visitaaponce.com

Wah, Ternyata Rusia, Kanada, dan Greenland Tidak Sebesar yang Kita Kira

Wah, Ternyata Rusia, Kanada, dan Greenland Tidak Sebesar yang Kita Kira
Peta dunia Mercator (biru tua) versus proyeksi Kaye (biru muda)(DailyMail/Twitter: Neil R Kaye)

Saat Anda melihat gambar peta dunia, masuk akal untuk berasumsi bahwa Greenland dan Afrika memiliki ukuran sama.

Namun, kenyataannya, benua Afrika 14 kali lebih besar dari daratan es di utara.

Termasuk sejumlah pulau lepas pantai, luas total Greenland adalah 836.300 mil persegi (2,16 juta kilometer persegi), sedangkan Afrika adalah 11,7 juta mil persegi (30,4 juta kilometer persegi).

Tidak hanya itu, Afrika juga berukuran tiga kali lebih besar dari Amerika Utara dan juga jauh lebih besar dari Rusia, meskipun kebalikannya tampak benar saat melihat peta.

Jadi, apa yang terjadi?

Nah, ternyata banyak negara -termasuk Rusia, Kanada, dan Greenland - tidak sebesar yang kita pikirkan saat kita melihat gambar peta. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan proyeksi Mercator, peta yang paling sering terlihat tergantung di ruang kelas dan di buku teks yang dibuat pada tahun 1596 untuk membantu para pelaut menjelajahi dunia.

Fenomena yang disebut distorsi peta dunia tersebut memberikan bentuk yang tepat dari massa tanah, tetapi dengan biaya mendistorsi ukurannya.

Kanada dan Rusia, misalnya, tampaknya menempati sekitar 25% permukaan bumi di peta dunia, padahal kenyataannya hanya menempati 5%.

Australia juga tampaknya tidak lebih besar dari Alaska, meskipun itu adalah negara terbesar keenam di dunia.

Faktanya, ‘Benua Kanguru’ 4,5 kali lebih besar dari Alaska.

Dulu, tantangan terbesar dalam membuat peta dunia adalah tidak mungkin untuk menggambarkan realitas bola dunia pada permukaan datar — masalah yang menghantui kartografer selama berabad-abad.

Akibatnya, bentuk peta dunia biasanya beragam, mulai dari hati hingga kerucut.

Namun keragaman tersebut berangsur-angsur memudar dengan satu model yang ditemukan oleh Gerardus Mercator. Mercator, yang hidup dari tahun 1512 hingga 1594, adalah seorang kartografer Flemish yang terkenal karena membuat peta dunia berdasarkan proyeksi yang menunjukkan jalur pelayaran sebagai garis lurus.

Tidak seperti sarjana geografi lain dari waktu yang sama dengannya, dia tidak banyak bepergian. Sebaliknya, pengetahuannya tentang geografi berasal dari perpustakaannya yang berisi lebih dari seribu buku dan peta. Pada tahun 1580-an dia mulai menerbitkan atlasnya, yang dia beri nama sesuai nama raksasa yang memegang dunia di pundaknya dalam mitologi Yunani.

Distorsi peta Mercator belakangan dipelajari oleh ilmuwan data iklim Met Office, Neil Kaye, yang menciptakan representasi dua dimensi dari seperti apa dunia sebenarnya.

Hasilnya menggambarkan bagaimana negara-negara di belahan bumi utara jauh lebih kecil daripada yang biasanya dipikirkan orang.

Ia melakukannya dengan memasukkan data Met Office tentang ukuran setiap negara ke Ggplot, yang merupakan paket visualisasi data untuk pemrograman statistik.

Kaye kemudian membuat peta terakhir menggunakan proyeksi sterografis — fungsi pemetaan yang memproyeksikan bola ke bidang.

Dengan visualisasi dari Kaye, kita dapat ‘memasukkan’ Amerika Utara ke Afrika dan masih memiliki ruang untuk India, Argentina, Tunisia, dan beberapa sisanya. Peta tersebut juga menunjukkan bahwa negara-negara Skandinavia lebih besar dari India, sedangkan pada kenyataannya India berukuran tiga kali lipat jika digabungkan. (DailyMail/M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat