visitaaponce.com

Tragedi di Gunung Sindur

Tragedi di Gunung Sindur
()
SOLIHIN, 37, menggerutu. Jurnalis media cetak nasional yang biasa meliput berbagai peristiwa di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu belakangan kerap terlambat tiba di lokasi liputan karena perjalanan dari rumahnya ke lokasi liputan memakan waktu lebih lama daripada biasanya.

Untuk mencapai kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Bogor di Cibinong, dari rumahnya di Desa Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, ia harus menempuhnya dalam 2,5 jam. Jarak sekitar 30 km harus ditempuh selama itu karena Jalan Gunung Sindur yang harus dilaluinya setiap hari rusak parah.

Badan jalan penuh lubang dengan diameter rata-rata hampir 3 meter dan kedalaman hingga 30 sentimeter (cm). Bahkan di beberapa titik, seluruh badan jalan hancur. Pada saat hujan, ruas jalan rusak sepanjang 6 kilometer tersebut lebih mirip kubangan. "Saya benar-benar tersiksa. Melintasinya memakan waktu (lebih lama), membuat motor rusak, baju jadi kumal dan kotor," keluhnya saat tiba di Kantor Pemerintah Kabupaten Bogor, kemarin.

Ia mengibaratkan sepanjang Jalan Gunung Sindur sebagai jebakan maut tak berujung. Selain tidak ada badan jalan yang bisa dipilih agar bisa sedikit memperlancar laju kendaraan, kubangan juga membahayakan pengemudi. "Dari ujung ke ujung enggak ada bagus-bagusnya," ujarnya.

Menurutnya, kondisi itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Upaya perbaikan dengan cara ditambal menggunakan aspal atau beton hanya dilakukan di sebagian kecil dari panjang jalan.

Lain halnya dengan Indra, 45. Karyawan perusahaan swasta di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu 2,5 tahun terakhir kerap ditegur atasannya lantaran sering terlambat tiba di kantor. Hampir tiga hari dalam sepekan ia terlambat datang rata-rata 15 menit.

"Saya sudah berusaha mencari jalan alternatif, tapi semuanya rusak parah. Semua jalan yang saya coba lalui di wilayah Gunung Sindur, Bogor, tidak ada yang tidak rusak parah," papar warga Parung, Bogor, itu, kemarin.

Biasanya jarak dari tempat tinggalnya menuju kantor yang sekitar 40 km ditempuh kurang dari 2 jam. Namun, dalam 2,5 tahun terakhir ini harus ia tempuh sekitar 3 jam, bahkan beberapa kali sampai 3,5 jam. "Kalau lewat Ciputat, Tangerang Selatan, jalannya memang mulus, tapi lalu lintasnya selalu macet parah, terutama saat jam menuju kantor," tukas dia.

Jalan dari arah Parung, Bogor, menuju Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, sekitar tiga tahun terakhir memang rusak parah. Jalan sepanjang 6 km di wilayah Kabupaten Bogor tersebut bergelombang dan menyerupai kubangan sehabis diguyur hujan. Di wilayah Rawa Kalong, Gunung Sindur, kendaraan hanya bisa melaju 10 km per jam. Namun, begitu memasuki wilayah Tangerang Selatan, jalanan mulus karena sudah dibeton oleh pemerintah kota setempat.

Bagaikan sawah
Yang terjebak jalan rusak di Kabupaten Bogor bukan hanya Solihin dan Idra. Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mizwar juga merasakannya ketika melakukan sidak dan menyaksikan razia truk-truk pengangkut galian C melebihi tonase di wilayah Gunung Sindur, awal Februari lalu. Truk-truk itulah yang menjadi penyebab hancurnya jalan.

Dengan menggunakan sejumlah mobil, Dedi dan rombongan, termasuk Direktur Penindakan Hukum Bidang Lalu Lintas Polda Jabar dan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jabar, meluncur ke arah Gunung Sindur dari jembatan timbang di Jalan Raya Kemang-Parung, Kecamatan Kemang.

Belum sampai Gunung Sindur, rombongan sudah merasakan 'sensasi' jalan rusak di ruas Ciseeng-Gunung Kapur. Padahal rombongan memilih jalur itu untuk menghindari jalan rusak di jalur utama Gunung Sindur yang berstatus jalan provinsi. Kenyataannya, mobil Toyota Alfhard hitam yang membawa Dedi itu masuk kubangan di badan jalan.

Lebih dari 1 km jalan selepas perempatan Ciseeng menuju Gunung Sindur memang mirip sawah karena seluruh badan jalan berlubang dan berlumpur.

"Kerusakan jalan ini tragedi. Perusaknya truk-truk (pengangkut galian C). Ini perusak yang tidak bisa dibiarkan," kata Dedy saat menyaksikan 98 truk yang terjaring razia di jalur itu


Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat