visitaaponce.com

Radikalisme Hadir karena Pemahaman Keagamaan yang Keliru

Radikalisme Hadir karena Pemahaman Keagamaan yang Keliru
Diskusi publik dengan tajuk Refleksi 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia, dan Penangkalan Radikalisme di Indonesia.(MI/HO)

FORUM Mahasiswa Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) menggelar acara diskusi publik dengan tajuk Refleksi 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia, dan Penangkalan Radikalisme di Indonesia, di Gedung IASTH, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat.

Acara tersebut sengaja digelar untuk merenungkan kembali perjuangan merebut kemerdekaan serta membahas pentingnya menangkal radikalisme dan bahayanya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Koordinator Nasional Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus, dalam paparannya, menjelaskan munculnya gerakan radikalisme secara umum disebabkan adannya pemahaman agama yang keliru. Selain itu, juga bisa dipicu oleh persoalan ekonomi. 

Oleh karena itu, Syifak mendorong adanya literasi moderasi beragama secara massif kepada generasi muda yang diberikan pendekatan pemahaman tentang keagamaan yang utuh serta menekan kesenjangan ekonomi.

“Jadi persoalan itu bagi saya yang satu penyebab utamanya adalah kesenjangan ekonomi. Jika motivasinya ideologi tapi tidak menemukan kondisi sosial maupun ekonomi yang timpang, radikalisme tidak akan terwujud,” ujar Syifak dalam keterangan resmi, Jumat (15/9).

Syifak menambahkan pemahaman radikal juga berpotensi tumbuh subur di tengah masyarakat yang merasa mengalami ketidakadilan akan mudah disusupi lewat doktrin agama untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Oleh sebab itu, pemerintah harus menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat.

“Rasa ketidakadilan misalnya begini gerakan radikal kan ada pengaruh juga dunia internasional, misalnya di Syiria segala macam itu kemudian melahirkan spirit perjuangan untuk mencari keadilan, meniru negara yang dianggap Islami, menegakkan syariat Islam padahal kenyataannya bernegara tidak bisa seperti itu,” paparnya.

Menurut Syifak, pemahaman yang radikal optimistis mampu dikikis jika para pemuka agama di Indonesia memberikan keteladanan memberikan kesejukan, kedamaian dalam ajarannya.

Sementara dari sisi pemerintah mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi kuat dan merata, salahsatunya dengan program hilirisasi industri yang tengah digenjot pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Dengan itu kesenjangan ekonomi bisa kita hapuskan salah satunya melalui apa bisa hilirisasi industri itu sangat bagus bagi saya karena menciptakan nilai lebih sehingga mampu mendongkrak nilai ekonomi kita,” urainya.

Syifak mengatakan dengan begitu diharapkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dapat tercipta, pasalnya gerakan radikal maupun separatis seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh dan juga Organisasi Papua Merdeka (OPM) ditengarai salahsatunya karena pemerataan pembangunan dan ekonomi.

“Nah kalau pemerataan pembangunan ini bisa terwujud saya pikir persoalan teroris segala macam itu akan hilang dengan sendirinya, Kenapa memang itu budaya kita budaya Indonesia itu kan sangat harmonis sangat harmoni ya ini tidak terlepas juga dari peran ulama-ulama kita yang menyebarkan dakwah dengan rahmatan lil alamin,” ucapmya.

Diketahui, diskusi tersebut dihadiri ratusan mahasiswa dan juga dihadiri narasumber antaranya M. Nuruzzaman, Komandan Densus 99 Banser, M Najih Arromadloni, Wakil Sekretaris BPET MUI, M Syaroni Rofli, dosen SKSG UI,dan Keynote Speaker Brigjen Pol Tubagus Ami Pridani, SIK, selaku Direktur Pencegahan Densus 88 Mabes Polri. (RO/Z-1)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat