visitaaponce.com

Konsumsi Terus Naik, Peluang Bisnis Distribusi Beras Masih Potensial

Konsumsi Terus Naik, Peluang Bisnis Distribusi Beras Masih Potensial
Ilustrasi(Antara)

Tingkat konsumsi yang terus meningkat sepanjang 2019-2023 membuka peluang bisnis distribusi beras di Indonesia menjadi kian lebar. Mengutip data konsumsi pangan 2023 yang dilansir Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), konsumsi beras dan beras ketan tercatat sebesar 81,23 kilogram per kapita. Angka itu lebih tinggi dibandingkan capaian di 2019 yang berada di level 78,71 kilogram per kapita.

“Potensi bisnis distribusi beras masih potensial dan cukup menjanjikan seiring pertumbuhan populasi penduduk di Indonesia,” ujar Direktur Utama PT Wahana Inti Makmur Piero Mustafa, melalui keterangan tertulis, Senin (13/5).

Mengutip data BPS, jumlah penduduk Indonesia pada 2023 mencapai 278,69 juta jiwa, meningkat bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya yakni 275,77 juta jiwa. Bahkan, melonjak drastis bila dibandingkan dengan 2000 yang baru sebanyak 206,26 juta jiwa.

Baca juga : Bapanas: Ketahanan Pangan Kunci Wujudkan Indonesia Emas 2045

“Jumlah penduduk yang terus meningkat tentu saja ikut mendorong pertumbuhan konsumsi beras di Indonesia,” tutur Piero.

Di sisi lain, data BPS menyebutkan bahwa produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,10 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 439,24 ribu ton atau 1,39% dibandingkan produksi beras tahun 2022 yang sebesar 31,54 juta ton.

Pada saat yang sama, di 2023 BPS mencatat impor beras sepanjang 2023 merupakan yang terbesar selama lima tahun terakhir yakni sebesar 3,06 juta ton atau mengalami peningkatan 613,61% dibandingkan 2022.

Sementara itu, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menugaskan Perum Bulog melakukan impor beras sebesar 2 juta ton ditambah 1,5 juta ton pada 2023. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan kebijakan tersebut merupakan alternatif pahit yang harus ditempuh dalam kondisi produksi padi nasional yang tengah mengalami penurunan akibat perubahan iklim El Nino.

"Importasi ini merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan. Kita sama-sama ketahui kondisi produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino. Dampaknya kita rasakan beberapa bulan setelahnya, sehingga awal 2024 ini terjadi defisit bulanan neraca beras,” papar Arief. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat