menunjukkan kemungkinan kemajuan ke arah ini," ujarnya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Washington mengharapkan perjanjian yang menjamin gencatan senjata sementara agar kita bisa mengeluarkan para sandera dan mendapatkan bantuan kemanusiaan. Namun ia menolak memberikan rincian mengenai negosiasi yang sedang berlangsung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tentara akan terus berjuang sampai mereka menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera yang tersisa. Parlemen Israel sangat mendukung usulan Netanyahu untuk menentang pengakuan sepihak atas negara Palestina.

Baca juga : Houthi: AS dan Inggris Bantu Israel Bantai Warga Gaza di Rafah

Pemungutan suara tersebut dilakukan beberapa hari setelah Washington Post melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan sekelompok kecil negara Arab sedang menyusun rencana komprehensif untuk perdamaian jangka panjang antara Israel dan Palestina. Hal ini mencakup batas waktu yang pasti untuk pembentukan negara Palestina, kata laporan itu.

Secara terpisah, laporan kelompok Israel yang memerangi kekerasan seksual mengatakan serangan Hamas pada 7 Oktober juga melibatkan serangan seksual sistematis terhadap warga sipil, berdasarkan kesaksian saksi, informasi publik dan rahasia, serta wawancara. Laporan tersebut muncul pada minggu yang sama ketika para ahli hak asasi manusia PBB menyerukan penyelidikan independen terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap perempuan dan anak perempuan Palestina. Namun ini ditolak Israel karena dianggap sebagai klaim tercela dan tidak berdasar.

Para pejabat Israel telah berulang kali menuduh para militan melakukan kekerasan seksual selama serangan itu tetapi dibantah oleh Hamas.

Pertempuran dan kekacauan telah menghentikan pengiriman bantuan sporadis untuk warga sipil di Gaza, badan amal medis Doctors Without Borders (MSF) mengatakan tank Israel telah menembaki rumah yang menampung karyawan dan keluarga mereka. "Dua kerabat staf MSF tewas dan enam lainnya terluka serta mengutuk serangan tersebut dengan sekeras-kerasnya," katanya.

Di kota Khan Younis, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan rumah sakit lain juga terkena tembakan artileri. Israel telah berulang kali mengatakan militan Hamas menggunakan infrastruktur sipil termasuk rumah sakit sebagai basis operasional tetapi klaim itu juga dibantah oleh Hamas. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat