visitaaponce.com

TPU Pondok Ranggon Berlakukan Sistem Tumpang

TPU Pondok Ranggon Berlakukan Sistem Tumpang
ANGKA KEMATIAN AKIBAT PANDEMI COVID-19: Pekerja mengangkut nisan untuk warga yang meninggal akibat COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta,( ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.)

PENERAPAN sistem tumpang jenazah covid-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman di DKI Jakarta. Langkah itu diambil karena saat ini persediaan lahan permakaman telah terisi penuh.

Selain perda, pemakaman sistem tindih jenazah covid-19 di TPU tersebut juga atas persetujuan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta serta Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur.

Demikian penjelasan Kepala Satuan Pelaksana TPU Pondok Ranggon Marton Sinaga, kemarin.

Namun, terang Marton, pemakaman dengan sistem itu hanya berlaku bagi keluarga. “Kalau tidak ada hubungan keluarga atau kaitan darah, jelas tidak diizinkan untuk ditindih,” ujar Marton.

Ia mengemukakan, jenazah covid-19 yang baru juga bukan ditindihkan ke jenazah covid-19 lama meski masih keluarga. Namun, ke jenazah lama di TPU yang tidak terpapar virus mematikan itu. Misalnya, orang meninggal beberapa tahun lalu karena sakit atau karena umur, kemudian anggota keluarganya menyusul
meninggal karena korona.

“Jenazah inilah yang boleh ditumpangkan ke jenazah yang telah lama dimakamkan.”

Sementara itu, belasan ambulans terlihat silih berganti memasuki TPU Tegal Alur, Jakarta Barat. Pun lalu-lalang ambulans juga menandakan lahan seluas 5,4 hektare tersebut semakin menyempit.

TPU tersebut menjadi satusatunya area yang menerima pemakaman untuk jenazah covid-19 setelah TPU Pondok Ranggon ditutup. Syaili, salah satu penggali kubur di Tegal Alur, mengatakan akhir-akhir ini kesulitan berjumpa dengan istri dan sang buah hati.

Pekerjaannya sebagai petugas pemakaman yang semakin padat membuatnya harus berlama-lama di TPU.

“Dalam satu hari bisa mencapai 20 jenazah covid-19. Saya biasanya baru bisa pulang ke rumah pukul 10.00 malam,” ucap Syaili, kemarin.

Syaili mengaku sudah terbiasa dengan ritme baru permakaman covid-19 yang semakin hari semakin padat. “Yang penting saya kerja dan bisa terus hadir setiap hari. Hal terpenting itu ialah jenazah terkubur saja semua. Bahkan, hari ini (kemarin) saja kami telah memakamkan 28 jenazah,” pungkasnya. (KG/Ykb/J-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat