visitaaponce.com

Ketika Rio Johan Bermain-main

Ketika Rio Johan Bermain-main
Cover buku Orang Keren tidak Menengok ke Arah Ledakan dan Cerita-Cerita Orang Keren Lainnya.(Dok. Gramedia Pustaka Utama)

PENULIS Rio Johan mengeluarkan kumpulan cerpen berjudul Orang Keren tidak Menengok ke Arah Ledakan dan Cerita-Cerita Orang Keren Lainnya pada 22 Mei 2023. Buku itu merupakan kumpulan cerpen ketiga yang telah ia telurkan setelah Aksara Amananunna (2014) dan Rekayasa Buah (2021).

Orang Keren tidak Menengok ke Arah Ledakan dan Cerita-Cerita Orang Keren Lainnya terdiri dari berbagai cerita fiksi pendek yang ditulis Rio dalam rentang waktu 2012 hingga 2021. Penerima Kusala Sastra Khatulistiwa 2018 tersebut mengungkapkan ide ceritanya banyak lahir dari pikirannya yang main-main, iseng, dan nakal atas sesuatu yang ia baca, dengar, dan lihat di sekitarnya. Tokoh Aristofanes, misalnya, tercipta setelah ia membaca pidato Arisofanes –penyair dan penulis komedi zaman Yunani kuno-- di simposium Plato. Ia kemudian mencoba membuat cerita pendek tentang Aristofanes yang mengatakan ada tiga macam jenis kelamin manusia.

Lalu, cerita pendek Pedang Terhebat terpantik setelah ia menonton film Mongol (2007) yang berkisah mengenai kehidupan kaisar pertama dari Kekaisaran Mongol, Jenghis Khan. Setelah menonton film itu, ia kemudian terngiang dialog singkat tentang pedang. Ia lalu berkreasi dengan kata pedang hingga ditulislah cerita pendek pedang hebat.

Cerpen yang judulnya ia jadikan judul antologi mengisahkan seorang pemuda yang terpilih menjadi pahlawan Biru dalam satuan kelompok lima pahlawan super, tetapi ada deretan peraturan yang harus dipatuhi, salah satunya dia tidak boleh menengok ke belakang saat terjadi ledakan.

“Ide-idenya harfiah dari nonton film. Aku lupa film apa. Di situ tokohnya berjalan, enggak melihat ledakan di belakangnya. Aku kait-kaitin. Terus aku bikin kayak Power Ranger, ada merah, biru. Main-main dari situ,” terangnya ketika sesi live Instagram bersama akun Sastra Gramedia Pustaka Utama, Jumat (16/6).

Selain itu, ada juga cerita dua penguasa yang saling berlomba meninggikan benara, juga makhluk-makhluk dengan nama tombol-tombol stik permainan gim bersuara dan menjadi tokoh laiknya manusia. Lalu, ada cerita bagaimana jadinya ketika bumi ini diubah menjadi kubus.

"Kesannya memang jauh dari kenyataan, tapi sebenarnya semua itu lahir dari yang aku baca, lihat, terus aku coba putar-putar, dan mainin kata-katanya," tutur Rio.

Penulis kelahiran Baturaja, 28 Agustus 1990, itu memang bereksplorasi dengan bebas di buku kumpulan cerpen ini. Ia mencoba memainkan kata-kata yang unik dan jarang terdengar, seperti dominatriks dan epitome.

Rio yang saat ini menetap di Paris itu mengatakan ingin menantang anggapan bahwa bahasa Indonesia tidak memiliki kosakata sebanyak bahasa Inggris. Padahal, kata ia, bahasa Indonesia juga memiliki akar dari banyak bahasa, seperti bahasa daerah, juga bahasa Arab, Belanda, dan Melayu.

"Kenapa tidak dimanfaatkan dan coba dimainkan, ya semacam menantang diriku," katanya.

Selain itu, Rio juga mencoba keluar dari kebiasaan menulis singkat, padat, dan jelas. Pada kumpulan cerpen ini, Rio mulai menulis dengan satu kalimat yang panjang. Hal itu terinspirasi dari karya sastra Eropa yang bisa menulis kalimat panjang tanpa putus hingga beberapa halaman.

"Aku baca buku pengarang Hungaria yang diterjemahkan ke bahasa Inggris. Dia menulis kalimat panjang berhalaman tidak putus. Di karya sastra Eropa bukan hal baru seperti itu, tetapi, di Indonesia mungkin hanya dilakukan pengarang lama, sedangkan yang penulis angkatanku cenderung menulis singkat, padat, dan jelas," kata dia.

Tidak hanya perkara tema dan pemilihan diksi, main-main ala Rio dalam kumpulan cerpen teranyarnya ini juga ia perlihatkan dalam bentuk cerita. Terilhami karya David Wallace, ia bereksperimen dengan sejumlah alternatif pada salah satu cerpennya, Tiga Ksatria. 

“Awalnya cerita ini aku tulis tanpa alternatif, tapi aku kurang puas sama hasilnya. Aku pendam dulu. Struktur bermacam alternatif aku dapat ketika kepikiran kumpulan cerpen David Wallace, Brief Interviews with Hideous Men. Di situ ada cerpen yang diulang-ulang. Aku kepikiran untuk mencoba, meski bukan jadi pengikat secara tema, jadi pengikat untuk ya main-main,” ucapnya.

Rio juga mempersilakan pembacanya untuk menafsirkan jalan cerita dan pesan dari cerpen-cerpennya. Ia ingin mengajak pembacanya untuk berpikir liar dan berimajinasi tanpa batas.

Ia tidak ingin membatasi pembacanya dan saklek akan satu hal dalam cerpen ini. Yang jelas, kata Rio, buku ini merupakan kisah fiksi yang tidak berusaha menunjukkan atau mengaitkan dengan realita yang saat ini terjadi. "Boleh dibilang cerpen salah satunya cara untuk kabur dari realita," pungkasnya. (Faj/M-2)

 

Judul: Orang Keren tidak Menengok ke Arah Ledakan dan Cerita-Cerita Orang Keren Lainnya

Penulis: Rio Johan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun: Mei 2023

Hal: 265

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat