visitaaponce.com

Sentimen Negatif Tahan Minyak Tetap Bearish

Sentimen Negatif Tahan Minyak Tetap Bearish
Pengeboran minyak(AFP)

MENGAWALI pembukaan pekan pagi ini, Senin (25/4), harga minyak dunia terpantau masih melanjutkan tren bearish, dibebani oleh sejumlah sentimen negatif antara lain sinyal peningkatan produksi Nigeria, kembali pulihnya jalur ekspor minyak dari pipa CPC serta tanda-tanda pengetatan pembatasan di Shanghai yang berpotensi mengancam permintaan minyak dari Tiongkok.

Menteri Keuangan Nigeria Zainab Ahmed berharap untuk meningkatkan produksi menjadi 1,6 juta barel minyak mentah per hari dalam satu atau dua minggu ke depan. Ahmed juga menambahkan bahwa dalam satu bulan terakhir produksi sempat menyentuh level terendah di 1,2 juta bph akibat penutupan sumur yang dipicu oleh masalah kriminalitas.

"Nigeria merupakan produsen minyak terbesar di Afrika dan menempati posisi produsen terbesar ke 6 dalam OPEC dengan total produksi minyak mencapai sekitar 1,8 juta bph pada tahun 2020," kata Research and Development ICDX, Senin (25/4).

Masih dari sisi pasokan, jalur pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC) direncanakan akan kembali melanjutkan ekspor penuh mulai 22 April setelah perbaikan selama hampir 30 hari akibat serangan badai di Laut Hitam. Jalur pipa CPC membawa sekitar 1,2 juta bph minyak mentah utama Kazakhstan, berkontribusi sekitar 1,2% dari permintaan minyak global.

Namun, sejak akhir Maret, pemuatan dari terminal CPC hanya dapat dilakukan melalui 1 dari 3 jalur pemuatan akibat kerusakan karena badai, yang berdampak memangkas ekspor minyak Kazakhstan hingga sepertiga dari jalur CPC.

Turut membebani pergerakan harga minyak, Tiongkok berpotensi memperketat pembatasan mobilitas, pasca otoritas kota Shanghai dilaporkan mendirikan pagar di luar bangunan tempat tinggal.

Kota terpadat sekaligus pusat keuangan Tiongkok tersebut melaporkan 51 kematian baru pada 24 April, naik dari 39 kematian pada hari sebelumnya. Tiongkok merupakan negara importir minyak terbesar pertama dunia, sehingga dengan adanya pembatasan yang lebih ketat, maka turut memicu kekhawatiran akan terjadinya penurunan aktivitas perjalanan yang sekaligus akan berdampak pada berkurangnya penggunaan bahan bakar.

Fokus pasar juga tertuju pada Uni Eropa (UE) yang dilaporkan sedang mempersiapkan sanksi yang salah satunya menargetkan embargo minyak Rusia, ungkap wakil presiden eksekutif Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis pada hari Senin.

Penerapan sanksi tersebut berpotensi mengganggu pasokan minyak di UE, pasalnya Rusia merupakan pemasok minyak terbesar yang berkontribusi terhadap 26% dari total impor minyak UE.

"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$105 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$95 per barel," kata Girta. (OL-13)

Baca Juga: NasDem Minta Erick Thohir Berikan Penjelasan Soal Mafia Bibit di Pertanian

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat