visitaaponce.com

Kawasan Indonesia Timur jadi Tumpuan Produksi Migas Indonesia

Kawasan Indonesia Timur jadi Tumpuan Produksi Migas Indonesia
Kawasan Indonesia Timur menjadi tumpuan SKK Migas dalam pencapaian target 1 juta barel per hari pada 6 tahun mendatang.(Ist/SKK Migas)

SATUAN Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pencapaian 1 juta barel per hari dan 12 miliar kaki kubik gas bumi per hari pada 2030.

Kawasan  Indonesia Timur menjadi tumpuan dalam pencapaian target itu pada 6 tahun mendatang. Hadirnya beberapa proyek strategis di hilir sebagai penyerap produksi migas akan meningkatkan minat investasi hulu migas di  Kawsan Indonesia Timur. 

Saat ini saja  66,7 % Proyek Strategis Nasional (PSN) Sektor Energi Hulu Migas berada di Timur Indonesia, 50% di Papua Barat dan 16,7% di Maluku 50% di Papua Barat dan 16,7% di Maluku.

Baca juga: SKK Migas: Indonesia Timur Tumpuan Harapan Bagi Industri Hulu Migas

Pada 24 November lalu, LNG Plant Train-3 Tangguh telah diresmikan Presiden. Hal ini menandai bertambahnya kapasitas pengolahan gas menjadi LNG dari 2 Train eksisting menjadi 3 Train.

Belum lagi beberapa proyek yang masih belum operasional seperti Blok Masela dan Area Warim yang memiliki cadangan migas jumbo. 

"Kawasan Indonesia Timur merupakan tumpuan harapan bagi industri hulu migas tanah air, " kata  Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti saat mengunjungi Wilayah Kerja Migas yang dikelola Petrogas (Basin) Ltd Sorong, Kamis (20/12).

Shinta menjelaskan bahwa beberapa calon Investor menyatakan tertarik di Indonesia Timur terutama untuk area Warim (onshore Papua) dan Calon WK Bobara (Offshore Seram-Aru) dimana area ini telah ditawarkan Pemerintah cq Ditjen Migas melalui  Indonesian Petroleum Bidding Round (IPBR) 2023 , yang di umumkan saat ICIUOGC 2023 di Bali. 

Baca juga: Melihat Kinerja BUMDes di Kampung Arar Binaan SKK Migas dan Petrogas

Para calon investor terdiri dari NOC (Nasional Oil Company) dan IOC (International Oil Company) yang diharapkan memiliki kemampuan finansial untuk mengembangkan area ini yang statusnya saat ini masih minim fasilitas dan cenderung frontier

Area Ini menjadi lebih menarik setelah persetujuan Revisi POD Lapangan Abadi WK masela disetujui oleh Pemerintah, serta Pengembangan Tangguh Train 3 Project onstream.

Kehadiran proyek besar di  Indonesia Timur seperti Kawasan Pabrik Pupuk Fakfak menjadi angin segar bagi upaya penghiliran sektor hulu migas. Kebutuhan energi dari kawasan indsutri itu akan dipasok dari hasil produksi Lapangan Gas Asap, Kido, Merah (AKM) yang akan segera dimulai pengembangannya di wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat. 

"Keberadaan sektor hilir yang menjadi penampung produk dari hulu migas menjadi penting bagi pengembangan industri hulu migas di Indonesia Timur," tandas Shinta. 

Guna mencapai target produksi 1 juta BOPD  minyak dan 12 BSCFD gas pada 2030, dibutuhkan investasi sebesar US$186 miliar dari 2021 sampai dengan  2030. Itu berarti  rata-rata di atas US$18 miliar per tahunnya. 

Baca juga: SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan Gas Besar di South Andaman

Shinta menjelaskan bahwa SKK Migas akan mengupayakan hal-hal yang bisa meningkatkan investasi. SKK Migas memberikan insentif non fiskal kepada para pelaku usaha hulu migas. Insentif non fiskal itu berupa dukungan pada kelancaran operasional serta citra positif investasi. 

Hal ini dilakukan bersama dengan pemerintah daerah. 

Hasilnya mulai terlihat dengan dikeluarkannya aturan di tataran pemerintah daerah. Seperti Surat Keputusan Bupati Sorong Nomor 593.322.82/KEP.294A/X/TAHUN 2017 Tentang Penetapan Harga Dasar Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat Pada Daerah Konsensi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Kabupaten Sorong. 

Terbaru, Peraturan Bupati Teluk Bintuni Nomor 15 Tahun 2023 Tentang Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Pemanfaatannya untuk Pembangunan di Kabupaten Teluk Bintuni.
Terbitnya aturan itu memiliki peran penting dalam upaya mendorong berjalannya kegiatan operasional awal. Sebab salah satu tantangan yang ada adalah pengadaan pertanahan. 

Berdampak ke Masyarakat

Kehadiran proyek migas di daerah tentu saja membawa dampak finansial bagi pemerintah, baik pusat dan daerah. Dana bagi hasil (DBH) yang dinikmati pemerintah daerah akan terus meningkat. 

Tidak hanya itu, masyarakat di sekitar wilayah kerja blok migas pun mendapatkan manfaat langsung berupa peningkatan kapasitas melalui program pengembangan masyarakat.

Di Kabupaten Sorong,misalnya,  Petrogas (Basin) Ltd. telah membina BUMDes Arar Berdikari melalui berbagai program pelatihan dasar, peningkatan kapasitas, hingga dukungan sertifikasi. 

Baca juga: SKK Migas dan Mubadala Energy Umumkan Temuan Gas Besar

“Kini, BUMDes Arar Berdikari mampu menyuplai ikan laut segar yang berasal dari nelayan Kampung Arar hingga 2 ton per bulannya kepada Petrogas (Basin) Ltd,” ujar General Manager Petrogas (Basin) Ltd., Alfian Telaumbanua

Ahad Sakka, pengelola BUMDes Arar Berdikari menyampaikan berkat Program Pengembangan Masyarakat (PPM) yang dijalankan SKK Migas bersama Petrogas, masyarakat bisa membiayai sekolah anak-anak mereka, bukan hanya hingga SLTA namun hingga kuliah di Pulau Jawa.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro menyampaikan PPM yang dikerjakan oleh KKKS merupakan bukti bahwa keberadaan industri migas dalam memberikan dampak yang positif bagi masyarakat di sekitar wilayah KKKS. 

“Mengapa industri migas masih dibutuhkan, karena selain untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional, multiplier effect dari industri ini dapat memberikan peningkatan ekonomi yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat,” kata Hudi. (Uud/S-25)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat