visitaaponce.com

Transformasi Ekonomi Kurang Mulus, Indonesia Tak Kunjung Jadi Negara Industri

Transformasi Ekonomi Kurang Mulus, Indonesia Tak Kunjung Jadi Negara Industri
Ilustrasi(Antara)

TRANSFORMASI ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir berjalan kurang mulus. Sebab, selama periode itu Indonesia tak lagi menjadi negara agraris dan juga tak kunjung beranjak menjadi negara industrialis.

Demikian disampaikan ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri dalam Kajian Tengah Tahun 2023 Indef, Selasa (8/8).

"Ekonomi Indonesia berubah dari satu dekade terakhir. Indonesia sudah tidak lagi menjadi negara agraris, tapi juga tak kunjung jadi negara industrialis. Jadi ada missing link dalam transformasi yang dialami Indonesia," tuturnya.

Baca juga : Indef Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9% di 2023

Indonesia justru saat ini lebih condong kepada ekonomi jasa. Hal itu, kata Faisal, terlihat dari peranan sektor jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang konsisten naik menjadi 57% pada 2022.

Selain itu, porsi angkatan kerja yang bekerja di sektor jasa juga lebih banyak ketimbang di sektor industri. Dari catatannya, sebanyak 55,8% angkatan kerja nasional bekerja di sektor jasa. Sementara 44,2% sisanya di sektor industri.

Baca juga : Faisal Basri Ungkap Penyelundup Nikel ke Tiongkok Orang Dekat Presiden Jokowi

Dominasi sektor jasa juga terlihat dari pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setidaknya kapitalisasi saham sektor jasa di BEI mencapai 60% pada akhir 2022.

Selain itu, sektor penghasil barang justru meredup dalam perolehan kredit, namun kredit untuk sektor jasa naik. "Jadi kredit itu pihak ketiga tidak sampai 30% ke sektor penghasil barang, 70% ke jasa," kata Faisal.

Lemahnya industri di Tanah Air juga menurutnya terlihat dari kontribusi pajak yang diberikan ke negara. Sektor industri tercatat hanya memiliki kontribusi sekitar 38% ke penerimaan pajak Indonesia. Sedangkan sektor jasa menyumbang hingga 60% ke penerimaan pajak.

Padahal, kata Faisal, secara kualitas sektor jasa berada di bawah sektor industri. Banyak pekerja di sektor jasa tergolong sebagai pekerja informal. Dus, tak ada jaminan kesehatan, keselamatan kerja, hingga peningkatan kesejahteraan.

Karenanya, penting bagi Indonesia untuk mendorong industrialisasi di dalam negeri. "Sayangnya, tidak ada strategi industrialisasi (dari pemerintah), yang ada kebijakan hilirisasi," tuturnya.

Merosotnya kinerja sektor industri sedianya menandakan Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi dini. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB, misalnya, konsisten melambat menjadi 18,2% di triwulan II 2023.

Porsi industri pengolahan itu juga didominasi oleh industri makanan dan minuman. Catatan Indef menunjukkan kontribusi industri makanan dan minuman mencapai 35% dari total PDB sektor industri pengolahan.

Sementara tingginya kontribusi industri makanan dan minuman banyak ditopang oleh komoditas sawit. "Jadi sangat tidak diversify. Heavely rely on sedikit komoditi. Jadi kalau ada apa-apa dengan sawit, klenger industri kita. Ini bahanya, mungkin tidak ada perhatian di tempat lain. tapi ini tidak diversify," jelas Faisal.

Di kesempatan yang sama Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengamini bahwa Indonesia tengah mengalami gejala deindustrialisasi. Gairah sektor industri tak sekuat di masa lampau.

Padahal sektor industri mampu berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Karenanya, dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 pemerintah mendorong reindustrialisasi.

"Ini jadi perhatian kita. Karena untuk bisa meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Harus dipastikan masyarakat bisa bekerja di sektor yang memiliki produktivitas tinggi dan dapat memberikan income atau lapangan kerja berkualitas," kata Amalia.

"Jadi bukan lapangan kerja yang hanya membutuhkan low skill worker, tapi harus bisa menciptakan lapangan kerja dengan keahlian baik dan memberikan pendapatan lebih baik. Ini harus kita ciptakan middle class job," tambahnya.

Lapangan kerja kelas menengah itu hanya dapat tersedia dari sektor manufaktur atau pengolahan. Karenanya, kata Amalia, reindustrialisasi untuk menumbuhkan sektor industri pengolahan menjadi penting bagi Indonesia. (Z-4)wz

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat