Novanto Mangkir, Kejagung Panggil lagi Pekan Depan
MANTAN Ketua DPR Setya Novanto kemarin mangkir dari undangan Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk dimintai keterangan terkait dengan dugaan kasus pemufakatan jahat pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla untuk mendapatkan saham PT Freeport Indonesia dan PLTA Urumuka, Papua.
Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM-Pidsus) Arminsyah mengatakan ketidakhadiran Novanto akan merugikan dirinya sendiri.
"Beliau yang rugi tidak bisa memberi penjelasan ke kita atas indikasi yang kita punya," katanya di Gedung Bundar, Kejagung, Jakarta, kemarin.
Menurut Arminsyah, ketidakhadiran Novanto akan memperlambat proses penyelidikan.
"Saya mau rapatkan dulu dengan tim. Sepertinya kita panggil sekali lagi," ujarnya.
"Mungkin Rabu atau Kamis depan. Kita masih berharap keterangan dari Pak Setya Novanto sebab beliau tokoh kunci."
Setelah itu, katanya, akan disimpulkan apakah statusnya dinaikkan ke penyidikan atau tidak.
Ia mengatakan bahwa saat ini pihaknya tidak bisa melakukan upaya paksa karena status kasusnya masih penyelidikan.
Terkait dengan pengusaha M Riza Chalid, Kejagung sudah beberapa kali memanggil, namun yang bersangkutan tidak hadir juga.
Sebelumnya, Kejagung telah meminta keterangan Menteri ESDM Sudirman Said dan Presdir PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.
Kuasa hukum Setya Novanto, Firman Wijaya, mengatakan ketidakhadiran kliennya merupakan pilihan.
"Ini kan baru sebatas undangan dan masih tahap penyelidikan. Pak Novanto nanti ada saatnya akan memberikan keterangan, baik lisan maupun secara tertulis," ujar Firman.
Dalam menanggapi ketidakhadiran Novanto, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan kasus tersebut sepenuhnya kepada Kejaksaan Agung.
"Itu masalah hukumlah. Biar nanti kejaksaan yang menjawab," ujarnya di kantornya.
Dari sisi psikologi, pakar psikologi politik UI Hamdi Muluk menilai ketidakhadiran Novanto ke Kejagung karena takut.
"Ya takut pastinya, soalnya bau-bau korupsi Novanto
bukan hanya ini. Kalau sekarang mungkin karena back-up politik yang
mendukung tidak mendukung membabi buta, ya ketakutanlah," jelas Hamdi di
Kampus UI Depok.
Terkini Lainnya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap