Konsumsi Terus Naik, Peluang Bisnis Distribusi Beras Masih Potensial
![Konsumsi Terus Naik, Peluang Bisnis Distribusi Beras Masih Potensial](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/63b64254c6ec060d638ab653324db549.jpg)
Tingkat konsumsi yang terus meningkat sepanjang 2019-2023 membuka peluang bisnis distribusi beras di Indonesia menjadi kian lebar. Mengutip data konsumsi pangan 2023 yang dilansir Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), konsumsi beras dan beras ketan tercatat sebesar 81,23 kilogram per kapita. Angka itu lebih tinggi dibandingkan capaian di 2019 yang berada di level 78,71 kilogram per kapita.
“Potensi bisnis distribusi beras masih potensial dan cukup menjanjikan seiring pertumbuhan populasi penduduk di Indonesia,” ujar Direktur Utama PT Wahana Inti Makmur Piero Mustafa, melalui keterangan tertulis, Senin (13/5).
Mengutip data BPS, jumlah penduduk Indonesia pada 2023 mencapai 278,69 juta jiwa, meningkat bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya yakni 275,77 juta jiwa. Bahkan, melonjak drastis bila dibandingkan dengan 2000 yang baru sebanyak 206,26 juta jiwa.
Baca juga : Bapanas: Ketahanan Pangan Kunci Wujudkan Indonesia Emas 2045
“Jumlah penduduk yang terus meningkat tentu saja ikut mendorong pertumbuhan konsumsi beras di Indonesia,” tutur Piero.
Di sisi lain, data BPS menyebutkan bahwa produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,10 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 439,24 ribu ton atau 1,39% dibandingkan produksi beras tahun 2022 yang sebesar 31,54 juta ton.
Pada saat yang sama, di 2023 BPS mencatat impor beras sepanjang 2023 merupakan yang terbesar selama lima tahun terakhir yakni sebesar 3,06 juta ton atau mengalami peningkatan 613,61% dibandingkan 2022.
Sementara itu, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menugaskan Perum Bulog melakukan impor beras sebesar 2 juta ton ditambah 1,5 juta ton pada 2023. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan kebijakan tersebut merupakan alternatif pahit yang harus ditempuh dalam kondisi produksi padi nasional yang tengah mengalami penurunan akibat perubahan iklim El Nino.
"Importasi ini merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan. Kita sama-sama ketahui kondisi produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino. Dampaknya kita rasakan beberapa bulan setelahnya, sehingga awal 2024 ini terjadi defisit bulanan neraca beras,” papar Arief. (Z-11)
Terkini Lainnya
500 Warga Jakarta Terima Bantuan 2,5 Ton Beras dari PBB
Bapanas Tekankan Pentingnya Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah
HOKI Siapkan Capex Rp15 Miliar untuk Ekspansi Bisnis
Rencana Bulog Akuisisi Perusahaan Beras Kamboja Diapresiasi
KPK Siap Turun Tangan Dalami Persoalan Demurrage Beras Bulog
Soal Demurrage Beras Impor, Pakar Hukum: KPK Harus Periksa Bapanas dan Bulog
Bapanas telah Berupaya Jaga Inflasi di Sepanjang 2023
Tidak Ada Alasan bagi Bulog untuk tidak Serap Gabah Petani
Bapanas: Ketahanan Pangan Kunci Wujudkan Indonesia Emas 2045
Pemerintah Berikan Fleksibilitas Harga untuk Bulog Serap Produksi Dalam Negeri
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap