visitaaponce.com

Perbanyak Pemimpin Inspiratif

Perbanyak Pemimpin Inspiratif
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (tengah) menjadi pembicara dalam diskusi Media Indonesia Inspiring Leader Membangun Indonesia melalui Kabupaten, di UI, Depok, Jabar.(MI/BARRY FATHAHILAH)

SOSOK kepala daerah berkinerja cemerlang bermunculan 10 tahun terakhir. Setelah mantan Wali Kota Surakarta yang kini Presiden RI Joko Widodo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, belakangan muncul pemimpin lain dari berbagai daerah.

Di antara mereka, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dinilai layak disebut sebagai pemimpin daerah inspiratif.

Hal itu mengemuka dalam diskusi Media Indonesia Inspiring Leader yang diselenggarakan atas kerja sama Citra Activation dengan Cyrus Network di Auditorium Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, kemarin.

Selain Nurdin dan Dedi, tampil dalam diskusi, Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris, pakar psikologi politik UI Hamdi Muluk, dan moderator Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong.

Dalam kesempatan itu, Dedi dan Nurdin memaparkan kiat kepemimpinan inspiratif mereka.

Dedi mengungkapkan, di Purwakarta kunci kesuksesannya terletak pada pembangunan infrastruktur tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Saat mulai memimpin, Dedi memangkas belanja tidak produktif dan mengalokasikannya untuk membangun infrastruktur penyedia layanan publik.

Anggaran juga dimaksimalkan untuk memenuhi pelayanan dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan desa.

"Pengobatan di rumah sakit gratis. Kalau kelas III penuh, naik ke kelas II, begitu seterusnya. Bagi saya, bupati durhaka apabila ada rakyat meninggal karena tidak diobati."

Dedi juga mewajibkan pendidikan bagi seluruh anak.

Anak-anak diwajibkan mengonsumsi telur dan susu setiap Jumat, dengan disubsidi oleh pemkab.

Rakyat miskin juga disubsidi untuk mengonsumsi daging 2 kilogram setiap bulan.

Harapan bangsa

Di tempat yang sama, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah berkisah bahwa jabatannya kini sejatinya merupakan sebuah 'kecelakaan politik'.

Ia sempat menolak diusung.

Akan tetapi, karena melihat Bantaeng memprihatinkan, Nurdin tak kuasa menolak.

Saat awal dia memimpin pada 2008, kata Nurdin, Bantaeng ialah wilayah banjir saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau.

Nurdin pun segera membuat cekdam dan sungai buatan untuk mengatasinya.

"Pada 2010 tidak ada banjir lagi, waktu kemarau sudah ada air."

Terkait dengan potensi wisata Bantaeng, Pantai Marina yang dulunya kumuh, kini menjadi tujuan wisata.

Layanan publik juga tak luput.

Di Bantaeng, kini ada banyak ambulans keliling, mobil damkar kelas dunia, dan mobil pengangkut sampah siap sedia.

"Ambulans kita sudah membantu delapan kabupaten di Sulsel," kata Nurdin.

Industri strategis Bantaeng menyerap hingga 20 ribu tenaga kerja, dengan tingkat pengangguran hanya 2,6%.

"Dulu mau cari pembantu, kuli, ke Bantaeng. Kini cari kerja ke Bantaeng," tegasnya.

Pengamat politik Syamsuddin Haris menyebut pemimpin inspiratif ialah harapan bangsa.

"Kalau lebih banyak lagi orang seperti Dedi dan Nurdin ini, masalah bangsa akan selesai," tukasnya.

Pakar psikologi politik UI Hamdi Muluk mendorong orang-orang yang mempunyai tujuan baik dalam memimpin daerah dapat semakin banyak dimunculkan.

(X-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat