visitaaponce.com

Ashta dan Ragha Art Community Hadirkan Kursi Sebagai Karya Seni

Ashta dan Ragha Art Community Hadirkan Kursi Sebagai Karya Seni
Pengunjung sedang menikmati karya seni, Kursi(MI/Rahmatul Fajri)

ASHTA dan Ragha Art Community menghadirkan kursi sebagai karya seni di District 8, Jakarta Selatan. Mengusung tema CHAIR; Limitless Odyssey, pameran karya seni ini akan berlangsung mulai 19 Mei hingga 18 Juni 2023.

Untuk diketahui, Ragha merupakan komunitas para perupa, pesastra, yang digagas oleh Ramadham Bouqie kemudian diwujudkan oleh Gugun Purnama, Gunawan Syariffudin, Ramadhan Bouqie, Rio Waas dan Rudi Pata Areadi. Ragha akan menghadirkan 43 karya kursi dari 15 seniman yang tergabung. Sebanyak 43 kursi itu dikreasikan dalam berbagai bentuk dan warna serta dihiasi gambar vokalis Queen Freddie Mercury dan pentolan The Beatles John Lennon.

Adapun perupa yang berpartisipasi yakni Alfonzo Ronald K, Anies Walsh, Elina Farida Eksan, Erwin Firmansyah, Fadil, Gugun Permana, Gunawan Syarifudin, Indyra, Irma Hardisurya, Jeanelle C. Virginia, Ketut Winata, Noer Listanto Alfarizi, Raisa, Ramadhan Bouqie dan Slamet Abidin.

Founder Ragha Art Community Tatang Ramadhan Bouqie mengatakan pada pameran kali ini ingin menyajikan karya seni tiga dimensi yaitu kursi. Ia mengatakan karya yang ditampilkan merupakan perpaduan antara disiplin desain dan seni murni.

Pemilihan kursi sebagai medium karya juga merupakan bentuk apresiasi, karena merupakan salah satu benda yang paling akrab dengan manusia, sebagai tempat duduk.

Baca juga: Menikmati Karya Seni dari Layar Tetap Bikin Bahagia

Namun, kerap kali kursi hanya dilihat sebagai fungsi. Padahal, kata Tatang, kursi bisa menjadi karya artistik yang bisa dinikmati dan memberikan pesan kuat kepada penikmat seni.

"Kursi fungsi tradisional adalah tempat duduk, kami ingin memberi peran fungsi lain dari kursi, yaitu fungsi karya seni dan bisa hadir secara karya seni. Kita ingin memberikan penghargaan terhadap kursi karena setiap hari manusia dalam beberapa jam pasti duduk di kursi," kata Tatang.

"Harapannya (ini) memberikan inspirasi dan wawasan lebih baik, karena selama ini karya yang dipresentasikan itu dua dimensi seperti lukisan," imbuhnya.

Sementara itu, salah satu perupa Noer Listanto Alfarizi menyajikan dua karya seni pada pameran kali ini. Dua kursi dicat warna hitam putih dengan mahkota di atas kursi. Kemudian ada potongan kayu yang dibentuk seperti lambang keriting pada kartu remi.

"Saya mengusung konsep simbol, dan simbol yang muncul di sini adalah keriting yang identik sama pohon. Dalam ramalan tarot disebut api, energi, kekuatan, atau bunga pulm yang disebut tongkat raja. Saya juga berpikir kursi itu tidak hanya barang fungsional, identik juga dengan mahkota dan singgasana raja," ujarnya.

Noer membutuhkan waktu dua bulan untuk menyelesaikan dua karya seni tersebut. Mulai dari pemilihan konsep, pemilihan bahan, hingga pembuatan karya.

"Ini kursi dari kayu alpukat yang telah berusia 50 tahun lebih. Satu lagi dari kayu Afrika. Lalu, saya mengusung konsep simbol keriting, ada 'yin' dan 'yang' yang menunjukkan keseimbangan," tuturnya.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat