visitaaponce.com

Polda Aceh Revitalisasi Situs Agama dan Budaya untuk Rawat Kebhinnekaan

Polda Aceh Revitalisasi Situs Agama dan Budaya untuk Rawat Kebhinnekaan
Peringati HUT Bhayangkara 2023, Biro SDM Polda Aceh melakukan renovasi Masjid Baiturrahim dengan cara melakukan revitalisasi.(Ist)

DALAM rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-77 tahun 2023, Biro SDM Polda Aceh melakukan renovasi Makam Syiah Kuala dan Masjid Baiturrahim dengan cara melakukan revitalisasi.

Langkah ini untuk memperindah dan menciptakan kenyamanan yang dapat membangun ekosistem wisata dan membantu serta mendukung UMKM agar dapat meningkatkan perekonomian rakyat.

Karo SDM Polda Aceh, Komisaris Besar Fajar Budiyanto, menyatakan revitalisasi situs budaya dan agama diperlukan agar tidak mengalami degradasi atau penurunan kualitas, potensi, fisik, maupun nilai keindahan bangunan dan lingkungannya.

Baca juga: Sambut HUT Ke77 Bhayangkara, Kakorlantas Gelar Safety Riding Police Contest

"Untuk mencegah hal itu terjadi yang disebabkan oleh berbagai penyebab kerusakan," ujar Fajar dalam keterangan tertulis, Selasa (20/5).

Seperti diketahui Masjid Baiturrahim termasuk bangunan yang terkena terjangan bencana tsunami Aceh pada 2004.

Kombes Fajar juga menegaskan Polri dalam rangka Hari Bhayangkara ke-77 tahun 2023 berharap moderasi beragama juga diperlukan sebagai solusi, agar dapat menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan yang rukun, harmoni, damai, serta keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara maupun dalam beragama. 

Makam Syiah Kuala

Makam Syiah Kuala merupakan makam dari seorang ulama kharismatik di Aceh dan cukup ahli dalam bidang hukum. Ia juga pernah menjadi mufti agung pada kerajaan Aceh Darussalam. Makam tersebut banyak didatangi oleh peziarah baik lokal hingga mancanegara. 

Baca juga: HUT Bhayangkara Lantas ke-67, Korlantas Bantu Warga di TPST Piyungan Bantul

Letaknya di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Untuk sampai ke makam itu membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menempuh jarak kurang lebih 8 kilometer dari pusat kota Banda Aceh.

Pengunjung yang datang sangatlah ramai, pada hari biasa mencapai 200 orang pengunjung atau peziarah.

Selanjutnya Masjid Baiturrahim merupakan peninggalan Kesultanan Aceh. Masjid ini didirikan sekitar abad ke-17 dengan sebutan Masjid Jami’ Ulee Lheue (dibaca “olele” dalam dialek Belanda).

Saat Masjid Baiturrahman dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, warga Banda Aceh berbondong-bondong melaksanakan salat Jumat di masjid ini. Diperkirakan mulai saat itulah “Baiturrahim” menjadi nama masjid ini.

Baca juga: Kisah  41 Penerjun Kibarkan Bendera di HUT Bhayangkara

Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang raksasa setinggi 21 meter menghantam pesisir utara Banda Aceh. Kawasan Ulee Lheue yang berada persis di tepi laut menjadi salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak.

Nyaris semua bangunan di wilayah ini rata dengan tanah atau hanyut terhempas gelombang ke arah pusat Kota Banda Aceh beserta ribuan jiwa yang menjadi korban.

Ketika bencana tsunami itu terjadi, masjid ini tetap kokoh berdiri di tengah hamparan puing bangunan sekitarnya yang telah hancur. Hanya sebagian kecil bagian bangunan yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat