visitaaponce.com

Program Wolbachia Berhasil Tanggulangi DBD di Yogyakarta

Program Wolbachia Berhasil Tanggulangi DBD di Yogyakarta
Para pemangku kepentingan dalam program penelitian World Mosquito Program (WMP) di Daerah Istimewa Yogyakarta mensyukuri hasil capaian.(MI/ARDI TERISTI )


PROGRAM penelitian World Mosquito Program (WMP) di Daerah Istimewa Yogyakarta telah berakhir pada akhir 2022 yang lalu. Penelitian tentang penanggulangan demam berdarah dengue dengan metode Wolbachia ini pun telah berhasil menurunkan kejadian infeksi dengue, rawat inap akibat dengue, dan fogging.

Pembina Yayasan Tahija, dr Sjakon G Tahija SpM menyampaikan perasaan
puasnya atas capaian dari penelitian tahun jamak itu. "Hasil
ini jauh di atas harapan kami ketika pertama kali memutuskan melakukan
penelitian ini bersama Monash University dan Universitas Gadjah Mada
pada 2011," ungkapnya ketika makan malam bersama Sumbangsih Yogyakarta
untuk Dunia di University Club, Universitas Gadjah Mada.

Hasil yang luar biasa ini pun tidak lepas dari kerja sama dan dukungan
semua mitra, pemangku kepentingan, dan masyarakat yang terlibat dalam
proyek ini. Ia menyebut, partisipasi hampir 8.000 kader kesehatan
di wilayah Kota Yogyakarta serta Kabupaten Sleman dan Bantul.

"Kami diberi tahu, mereka ini relawan, tidak digaji. Bahkan, kalau
dikasih dana tambahan, mereka tidak menggunakannya untuk pribadi, tetapi malah menggunakannya untuk membeli air mineral dan mengisinya pada ember-ember nyamuk kerena kualitas air yang ada tidak baik," cerita Sjakon.

Penelitian ini pun termasuk yang paling besar dilakukan karena mencakup wilayah 122 kelurahan dengan luas sekitar 231 kilometer persegi pada 2,2 juta penduduk.

Ia pun bersyukur karena teknologi ini akan diterapkan di daerah lain
yang tingkat kasus denguenya tinggi, yaitu Jakarta Barat, Bontang,
Semarang, Bandung, dan Kupang.

"Semoga kontribusi kita semua dalam proyek ini dapat menjadi sumbangsih
kita dalam harapan masyarakat Indonesia agar dapat terbebas dari Demam
Berdarah Dengue," tambahnya.

Temuan ilmiah

Project Leader WMP Yogyakarta, Prof Adi Utarini menceritakan, proyek ini diawali dari penelitian laboratorium pada 2011. Saat penelitian ini berakhir, penelitian ini telah menghasilkan temuan-temuan ilmiah yang tersusun dalam buku-buku laporan dan 19 publikasi di jurnal nasional dan internasional.

Di Kota Yogyakarta, WMP mendapatkan hasil menggembirakan dari penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) dari 2017 sampai 2020. Pertama, dampak teknologi wolbachia menurunkan 77% kejadian infeksi dengue dibanding wilayah yang tanpa intervensi wolbachia.

Kedua, dampak teknologi wolbachia menurunkan 86% rawat inap di rumah
sakit akibat infeksi dengue. Ketiga, dampak teknologi wolbachia
menurunkan 83% kejadian DBD dan kegiatan fogging.

Ia menyebut, fogging merupakan komponen biaya yang terbesar dalam
program penanggulangan dengue. "Penurunan fogging merupakan efisiensi
yang sangat besar untuk program penanggulangan dengue."

Melalui pelaksanaan program Si Wolly Nyaman, Wolbachia Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman dan Program WoW Mantul, Wolbachia wis Masuk Bantul pada 2021, persentase Wolbachia di Sleman dan Bantul terpantau sudah stabil tinggi. Hingga saat ini, pihaknya pun terus memantau persebaran
Wolbachia dan kasus dengue di dua kabupaten tersebut.

Dalam sambutan tertulisnya, Gubernur DIY, Sri Sultan HBX menyampaikan,
berdasarkan dokumen road map for neglected tropical diseases 2021-2030,
WHO menetapkan dengue sebagai salah satu dari 20 penyakit dan kelompok
penyakit yang akan dicegah dan dikendalikan secara global. Tagetnya
adalah menurunkan angka kematian dari 0,8% pada 2020 menjadi 0% pada 2030.

"Penyusunan target nasional penanggulangan dengue 2021-2025 pun telah
disusun," terang Sri Sultan.

Ia percaya, riset WMP yang telah dilakukan memiliki peran yang tidak kecil dalam melahirkan optimisme untuk mencegah dan mengendalikan dengue. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat