visitaaponce.com

Ario Bayu Kecintaan pada Seni Peran Terinspirasi dari Sekolah di Selandia Baru

Ario Bayu: Kecintaan pada Seni Peran Terinspirasi dari Sekolah di Selandia Baru
Aktor Ario Bayu mengungkapkan cintanya pada seni peran muncul ketika dia bersekolah di Selandia Baru.(Instagram)

AKTOR Ario Bayu mengaku kecintaannya akan seni peran muncul saat dirinya bersekolah di Selandia Baru. Pria berusia 39 tahun itu bercerita pada 1994 keluarganya pindah ke Negeri Kiwi, kala itu ia masih berusia 9 tahun.

“Awalnya (alasan pindah ke Selandia Baru) dorongan dari Ibu hanya ingin anak-anaknya bisa belajar bahasa Inggris. Total saya tinggal di sana hampir 11 tahun. Cinta terhadap teater itu timbul di sekolah (di Selandia Baru),” ungkap Ario dalam siniar di Youtube Hilmar Farid yang diunggah, Minggu (9/6).

Pemeran Presiden RI pertama Soekarno dalam film Soekarno (2013) ini mengaku kesulitan memahami dan menyerap pelajaran wajib seperti matematika dan sains. 

Baca juga : Ario Bayu Mengaku Kembali Bersemangat Main Film Usai Bintangi Samsara

Ario menunjukan ketertarikan saat berbicara seni. Hal itu diliat oleh guru bahasa Inggrisnya yang bernama Ms. Brown.

“Dia bilang, ‘Bayu, kamu gak usah sedih, kayaknya kamu mungkin memang tidak bagus atau belum punya kompetensi cukup untuk mengerti pelajaran lain. Tapi kayaknya kamu (berbakat) di seni’,” tutur Bayu.

Pada usia 15 sampai 17 siswa di Selandia Baru boleh memilih dua subjek di samping mata pelajaran wajib, Ario memutuskan mengambil seni.

Baca juga : Dunia Seni Peran Berduka, Aktor Donny Kesuma Meninggal Dunia

Ia mengaku pernah mengikuti kelas karya mebel dan logam, fotografi, hingga akhirnya jatuh cinta pada kelas drama. Di Selandia Baru, Ario sempat mengikuti Sheilah Winn Shakespeare Festival yang membawanya mendapatkan beasiswa untuk belajar teater di Inggris.

“Dari 5.700 peserta saya masuk ke 20 besar yang mendapatkan beasiswa ke Inggris untuk belajar teater lebih dalam lagi,” jelasnya.

Ario menyebut saat itu ia bersekolah di sekolah publik atau negeri. Untuk itu ia mengakui kualitas sistem pendidikan di Selandia Baru yang telah membukakan jalan baginya menjadi seperti sekarang.

Baca juga : Lewat Drama Musikal, Sekolah Lentera Indonesia Bentuk Karakter dan Potensi Siswa

“Sistem pendidikan di Selandia Baru membantu saya mendapatkan daya dan definisi. Saya sampai sekarang secara retrospektif masih bercermin, wow, sistem pendidikan Selandia Baru sangat membantu saya menjadi seperti sekarang,” ungkapnya.

Ia bersyukur atas sistem pendidikan di Selandia Baru yang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengeksplorasi berbagai pelajaran.

“Saya buruk dalam berbagai pelajaran. Sampai saya berpikir kenapa teman-teman saya yang lain pintar-pintar, kok (memahami) matematika cepat banget. Saya kalau di dalam kelas selalu menerawang ke tempat yang lain, mikirin musik, ngeband, tiba-tiba pelajaran sudah selesai. Tapi kalau bicara teater, dari detik pertama saya tercengkeram,” ujarnya.

“Sikap itu yang ternyata saya rasa telah didesain oleh pemerintah di Selandia Baru bahwa anak-anak itu memang ternyata berbeda, entah itu kapasitas kognitifnya. Jadi saya salah salah satu korban dari (sistem pendidikan) itu. Saya korban dari sekolah itu jadi akhirnya saya jadi aktor,” pungkasnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat