visitaaponce.com

Ilmuwan Ciptakan Kemasan yang Perpanjang Umur Simpan Makanan

Ilmuwan Ciptakan Kemasan yang Perpanjang Umur Simpan Makanan
Ilmuwan universitas Nanyang dan Harvard menciptakan kemasan makanan yang dapat melepaskan zat antimikroba.(Elena Rabkina/ Unsplah)

TIM ilmuwan gabungan dari Nanyang Technological Univeristy, Singapura dan Harvard University, Amerika Serikat, berhasil mengembangkan kemasan yang dapat memperpanjang umur simpan makanan. Penemuan ini diharapkan dapat mengurangi pembuangan makanan akibat pembusukan. 

 

Kemasan itu memiliki kemampuan melepaskan zat antimiktoba. Selain itu kemasan baru ini dikatakan dapat terurai secara alami sehingga ramah lingkungan.


 

Menurut tim, industri pengemasan merupakan konsumen terbesar plastik sintetis yang berasal dari bahan bakar fosil dan bertanggung jawab atas sebagian besar sampah plastik. Para peneliti mengatakan bahwa biaya untuk memproduksi kemasan baru mereka sebanding dengan plastik biasa dan kemungkinan akan menjadi lebih murah di masa depan.

 

"Penemuan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk pengemasan dalam industri makanan. Ini bisa berfungsi sebagai alternatif ramah lingkungan untuk polimer berbasis minyak bumi yang digunakan dalam kemasan makanan komersial, seperti plastik, yang memiliki dampak lingkungan negatif yang signifikan," kata penulis makalah dan bioengineer Mary Chan-Park dari Nanyang Technological University, Singapura, seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Kamis (30/12).

 

Lebih lanjut, tim mengatakan jika pelepasan zat antimikroba terjadi ketika bakteri atau kelembaban tinggi terdeteksi di dalam kemasan. Ini memberikan perlindungan hanya saat dibutuhkan sehingga meminimalkan penggunaan bahan kimia dan menjaga komposisi alami dari makanan kemasan.

 

"Ini telah menunjukkan kualitas antimikroba yang unggul dalam memerangi segudang bakteri dan jamur terkait makanan yang dapat berbahaya bagi manusia dan dapat diterapkan pada berbagai produk seperti ikan, daging, sayuran, dan buah-buahan," jelas Mary Chan-Park.

 

Studi yang sudah dipublikasikan dalam jurnal ACS Applied Materials & Interfaces ini menggunakan teknologi electrospinning untuk pembuatan bahan kemasan. Bahan utama untuk bahan tersebut adalah sejenis protein jagung yang disebut 'zein', yang merupakan produk sampingan limbah dalam produksi etanol dari pati jagung atau minyak, di mana para peneliti menambahkan selulosa pati tanaman dan asam asetat.

 

Tim memasukkan ini dengan koktail senyawa antimikroba alami yang berasal dari tanaman, termasuk minyak thyme dan asam sitrat, yang ditemukan dalam buah-buahan seperti jeruk bali, lemon, limau, dan jeruk.

 

Dalam uji laboratorium, tim dapat menunjukkan bahwa antimikroba dilepaskan dalam jumlah yang sangat kecil dari serat dalam bahan kemasan saat adanya peningkatan kelembaban atau enzim tertentu yang dilepaskan oleh bakteri berbahaya. Dengan hanya melepaskan senyawa sebagai respons terhadap potensi pembusukan, kemasan dapat bertahan terhadap beberapa kali paparan bakteri dan tetap bertahan selama berbulan-bulan.

 

Tak hanya itu, kemasan ini juga mampu membunuh berbagai bakteri umum termasuk E. coli dan Listeria, serta jamur, baik pada permukaan kemasan maupun makanan yang terkandung di dalamnya. Stroberi yang dibungkus dengan kemasan ini tetap segar selama tujuh hari sebelum berkembang menjadi jamur, dibandingkan dengan hanya empat hari untuk buah yang disimpan dalam kotak buah plastik konvensional.

 

Penulis makalah dan ilmuwan nano Universitas Harvard, Philip Demokritou, mengatakan jika terobosan ini dapat digunakan tidak hanya untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pangan tetapi juga untuk menghilangkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan serta mengurangi penggunaan plastik yang tidak dapat terurai dan mempromosikan sistem pertanian pangan yang berkelanjutan. (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat