visitaaponce.com

Pemerintah Disebut Masih Utamakan Pengembangan Nikel Ketimbang LFP

 Pemerintah Disebut Masih Utamakan Pengembangan Nikel Ketimbang LFP
Anak-anak bermain di sekitar pemukiman mereka dengan latar belakang aktivitas industri nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park(Antara)

MANAGING Director Energy Shift Institute Putra Adhiguna menilai pemerintah Indonesia masih fokus mengembangkan baterai nickel manganese cobalt (NMC) ketimbang lithium besi fosfat (lithium ferro phosphate/LFP).

Hal ini lantaran Indonesia memiliki sumber daya nikel terbesar di dunia yakni tercatat mempunyai cadangan 21 juta metrik ton di 2022. Sementara, untuk cadangan litium baru terdeteksi di sejumlah wilayah Indonesia.

"Mengenai perhatian lebih pada baterai nikel memang bisa dibilang demikian, meski rencana pabrik LFP sudah mulai diutarakan," ujar Putra saat dihubungi Media Indonesia, Senin (19/2).

Baca juga : Tesla Gunakan 100% LFP untuk Mobil Listrik? Ini Kata Luhut

Ia menuturkan sebaiknya pemerintah tidak perlu mengatur jenis baterai yang digunakan mobil listrik di Indonesia, termasuk jenis LFP. Pasalnya, pangsa baterai LFP dianggap memiliki prospek yang baik dibandingkan baterai NMC. Beberapa merek mobil listrik yang menggunakan baterai LFP seperti BYD, Wuling Air ev hingga Chery Omoda E5.

"Berdasar pangsa pasar kendaraan listrik Indonesia, sebenarnya LFP memiliki potensi yang kuat. Sehingga, Indonesia harus bisa membangun demand (permintaan)," ucapnya.

Putra berkeyakinan pemerintah bisa mendorong pengembangan baterai LFP dengan membangun pabrik baterai jenis tersebut di Tanah Air. Hal ini supaya Indonesia tidak kalah berkompetisi dengan negara lain dalam hal investasi pabrikan baterai.

Baca juga : Pasar Mineral Energi Bersih Melonjak hingga US$320 Miliar

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan komoditas nikel masih tetap dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Namun, sayangnya, ada permasalahan hilir yang belum bisa dikembangkan seperti pembangunan pabrik baterai LFP yang belum berjalan.

"Ya tetap bagus (potensi nikel), berapa banyak sih LFP. Tapi, di kita kan masalahnya baterai litium belum bergerak di hilir. Ini yang harus dikembangkan hilirnya," ujarnya Kantor Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Jumat (16/2).

Menurutnya, setiap jenis baterai listrik memiliki pasarnya masing-masing. Di Indonesia, pabrikan otomotif sudah menggunakan baterai LFP.

Baca juga : Kadin Gandeng Australia untuk Pasok Litium untuk Kendaraan Listrik RI

"(Baterai) LFP kan ini sudah masuk seperti Wuling lalu BYD. Nanti diserahkan ke konsumen kira-kira pakai jenis apa," imbuhnya.

Menteri ESDM menambahkan peralihan pemakaian dari kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik penting dilakukan sebagai upaya pengurangan emisi dan ketergantungan terhadap BBM. Pemerintah terus mendorong percepatan industri kendaraan listrik dengan membutuhkan berbagai komoditas mineral kritis (critical minerals) untuk produksi baterai dan berbagai komponennya.

"Kita harus mendorong industrialisasi sumber daya alam mineral kita agar bisa bikin produksi baterai listrik," pungkasnya. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat