visitaaponce.com

Tiktok, Etalase Terkini Musik Lokal

Tiktok, Etalase Terkini Musik Lokal
(Sumber: Tiktok Indonesia)

PERNAH mendengar lagu Aduh dari Marion Jola? Jika Anda pengguna platform Tiktok, Anda barang kali bukan hanya pernah mendengar, melainkan juga menonton satu dua video yang berlatar musik lagu upbeat tersebut. Pasalnya, lagu tersebut terbilang viral dengan digunakan hingga 55,6 ribu video di Tiktok.

Hal itu bukan tanpa kesengajaan. Label yang menaungi Marion, Universal Music Indonesia, memang khusus meminta trio produser Laleilmanino untuk membuat lagu yang tiktokable. “Lagu Marion (Jola) selain Rayu itu, ada Aduh. Itu juga menjadi prototype lagu dari Laleilmanino ketika Tiktok sudah mulai makin dikenal dan digandrungi. Universal Music Indonesia ketika itu meminta kami agar lagu Aduh bisa untuk di-tiktokin. Jadi bikin refrain yang singkat dan pas dengan durasi video semenit. Jadi bikin juga enggak dengan durasi lama. Banyak yang bisa dibelah,” jelas Nino, salah satu produser, kepada Media Indonesia dalam konferensi video, Kamis (7/1).

Rayu, yang lebih dulu meluncur, memang mendapat atensi cukup besar di Tiktok. Paling tidak, ada 140 ribuan lebih video di platform tersebut yang menyematkan Rayu. Lagu itu bersama Aduh menempatkan Marion Jola sebagai salah satu dari Top Celebrities pada laporan Year on Tiktok Indonesia.

Salah satu musikus yang juga aktif di Tiktok, Ramengvrl, menuturkan Tiktok menawarkan sesuatu yang lain dari beberapa platform sosial media saat ini. Meski, ia juga tidak mengatakan yang terbaik. Salah satu tawaran yang diberikan ialah cara bermain algoritma di platform tersebut yang menurutnya memiliki karakteristik tersendiri. 

“Katakanlah di Instagram dan Twitter, kalau mau unggahan atau nama sendiri naik, itu butuh langkah yang lumayan banyak. Dalam arti butuh membangun social credit lo di situ. Di Tiktok, ketika unggahan kita itu menarik atau konsepnya bagus dan informatif, enggak mengherankan untuk bisa mendapatkan jumlah tayangan yang bisa sampai dua juta padahal pengikut kita jauh di bawah itu misalkan. Sering banget gue menemukan yang seperti ini,” kata Ramen dalam konferensi video bersama Media Indonesia, Rabu (6/1).

Adapun lagu Ramen yang cukup banyak mendapat atensi di platform asal Tiongkok itu ialah Let Em Be. Videonya yang menggunakan lagu tersebut ditonton hingga sekitar 2,4 juta. Suatu angka yang ia akui jarang dicapai. Namun, meski daya jangkauannya cukup besar, itu tidak sebanding dengan penggunaan lagu tersebut oleh orang lain yang hanya sekitar 92 video. Beda dengan lagu Foreign yang berduet dengan Pyra. Atensinya memang tidak sebesar videonya yang menggunakan Let Em Be, tetapi penggunaan lagu Foreign lebih besar, sekitar 386 video.

“Justru itu yang menarik, angka masing-masing hubungannya enggak bisa linear,” menurut amatan Ramen.

Saat ditanya tentang cara kerja algoritma Tiktok, Head of User and Content Operations Tiktok Indonesia Angga Anugrah Putra tidak memberi jawaban lugas. Ia menyebutkan, para kreator di wilayah aplikasi tersebut beroperasi (150 negara) saling terhubung sebagai yang disebutnya komunitas global.

“Algoritma Tiktok yang bekerja untuk merekomendasikan konten kepada seluruh pengguna membantu video apa pun dan musik apa pun untuk mendapatkan audiensi. Faktor inilah yang membuat sejumlah lagu dalam negeri bisa digunakan kreator luar negeri, seperti lagu Bagaikan Langit (Potret) yang dipakai akun NBA, atau lagu Abang Jago yang dipakai akun West Ham United. Gabungan algoritma dan kreativitas kreator ini juga membantu bangkitnya lagu-lagu yang sudah diluncurkan sejak lama, seperti lagu Simple Plan, Mariah Carey, dan juga Melly Goeslaw,” kata Angga pada Media Indonesia melalui surat elektronik, Kamis (7/1).

Menggeloranya musik Indonesia di ranah Tiktok juga tampaknya sedikit banyak terpengaruh fitur Duet, yang menurut Angga, banyak dimanfaatkan para kreator untuk ‘berkolaborasi’ dengan musikus atau kreator musik lainnya di negara berbeda. “Raisa, Afgan, dan Rizky Febian menjadi musisi paling populer di Tiktok sepanjang 2020 karena berhasil menarik perhatian lewat perilisan dan promosi single terbaru mereka di platform kami. Single Tunjukkan dari Raisa dan Afgan mengundang banyak sekali respons positif sekaligus memunculkan talenta-talenta tarik suara yang luar biasa dari para kreator melalui fitur Duet,” lanjutnya.


Ikut tren

Perkembangan teknologi juga turut berandil dalam proses penciptaan karya. Misalnya dengan munculnya fitur Duet, atau seperti yang disebut Nino, terkait nuansa lagu yang coba untuk disesuaikan seperti restoran yang mendesain interiornya agar instagramable

Meski mengakui adanya pengaruh dari perkembangan tersebut, trio produser peraih penghargaan produser rekaman terbaik AMI Awards 2020 itu menganggap akan selalu ada tren yang muncul di setiap saat.

“Setiap tahun dan setiap saat akan ada tren baru, bukan hanya di genrenya, melainkan juga cara mempresentasikannya supaya bisa masuk di platform apa pun. Karakteristik yang dibentuk Tiktok, belakangan label yang datang untuk bikin lagu yang tiktokable akan minta lagu itu bisa dibuat joget karena gampang banget untuk meraih atensi dalam menggunakan Tiktok dengan aktivitas tersebut. Kemudian, lagu yang enak dipotong untuk dinyanyikan berganti-gantian. Artinya, kalau bikin notasinya sempit akan susah. Ini juga jadi salah satu alasan dalam menentukan notasi dan lirik yang dinyanyikan di Tiktok,” ungkap Nino.

Hal itu diamini pula Ramengvrl. Menurut dia, semakin banyak pencipta lagu yang mempertimbangkan fleksibilitas karya mereka agar pas disematkan dalam video Tiktok. “Sesuatu yang tadinya cuma bikin lagu dengan nadanya catchy, tetapi sekarang ini catchy-nya sampai bisa di-tiktokin enggak sih. Ada sub-conscious itu,” tambahnya.

Meski demikian, Laleilmanino juga tidak ingin terpaku dengan pemikiran bagaimana agar suatu lagu bisa akhirnya viral di Tiktok. “Kami melihatnya (Tiktok) itu sebagai etalase. Kalau dulu itu jualan di toko musik misalnya, lagu kami di-pamerin di situ, sekarang ya salah satunya di Tiktok. Dan kami ingin lagu yang dibuat ada di berbagai etalase,” imbuh Ilman.

Sementara itu, berbicara semakin lumrahnya lagu-lagu berdurasi pendek, menurut Nino, tiap musikus dan label punya deck sendiri untuk melihat perkembangan lagu mereka di platform streaming musik. Salah satu yang mendasari musikus maupun label untuk membuat lagu yang pendek, salah satunya juga karena munculnya kebiasaan skip rate (melewati lagu dalam 30 detik pertama di platform streaming).

“Kalau kami, pasti akan membuat bagan atau notasi chord seefektif mungkin. Jangan sampai ada bagan yang terkesan bikin dragging lagu tersebut. Kalau lagu makin pendek, ya memang harus makin pendek saja berdasar bagan paling efektif yang menurut kami rancang. Tapi bukan dalam arti ingin memendekkan lagunya. Ada lagu yang kalau terlalu panjang tidak enak juga. Tiap-tiap lagu punya bagan atau rancangan sendiri untuk durasinya,” jelas Lale.

Meski skip rate kini sudah lazim, ketiganya tidak memandang hal tersebut secara krusial. “Cuma bisa dijadikan patokan, enggak harus yang seperti itu banget. Jadi punya panduan baru aja. Ternyata yang seperti ini nih, tren musik yang disukai. Ya paling harus mengindahkan sedikit. Bukan berarti ikutin banget,” utur Nino.


Lisensi dan valuasi

Sebagai musikus yang aktif mengunggah lagu-lagunya sendiri dan digunakan di video orang lain, Ramen mengaku memang masih belum mengetahui terkait valuasi maupun lisensi yang menjadi jaminan platform Tiktok. Namun, baginya yang jadi soal ialah nasib kreator konten musik yang belum mapan.

“Bagi musisi profesional, yang sudah establish dengan bekerja sama dengan label maupun distributor itu mungkin tidak menjadi soal besar. Justru yang buat gue perlu khawatir ialah kreator konten musik yang belum established, yang unggah musiknya di Tiktok. Dengan lagu orisinal dari dia, lirik, not, musik semuanya dari dia, apa yang akan menghentikan orang lain untuk tidak copy itu, dan mengklaimnya?”

Meski menurut Ramen akan ada sanksi sosial jika hal tersebut terjadi, tetapi perlu ada legalitasyang dituntaskan. Dan menurutnya itu yang belum mendapat perlindungan.

Menanggapi itu, Angga menjawab normatif. Pihaknya menyebut turut memperhatikan hak kekayaan intelektual, termasuk hak cipta musik yang ada di platformnya.

“Seperti yang tercantum di Ketentuan Layanan dan Panduan Komunitas, Tiktok tidak mengizinkan pengguna mengunggah konten, berbagi, dan mengirimkan konten apa pun yang melanggar hak cipta, merek dagang, atau hak kekayaan intelektual milik orang lain. Oleh karena itu, Tiktok akan terus berusaha melindungi hak cipta lagu-lagu dari musisi nasional dan internasional yang ada di Tiktok sehingga musisi dapat menyalurkan kreativitasnya dengan aman dan nyaman di Tiktok.” (M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat