Kebijakan Suku Bunga BI Dipastikan Tak Agresif
![Kebijakan Suku Bunga BI Dipastikan Tak Agresif](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/12/74a56c576a0675a886957fde49142869.jpg)
GUBERNUR Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan tak akan agresif dalam mengambil kebijakan suku bunga acuan. Itu bertujuan agar pemulihan ekonomi tetap berjalan dalam koridornya dan pengendalian inflasi dapat terus dilakukan.
"Kami tidak harus menaikkan suku bunga atau respons suku bunga menjadi berlebihan, agresif seperti Amerika atau negara lain. Kami akan secara terukur," ujarnya dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 bertema Menjaga Resiliensi Ekonomi Melalui Transformasi Struktural, Rabu (21/12).
Salah satu alasan yang membuat BI tak akan agresif ialah eratnya kerja sama antara kebijakan fiskal dan moneter yang terjalin di Indonesia. Itu menghasilkan tingkat inflasi yang relatif terkendali di tengah guncangan kenaikan harga-harga pangan dan energi.
Dus, kebijakan suku bunga yang bertujuan untuk menjaga tingkat inflasi inti akan lebih kendur, alih-alih ketat seperti yang dilakukan banyak negara. BI, kata Perry, meyakini tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4% pada semester I 2023.
Baca juga: Perilaku Belanja Masyarakat Kembali ke PraPandemi
"Jadi moneternya memang akan lebih pada pro stability, memastikan inflasi inti di semester I di bawah 4%. Dengan adanya subsidi dari Bu Menteri Keuangan, tentu saja tekanan inflasi terjaga," jelasnya.
Adapun sejauh ini BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin sejak Agustus 2022 menjadi 5,25%. Itu dilakukan untuk menekan tingkat inflasi inti dan ekspektasi inflasi yang relatif tinggi beberapa waktu lalu.
Upaya tersebut terbilang berhasil lantaran inflasi per November 2022 tercatat 5,42% (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 5,71% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari prakiraan awal pascapenyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni di kisaran 6%-7%.
Inflasi yang terkendali juga terjadi pada komponen inti, di mana per November 2022 tercatat di level 3,30% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang 3,31% (yoy).
"Itu yang kami terus pastikan, inflasi inti kembali di bawah 4% di semester I 2023, as early as possible," pungkas Perry. (OL-4)
Terkini Lainnya
Dibuka Menguat, IHSG Diprediksi Hijau Hari Ini
7 Jenis Bank yang Ada di Indonesia
Modal Asing Masuk Indonesia Capai Rp8,34 Triliun
Bank Indonesia Adalah Bank Sentral, Apa Peran Utamanya?
Bank Indonesia: Cadangan Devisa Akhir Juni 2024 US$140,2 Miliar
Hari Bank Indonesia 5 Juli, Simak Sejarah, Peran, dan Wewenangnya
Rupiah Menguat Didukung Peluang Suku Bunga AS Dipangkas
The Fed Diperkirakan Tahan Suku Bunganya Bulan Ini
Rupiah Menguat ke Rentang 16.200 per Dolar AS
IHSG Menguat Gapai 7.250, Suku Bunga AS Mungkin Dipangkas September
Ada optimisme Pasar Global terhadap Penurunan Suku Bunga The Fed
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap