visitaaponce.com

Lasagna, Hawa yang Ditinggalkan Adam

 Lasagna, Hawa yang Ditinggalkan Adam
film(pamwDOK. DOA MAMA PICTURES)

Rudy menjadi narapidana kasus narkoba dan ia harus menerima hukuman mati. Mirna, istrinya, membawakan lasagna terakhir untuk Rudy. Lasagna ialah film tentang kehilangan, sekaligus punya dimensi pernyataan sikap politis.

Mirna (Vonny Anggraini) ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan suami, Rudy (Yayu Unru), pada hari terakhir menjelang eksekusi. Namun, bukan perkara mudah tentunya. Demi 1 jam terakhir bersama suami itu harus Mirna bayar dengan melayani Suryanto (Teuku Rifnu Wikana), polisi yang bertugas di rumah tahanan Rudy.

Alih-alih menikmati lasagna terakhirnya, Rudy hanya mencuil sedikit lapisan atasnya dengan pisau, lalu membauinya dengan penuh perasaan. Ini menjadi salah satu scene personal antara keduanya. Selain keaktoran Yayu dan Vonny yang memberikan kekuatan, juga karena pendekatan yang dipilih sutradara untuk menyajikan visual dengan layar padat square, ketimbang menggunakan wide screen. Yayu dan Vonny begitu intens membangun suasana personal sepasang kekasih yang menyambut titik perpisahan mereka dalam film berdurasi sekitar 26 menit itu.

Lasagna menghadirkan suatu kehilangan dan akibat dari kehilangan itu. Terlebih, kehilangan itu karena merenggut nyawa yang takdirnya ditentukan di tangan manusia atas nama hukum. Namun, di sisi lain ia menjadi sikap politis, sebagai penolakan atas hukuman mati. Rudy bukanlah seorang yang terlibat langsung dengan kartel narkoba. Ia hanya kebetulan terjebak membawa barang itu, yang tidak diketahuinya, ketika mendapat titipan seorang.

Sutradara Adi Victory yang juga menulis skenario film Lasagna menerjemahkan ide itu dengan begitu apik, melalui visual yang mumpuni, juga didukung penerjemahan para aktor di tiap karakternya. Hanya, detail artistik yang menjadi pertimbangan akhir sutradara terasa agak sedikit terganggu ketika kamera menyorot pada gambar presiden dan wakilnya, serta lambang Garuda.

Sosok presiden dan wakilnya itu ialah tokoh fiktif yang bukan kita kenal. Bila latar waktu pada babak itu terjadi pada 2013-2014 dan dihadirkan visual lambang Garuda, tentu kita tahu kisah ini terjadi di Indonesia dan siapa seharusnya yang ada di potret di samping burung Garuda. Agaknya, visual sebenarnya bisa 'diakali' dengan menempuh alternatif lain bila ingin menghindari situasi yang tidak kondusif terhadap dampak yang ditimbulkan. Misalnya, potret pemimpin negara tidak perlu masuk layar dan cukup hanya dengan memberi visual lambang Garuda utuh atau separuhnya di dalam kamera untuk menjelaskan latar tempat permasalahan dalam film dari semua pertimbangan dilematik yang diambil.

Lasagna, yang masih dapat disaksikan di Festival Europe on Screen pada 29 April mendatang, menjadi perpisahan Hawa dengan Adam bukan karena memetik buah khuldi lalu mereka terlempar dari surga. Namun, surga milik keduanya direnggut sesama manusia yang mungkin saja sejatinya tidak berhak merenggut hidup, selain yang memberi hidup itu sendiri. (Jek/M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat