visitaaponce.com

Keserupaan Kata

Keserupaan Kata
Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia(Dok. Pribadi)

KECERMATAN memilih diksi menjadi syarat keefektifan dalam berbahasa. Namun, apa jadinya bila diksi yang tersaji serupa tapi tak sama? Ada kesan diksi yang mirip ini keberadaannya seperti dipaksakan.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Pusat Bahasa) memaksakan lema banyak, padahal makna kata itu mirip. Misalnya, ujung-hujung (pengujung-penghujung). Selain itu, ada juga antar-hantar, cari-cahari (mata pencarian-mata pencaharian), dan baru-baharu (pembaruan-pembaharuan).

Coba kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ujung memiliki arti ‘bagian penghabisan dari suatu benda (yang panjang), bagian barang yang diruncingkan (lancip, tajam, dan sebagainya), bagian darat yang menjorok (jauh) ke laut, (bagian) akhir (pembicaraan, percakapan, tahun, dan sebagainya), maksud dan tujuan (perkataan dan sebagainya)’, sedangkan hujung memiliki makna ‘bagian yang penghabisan (tentang sesuatu yang panjang seperti tongkat atau galah); ujung’.

Jika kita selisik kedua kata tersebut, baik ujung maupun hujung memiliki arti yang sama. Meski sama, di antara kedua kata tersebut yang tepat ialah ujung (pengujung), bukan hujung (penghujung).

Contoh lainnya, antar dan hantar. Sering kali kedua kata ini dipakai. Dalam KBBI, antar memiliki makna ‘bawa, kirim’. Sementara itu, hantar mempunyai arti ‘ menyalurkan’. Jika yang dimaksud ialah membawa, mengirim, atau meneruskan barang atau sesuatu, kata yang tepat ialah antar. Jika bersifat kata kerja, jadi mengantar: menemani atau membawa orang berjalan atau pergi, mengirim (membawa) ke.

Selain itu, ada kata cari dan cahari. Dalam KBBI, cari memiliki arti ‘temukan sesuatu’, sedangkan cahari memiliki makna ‘cari’. Jadi, bisa dilihat di sini keduanya memiliki arti yang sama. Seperti pada kata mata pencarian dan mata pencaharian. Kata yang tepat ialah mata pencarian: pekerjaan atau pencarian utama (yang dikerjakan untuk biaya hidup sehari-hari), bukan mata pencaharian.

Kemudian, ada kata pembaruan dan pembaharuan. Orang sering kali terkecoh dengan kedua kata ini. Seperti yang sering kita dengar, pembaharuan lebih familier di telinga kita. Pun dengan penulis, kebanyakan dari mereka lebih sering menulisnya dengan pembaharuan ketimbang pembaruan. Padahal, yang benar ialah pembaruan, bukan pembaharuan.

Kata ini berasal dari kata dasar baru. Pem+baru+an. Baru memiliki arti ‘belum pernah ada (dilihat) sebelumnya, belum pernah didengar (ada) sebelumnya, belum lama selesai (dibuat, diberikan), belum lama dibeli (dimiliki), segar (belum lama dipetik atau ditangkap), belum lama menikah, belum lama bekerja, awal, modern, belum lama antaranya’, kemudian, setelah itu, ‘sedang, lagi’.

Sementara itu, kata baharu memiliki makna ikan laut atau payau, hidup di perairan pantai subtropis, dasar berlumpur, dan terumbu karang dengan kedalaman 10–49 m, ukuran panjang mencapai 50 cm, tersebar di perairan Indo- Pasifik Barat; baharu-baharu (Drepane punctata). Pembaruan artinya ‘proses, cara, perbuatan membarui, proses mengembangkan kebudayaan, terutama dalam lapangan teknologi dan ekonomi’. Sangatlah tidak tepat kalau kita menyebut pembaharuan.

Jadi, keserupaan kata atau lema di atas merupakan sebuah kegamangan atau kreativitas? Penulis hendaknya lebih cermat dalam memilah diksi atau lema bahasa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat